Tidak Menulis SWT dan SAW = mendangkalkan akidah?
… jika anda sangat mencintai Allah SWT dan beliau SAW, anda tidak akan menulis seperti ini, tapi anda akan menulis yang isinya sangat menganjurkan menuliskan SWT dan SAW, bahkan menuliskan dengan lengkap tanpa menyingkat. jika anda seorang yang dalam ilmu tentang Islam, kenapa tidak memunculkan mahabbah dan ta’dziman kepada Allah SWT dan Muhammad SAW?? … jika anda memang ‘ulama dari barisan Islam yang lurus, ajarkan kami untuk mencintai dan ta’dziman kepada Allah SWT dan Muhammad SAW, bukan malah mendangkalkan.
Tanggapan M Shodiq Mustika:
Ada banyak cara untuk menunjukkan cinta kita kepada Allah SWT dan rasul-Nya. Ada kalanya kita perlu menyebut “SAW” (atau pun SWT) secara lengkap, ada kalanya perlu menyingkat, dan ada kalanya pula tidak mencantumkannya diperlukan, tergantung pada situasi (atau konteks) yang kita hadapi. Untuk pertimbangan, aku biasanya berpedoman pada Fiqh Prioritas.
Situasi yang sedang kuhadapi ketika menulis artikel “Haruskah menyebut Nabi Muhammad dengan “Muhammad SAW”?” adalah adanya sejumlah orang yang mewajibkan penulisan “SWT” dan “SAW”. Kalau sebatas menganjurkan, tentunya aku sangat mendukungnya. Tapi karena mereka sudah berlebihan, yakni mewajibkan suatu amal yang tidak diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya, maka aku merasa berkewajiban mengingatkan mereka. (Alhamdulillah, sebagian besar dari mereka bersedia menerima dakwahku ini. Semoga demikian pula Anda.)
Dan Allah sajalah yang Mahatahu.
This entry was posted in Pandangan Agama, Aqidah, Menurut Islam and tagged Islam ala M Shodiq Mustika.
21 Agustus 2010 pukul 12:12
jadi bingung nih…
26 Oktober 2010 pukul 14:20
Nice Article, inspiring. Aku juga suka nulis artikel bidang bisnis di blogku :
http://www.yohanwibisono.com, silahkan kunjungi, mudah-mudahan bermanfaat. thx
26 Oktober 2010 pukul 18:02
Tapi saya sering mebAcA anda menyingkat salam menjadi ass? Bukankah itU berarti pantat?
18 Januari 2011 pukul 17:28
Terimakasih masukkannya gan… semoga bermanfaat khususnya buat aku sendiri..
14 September 2016 pukul 10:30
Masalah disingkat atau tidaknya menurut saya tidak begitu masalah ( saya belum menemukan keterangan dari agama yang shohih ).Karena walaupun disingkat jangankan umat islam.Diluar islampun saya yakin maksudnya tahu maksud dari : Alloh SWT ( subhanahu wata a’la ) bukan untuk makna yang lain.Begitu pula dengan singkatan nabi Muhammad SAW ( sollallohu alaihi wasallam ) bukan untuk makna yang lain.Seseorang yang menggunakan singkatan itu karena meyakini maknanya semua orang sudah tahu ( karena bukan hal yang baru ).Tetapi kan tidak merubah nama didepanya yang sudah baku.( Alloh dan Muhammad ).Bukankan tuntunan agama : ” Mudahkanlah urusan orang lain janganlah dipersulit.dan Gembirakanlah orang lain janganlah ditakut-takuti ” Ma’af.GSR.
22 Januari 2011 pukul 02:11
Sebuah tulisan mas shodiq yang sangat menarik untuk direspon. kalau kita telaah arti dari subhanahu wa tangala atau SWT kurang lebih Dia Yang Maha suci dan Maha Tinggi. Dan Shollallohu alaihi wa salam atau SAW berarti semoga kesejahteraan dan keselamatan secara terus menerus kepadanya. kalau menilik dari makna ini maka yang terpenting adalah mengakuì sedalam dalamya ke hati kita baik saat menuliskan ataupun saat mengucapkan. Jika hanya untuk sekedar menyingkat tulisan atau hanya untuk mengikuti kebiasaan tanpa tahu apa tujuanya maka ya kurang sempurna. salam dan sukses untuk mas shodiq. Kalau ada yang kurang tepat mohon dikoreksi.ini murni pendapat pribadi. terima kasih ya mas
12 Juni 2011 pukul 22:24
makin sukses mas shodiq,
12 Juli 2011 pukul 16:14
yg dimaksut dgn islam itu apa danbagai mana yg sholat itu
ibadah
13 Juli 2011 pukul 16:56
klo mnurut saya relatif mas,….
9 Agustus 2011 pukul 13:22
INI DURI DALAM DAGING …..ini yang merusak Islam …..Islam menghargai sekulerisme..Liberalisme tapi Islam PASTI MENOLAK sekulerisme.liberalisme dalam beragama ….ini produk Musuh Islam….. HATI-HATI …banyak doktrinisasi disini …..” tiada illah selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah dan tiada Nabi sesudahnya ,..berpegang teguh lah pada AL-Qur’an dan Assunnah.
12 Oktober 2011 pukul 08:19
Setahu saya, tak ada pengharusan menuliskan SWT, ataau kepanjangannya, usai tulisan Lafaz Jalalah ,”ALLAH”, Nabi juga sering menyebut lafadz “Allah” tanpa menambahi salah satu dari sifat-sifatNya. adapun tentang membacakan shalawat jika disebut nama Nabi Muhammad saw, hendaknya kita lakukan. karena beliau bersabda, “Kebangeten.., alias keblinger… orang yang mendengar namaku disebut lantas ia tiada bershalawat untukku.” , “Orang yang bakhil adalah orang yang apabila disebutkan namaku disisinya, lantas ia tiada bershalawat untukku.” walau ditulis “SAW”, seyogyanya tatkala kita membacanyakita ucapkan “shallallahu ‘alaihi wasallam.” bukan kita baca “es a we”!! karena “es a we” bukan shalawat. wallahu a’alam
13 November 2011 pukul 09:23
Semua berbalik kpd individu masing” seberapa dalam Ikita mengkaji sesuatu dan seberapa dalam ilmu dan wawasan kita terutama babakan Hakekat , bukan hanya sekedar hurup dan tulisan ada dan tidaknya SWT atau SAW , buka itu yg terpenting ITU HANYA TULISAN . karena yg terpenting bagi kita adalah seberapa banyak HATI INI MENGINGAT ALLOH WAROSULLIHI SHOLOLLOHU ‘ALAIHI WASSALAM ….. karena hati yg selalu ingatlah yg akan membawa kebaikan , siapa saya … dari mana saya … dan akan ke mana saya …
17 November 2011 pukul 21:11
i like gan… 😀
20 Januari 2012 pukul 12:52
mari kembali ke Al qur’an dan Assunnah..
kalo denger pendapat orang… yah,, perlu di kaji lagi….
jangan langsung di percaya… 😀
tidak ada di al qur’an + assunnah + pendapat ulama = tolak 😀
25 Januari 2012 pukul 10:46
Terima kasih buat informasi yang satu ini 🙂
Semoga artikelnya bermanfaat bagi blogger lainnya.
http://www.disave.blogspot.com
Sekalian Tukaran Link ya 🙂
Salam Persahabatan.
18 Februari 2012 pukul 12:38
kasian yang buta huruf. yang bisa baca so pemikir hebat..
apapun tulisannya yang penting maknanya sama…
11 Mei 2012 pukul 15:12
mantaaap gan atas infonya
26 Mei 2012 pukul 03:33
islam itu mudah asal jangan dmudah-mudahkan
14 Februari 2013 pukul 16:36
tulisan hanya simbol sekaligus dakwah agar orang yg membacanya secara lengkap dg lisan dan hatinya sehingga mendapat pahala, tdk masalah mau disingkat seperti apapun (pendapat pribadi)
28 Mei 2013 pukul 14:44
harus pandai mengetahui mana yang seharusnya.
15 Juni 2013 pukul 20:44
yg tidak ta;dzim dan cinta rosul adalah WAHABI, dan Syiah yg sesat laknatullah,,,
14 Maret 2015 pukul 16:18
Ya, rasanya ada yang kurang jika menulis nama nabi dan tuhan tanpa diikiti kalimat SWT & SAW
29 Mei 2015 pukul 10:57
Game Poker dan Domino serta Bandar Ceme Terbesar di Indonesia
JagoanPoker.com
Hadir dengan Hadiah Jackpot TERBESAR dan PERTAMA di Indonesia.
Jackpot Rp. 1.000 dapatkan 30 Juta Rupiah
Jackpot Rp. 2.000 Dapatkan 60 JuTa Rupiah
Telah di Percayai lebih dari 10.000 member aktif di Indonesia.
Game Poker dan Domino dan Bandar Ceme dalam 1 Website.
Gabung segera dengan http://www.JagoanPoker.com.
15 Oktober 2015 pukul 13:40
Menurut saya menulis tulisan SWT atau SAW bukan merupakan indikator kita mencinta Allah dan Nabi Muhammad. Mencintai itu datangnya dalam lubuk hati sehingga dapat memunculkan prilaku-prilaku tertentu terhadap hal yang dicintainya… konteksnya mencintai Allah dan Nabi muhammad adalah menjalan perintahnya dan menjauhkan larangannya… ini dilakukan atas dasar cinta…