ketika ikhwah jatuh cinta

Posted on Updated on

Kutipan dari tulisan akhwat_cute_amalia di http://myquran.org/forum/index.php/topic,18420.0.html :

Suatu ketika, dalam majelis koordinasi, seorang akhwat berkata pada mas’ul dakwahnya, “akhi, ana ga bisa lagi berinteraksi dengan akh fulan”. Suara akhwat itu bergetar. Nyata sekali menekan perasaannya.”Pekan lalu, ikhwan tersebut membuat pengakuan yang membuat ana merasa risi dan….Afwan, terus terang juga tersinggung.” Sesaat kemudian suara dibalik hijab itu mengatakan….ia jatuh cinta pada ana.” 

love-archipistyle-730×140.jpg mas’ul tersebut terkejut, tapi ditekannya getar suaranya. Ia berusaha tetap tenang. “Sabar ukhti, jangan terlalu diambil hati. Mungkin maksudnya tidak seperti yang anti bayangkan.” Sang mas’ul mencoba menenangkan terutama untuk dirinya sendiri. 

“Afwan…ana tidak menangkap maksud lain dari perkataannya. Ikhwan itu mungkin tidak pernah berpikir dampak perkataannya. Kata-kata itu membuat ana sedikit banyak merasa gagal menjaga hijab ana, gagal menjaga komitmen dan menjadi penyebab fitnah. Padahal, ana hanya berusaha menjadi bagian dari perputaran dakwah ini.” sang akhwat kini mulai tersedak terbata. “Ya sudah…Ana berharap anti tetap istiqamah dengan kenyataan ini, ana tidak ingin kehilangan tim dakwah oleh permasalahan seperti ini”. Mas’ul itu membuat keputusan, “ana akan ajak bicara langsung akh fulan” 

Beberapa Waktu berlalu, ketika akhirnya mas’ul tersebut mendatangi dulan yang bersangkutan. Sang Akh berkata, “Ana memang menyatakan hal tersebut, tapi apakah itu suatu kesalahan?” Sang mas’ul berusaha menanggapinya searif mungkin. “Ana tidak menyalahkan perasaan antum. Kita semua berhak memiliki perasaan itu. Pertanyaan ana adalah, apakah antum sudah siap ketika menyatakan perasaan itu. Apakah antum mengatakannya dengan orientasi bersih yang menjamin hak-hak saudari antum. Hak perasaan dan hak pembinaannya. Apakah antum menyampaikan kepada pembina antum untuk diseriuskan?. Apakah antum sudah siap berkeluarga. Apakah antum sudah berusaha menjaga kemungkinan fitnah dari pernyataan antum, baik terhadap ikhwah lain maupun terhadap dakwah?Huh” Mas’ul tersebut membuat penekanan substansial. ” Akhi bagi kita perasaan itu tidak semurah tayangan sinetron atau bacaan picisan dalam novel-novel. Bagi kita perasaan itu adalah bagian dari kemuliaan yang Allah tetapkan untuk pejuang dakwah. Perasaan itulah yang melandasi ekspansi dakwah dan jaminan kemuliaan Allah SWT. Perasaan itulah yang mengeksiskan kita dengan beban berat amanah ini. Maka Jagalah perasaan itu tetap suci dan mensucikan.” 

Cinta Aktivis Dakwah Bagaimana ketika perasaan itu hadir. Bukankah ia datang tanpa pernah diundang dan dikehendaki?  

Jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukanlah perkara sederhana. Dalam konteks dakwah, jatuh cinta adalah gerbang ekspansi pergerakan. Dalam konteks pembinaan, jatuh cinta adalah naik marhalah pembinaan. Dalam konteks keimanan, jatuh cinta adalah bukti ketundukan kepada sunnah Rosullulah saw dan jalan meraih ridho Allah SWT. Ketika aktivis dakwah jatuh cinta, maka tuntas sudah urusan prioritas cinta. Jelas, Allah, Rosullah dan jihad fii sabilillah adalah yang utama. Jika ia ada dalam keadaan tersebut, maka berkahlah perasaannya, berkahlah cintanya dan berkahlah amal yang terwujud dalam cinta tersebut. Jika jatuh cintanya tidak dalam kerangka tersebut, maka cinta menjelma menjadi fitnah baginya, fitnah bagi ummat, dan fitnah bagi dakwah. Karenannya jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukan perkara sederhana. 

Ketika Ikhwan mulai bergetar hatinya terhadap akhwat dan demikian sebaliknya. Ketika itulah cinta ‘lain’ muncul dalam dirinya. Cinta inilah yang akan kita bahas disini. Yaitu sebuah karunia dari kelembutan hati dan perasaan manusia. Suatu karunia Allah yang membutuhkan bingkai yg jelas. Sebab terlalu banyak pengagung cinta ini yang kemudian menjadi hamba yang tersesat. Bagi aktivis dakwah, cinta lawan jenis adalah perasaan yang lahir dari tuntutan fitrah, tidak lepas dari kerangka pembinaan dan dakwah. Suatu perasaan produktif yang dengan indah dikemukakan oleh ibunda kartini,” …akan lebih banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini, bila saya ada disamping laki-laki yg cakap, lebih banyak kata saya…..daripada yang saya usahakan sebagai perempuan yg berdiri sendiri..” Cinta memiliki 2 mata pedang. Satu sisinya adalah rahmat dengan jaminan kesempurnaan agama dan disisi lainnya adalah gerbang fitnah dan kehidupan yg sengsara. Karenanya jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan persiapan. Bagi setiap aktivis dakwah, bertanyalah dahulu kepada diri sendiri, sudah siapkah jatuh cinta???jangan sampai kita lupa, bahwa segala sesuatu yang melingkupi diri kita, perkataan, perbuatan, maupun perasaan adalah bagian dari deklarasi nilai diri sebagai generasi dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan satu hal dari apapun pentas kehidupan kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan kita karena memuliakan Islam. 

Deklarasi Cinta Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta diatas koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi oleh salah tafsir tentang cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran. Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak pernah mendapat tempat disana. 

Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik ‘asing’ dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta kita masih terkesan ‘misteri. Pertanyaan sederhana, “Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia, Emang kamu cinta sama dia?”, dapat kita jadikan indikator miskinnya kita mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini. Pernyataan ‘Nikah dulu baru pacaran’ masih menjadi jargon yang menyimpan pertanyaan misteri, “Bagaimana caranya, emang bisa?”. Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan, bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon tersebut. 

Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan, nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat, rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita. Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah. Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan. Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah hari ini. 

Epilog Setiap kita yang mengaku putra-putri Islam, setiap kita yg berjanji dalam kafilah dakwah, setiap kita yang mengikrarkan Allahu Ghoyatuna, maka jatuh cinta dipandang sebagai jalan jihad yang menghantarkan diri kepada cita-cita tertinggi, syahid fi sabililah. Inilah perasaan yang istimewa. Perasaan yang menempatkan kita satu tahap lebih maju. Dengan perasaan ini, kita mengambil jaminan kemuliaan yang ditetapkan Rosullulah. Dengan perasaan ini kita memperluas ruang dakwah kita. Dengan perasaan ini kita naik marhalah dalam dakwah dan pembinaan. 

Betapa Allah sangat memuliakan perasaan cinta orang-orang beriman ini. Dengan cinta itu mereka berpadu dalam dakwah. Dengan cinta itu mereka saling tolong menolong dalam kebaikan, dengan cinta itu juga mereka menghiasi Bumi dan kehidupan di atasnya. Dengan itu semua Allah berkahi nikmat itu dengan lahirnya anak-anak shaleh yang memberatkan Bumi dengan kalimat Laa Illaha Ilallah. Inilah potret cinta yang sakinah, mawaddh, warahmah. jadi…sudah beradi jatuh cinta…?? wallahu’alam   Kedip-kedipin

28 respons untuk ‘ketika ikhwah jatuh cinta

    camagenta said:
    13 April 2007 pukul 22:20

    Pernyataan ‘Nikah dulu baru pacaran’ masih menjadi jargon yang menyimpan pertanyaan misteri, “Bagaimana caranya, emang bisa?”. Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan, bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon tersebut.

    iya pak! agaknya kita juga kudu menggencarkan jargon milik kita itu. Walo ana sendiri lum bisa ngalkuinnya. Tapi ada keinginan. Semoga dengan adanya blog ini bisa membuat masyarakat tahu bagaimana hubungan ikhwan ikhwat yang shahih. Amin

    M Shodiq Mustika responded:
    14 April 2007 pukul 06:05

    Terima kasih, camagenta.

    Ketekunan Anda dalam memberi komentar di situs ini merupakan usaha dakwah yang sangat kami hargai. Seperti yang ditandaskan oleh akhwat_cute_amalia:

    Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan, nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat, rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.

    Rien said:
    18 April 2007 pukul 14:30

    Jargon ‘Nikah dulu baru pacaran’ emang bener bisa pak, terbukti pada saya 🙂

    ketika terlontar “aku mencintaimu” berarti ad kata pinangan yang tidak resmi (resmi jika bersama klg), dan waktunya tidak bisa jauh dari pinangan tdk resmi ini.

    bagaimana pak?

    Jawaban M Shodiq Mustika:
    Ya, saya percaya. Maksudnya, hanya orang tertentu (seperti mbak Rien) yang mampu melaksanakan jargon tersebut.

    sarah said:
    4 Mei 2007 pukul 12:35

    Lagi-lagi masalah virus merah jambu yang mendera ikhwah! Banyak orang bilang; “apa salahnya? toh fitrah!” hehe, memang sulit menjaga hati ntu! Fitrah dijadikan alasan seseorang untuk menghalalkan pacaran gaya bebas. Malahan ada yang masih mempertanyakan, memangnya beda, pacaran ma nikah? kan cuma beda bahasa ja to? Wah, ga tahu dey kalo dah maslah bahasa. Yang ane tahu kalo masalah pacaran tuh ya pegang-pengangan, jalan bareng, mesra-mesraan paka kata ‘yang-sayang’, dll. Btw, kadang ta’aruf yang seharusnya terbingkai secara Islami juga sering kebabalasan juga!
    So, ikhwah kena merah jambu? ada nggak sih aturan yang mengikat secara ketat masalah ini dan dipahami semua pihak? Wallahualam
    Sekali lagi yang perlu di benahi adalah mentarbiyahi diri sendiri dulu! Susang ngomong panjang lebar kalo ternyata semua nggak sadar. “lagian orang yangsedang jatuh cinta kan emang buta! ya nggak sih?” jadi penasaran!!!

    ghena said:
    16 Mei 2007 pukul 20:25

    suka sm s’seorg itu sm nda siey dgn yg namanya jatuh cinta ?? sbnarnya apa yg m’bedakan prasaan suka dgn prasaan cinta ke lawan jenis -pastinya ?? emg..nda boleh ya klw kita suka sm tman lwn jenis kita di dlm organisasi dakwah kita,knp ?? trus..bgmn kita m’luruskn prasaan kita thd’nya aplg klw kita adl perempuan -yg d’mn biasany slalu mnunggu ?? bgmn klw ikhwannya pemalu ktika m’ungkapkan prasaannya scr lgsung nmun klw mlalui sms, afwan…lancar bgt dlm m’ungkapkn prasaannya thd lwn jenisnya ?? bgmn dgn orgtua yg sudah m’jodohkan anaknya scr nda lgsung dgn pilihannya sndr ?? bgmn caranya b’kmunikasi antara akhwat dgn ikhwan yg baik aplg dlm dunia sms spaya nda ada hal2 yg dpt mnimbulkan prasaan suka atpun cinta -yg sngt indah itu ?? afwan..ghena t’lalu bnyk b’tanya,krn ghena sndr msh butuh bnyk ilmu ttg ”ini”.syukron ats wktunya,aslm. ^_^

    Asriadi said:
    7 Juni 2007 pukul 10:12

    ikhwahfillah…..Komitmen yang kuat dan keyakinan yang mantap maka Allah akan memberikan pertolongannya…..Kita Bisa.
    Jangan sampai virus merah jambu menjadi penyebab “kefuturan” aktivis dakwah.

    chosiin said:
    12 Juni 2007 pukul 14:31

    sebuah bahasan yang menarik, di ataas bayang-bayang pergaulan bebas yang semakin marak menggejala. “cinta”, kata yang penuh misteri. dengannya orang bisa mengalami suka dan duka. banyak cerita, syair yang tercipta karena cinta. dunia ini pun tercipta karena kecintaan Allah kepada hamba dan makhluk-makhluk yang ada di dunia. Nabipun menyunahkan menikah karena adanya cinta pada dua insan. ketika siti khodijah berniat menjadikan Rasul sebagai pendamping hidup-pun lahirnya dari ketertarikan (cinta), walaupun lewat cerita pembantu beliau. cinta adalah kemuliaan. cinta adalah harapan. cinta adalah motivasi. yang jadi permasalahan adalah bagaimana mengekspresikan cinta. kalau kondisi yang bebas saat ini, tidak lepas dari kurangnya usaha kita (aktifis dakwah) untuk menyosialisasikan tentang meng-ekspresikan cinta dengan cara yang makruf.

    kalau di bilang berbeda ketika seorang aktivis dengan yang bukan aktivis jatuh cinta, memang benar. kalau dilihat sebenarnya yang berbeda adalah landasannya. kalau aktivis motivasinya jelas, yaitu dakwah, memberi contoh pada masyarakat, melahirkan generasi-generasi dakwah dan yang pasti cintanya hanya karena Allah semata. kalau yang bukan aktivis, macam-macam, ada yang karena harta, kecantikan dan motivasi lain (yang didominasi mitivasi keduniaan). ketika jargon menarik diatas disosialisasikan ke masyarakat, harus disertai dengan contoh nyata.

    seorang ikhwah jatuh cinta ketika gelora dakwah sedang menggelora disatu sisi memang rahmat walaupun di sisi lain adalah fitnah. namun kalau dicermati lagi tentang hati. menjaga hati dalam artian menjaganya dari hal-hal yang mengotorinya. apakah jatuh cinta itu mengotori. tergantung bagaimana menyikapi. ketika jatuh cintanya seorang ikhwah kemudian diikuti dengan pacaran (dalam arti berdua [secara bebas] dsb), maka itu jelas salah. tapi kalau dilanjutkan dengan yang namanya menikah, itu jelas suci. artinya fitrah cinta yang suci kemudian diikuti dengan <strong>cara yang suci juga</strong>. ikhwah kan juga manusia, bukan memanusiakan ikhwah. artinya kesalahan-kesalahan, kekhilafan-kekhilafan seorang ikhwah tetap suatu yang manusiawi, tapi bukan untuk di legalkan. kesalahan dan kekhilafan tetap harus ditebus dengan yang namanya taubatannasukha.

    yang pasti hidup untuk dakwah ini yang dilandasi cinta pada Allah, cinta pada manusia, pada keluarga dan alam semesta.

    kapinismeuting said:
    16 Juni 2007 pukul 14:29

    pastinya… cinta itu hanya milik ALlah… hanya DIa yang Maha tau apa yang sebenarnya kita rasakan… karena meskipun kita menutup nutupi dengan beribu cara… dengan beribu kata yang dihujankan.. dengan segala daya upaya… yang di kuatkan… tetap saja… cinta itu cinta.. dan hanya Allah yang tau kebenarannya…
    hanya Allah yang tau… apa saja campurannya sehingga ia menjadi sesuatu yang kita rasakan dalam segala kita itu…
    kembalikan saja semua pada Allah… biar Ia yang menunjukkan jalan.. bukankah Dia juga yang memberi perasaan itu ??

    rizal said:
    20 Juni 2007 pukul 16:35

    cinta adalah sebuah hak yang diberikan oleh Allah kepada manusia untuk di renggut kemanisannya ketika kita masih di dunia

    rizal said:
    20 Juni 2007 pukul 16:42

    yang pastinya jangan sampai cinta kepada makhluk mengalahkan cinta kepadaNya…….sebab itu berarti kita telah terjerumus kedalam lembah kesyirikan…jangan lupa berdo’a semoga Allah selalu membimbing kita agar tidak menjadi orang2 yang tertipu.
    kuingin Cintaku Di jalan-Nya

    no na me said:
    22 Juni 2007 pukul 11:29

    …ikhwah jatuh cinta..??, jatuh cinta rasanya sama aj bagi semua kalangan..tp pengekspresiannya yang berbeda, kl ada yg kemudian dengan pacaran,,sebagai ikhwah yang tentu lebih faham ya solusinya NIKAH atau PUASA. ga ada yg lain. segera mohon petunjuk diberi kemantapan hati n kemampuan untuk menikah lalu segera ta’aruf khitbah dll atau diberi kemudahan untuk melupakan perasaan itu, kalo jodoh ya nanti pasti ketemu lagi..sering tak terduga caranya. kalo ga ya pasti ada yg lebih baik untuk kita n dia berarti lebih baik untuk yang lain.
    itu teori yang ana dapat..kalau realisasinya ya pasti ada perjuangan tersendiri yang luar biasa. memang kudu bersakit2 dulu baru bersenang2.

    anGeL said:
    25 Juni 2007 pukul 15:54

    jujur saja saya mengalaminya tapi saya sudah mengerti bahwa itu salah. Saya mengerti! Saya mencoba bilang TIDAK! Saya selalu berdoa supaya rasa ini hilang. Saya gak tahu harus bagaimana…,
    Saya mohon dengan sangat kepada siapapun untuk membantu saya dalam masalah saya. Saya ingin keluar dari rasa ini…….
    Terima kasih

    Iin Pujihastuti said:
    28 Juni 2007 pukul 18:11

    saya tidak menyalahkan ketika ada aktivis dakwah yang terkena VMJ.hanya saja saya suka mengambil kesimpulan, jika ada aktivis dakwah yang terkena VMJ maka itu bisa jadi indikasi bahwa ternyata visi dakwahnya belum mantap dan penjagaan imannya perlu diperkuat lagi. sebab jika visi seseorang itu sudah mantap, maka tidak mungkin ia bisa goyah hanya karena godaan di dunia.sebab sesungguhnya surga Allah itu lebih baik dadi dunia seisinya.

    kaezzar said:
    8 Juli 2007 pukul 20:28

    Assalamualaikum wr wb

    satu hal yg sampe sekarang belom saya ngerti :

    kenapa ya jatuh cinta diindentikkan dgn…v i r u s…???
    kesannya : suka sama seseorang = hal yg buruk
    Islam = kalo suka sama orang = merit
    jatuh cinta = imannya rendah = godaan dunia = keburukan

    apa ada hubungannya kualitas iman seseorang dgn jatuh cinta?
    apa iya kalau kita menyukai seseorang itu berarti kita menomorduakan Allah dan Rasulnya?

    padahal Allah dan RasulNya sama sekali ngga pernah ngelarang manusia untuk jatuh cinta kan?

    apakah cinta thd Allah dan RasulNya sama seperti cinta kepada lawan jenis? apakah sewaktu kita mendengar cerita tentang sekaratnya beliau, kita bisa menangis sejadi2nya?
    silahkan hitung berapa org yg akan menangis…
    apa yang terjadi kalau ternyata seseorang bercerita tentang sakaratul maut suami/istri kita?
    silahkan hitung berapa org yg akan meangis…bandingkan…

    benarkah hanya karena ungkapan2 rasa suka kita terhadap lawan jenis itu bisa lebih riil dan variatif, itu berarti kita lebih mencintai dia dibanding Allah dan RasulNya???

    mereka berada di koridor yg berbeda…
    sama ketika anda membandingkan cinta ortu kepada cinta suami/istri…cinta kepada sesama atau keluarga…mereka punya jalurnya sendiri2 dan tidak bisa disamaratakan

    apakah kita mencintai saudara sesama muslim?
    entah benar atau ngga, pasti akan banyak yg menjawab “ya”
    ketika suami/istri/keluarga sakit apakah kita akan menjaganya?
    ya…kalau perlu bergadang sampe subuh…
    gimana kalau saudara sesama muslim ada yg sakit
    apa perlu kita akan selalu melakukan hal yg sama?
    kalau ngga, apa itu bukti kalau kita tidak mencintai sesama muslim?

    sekali lagi, mereka berada di jalur yg berbeda…
    wujud, ekspresi, atau ungkapan cinta bisa mempunyai bentuk yg berbeda

    satu hal…kalau memang benar jatuh cinta kepada sesama lawan jenis itu memang sebegitu merusak, kenapa Allah dan RasulNya tidak memberi larangan yg tegas dan nyata seperti jatuh cinta kepada sesama jenis???

    dimanakah salah “cinta” ?

    wassalam

    joe_hanazawa said:
    13 Juli 2007 pukul 09:30

    saya setuju dengan pendapat mas kaezzar di atas… pada kenyataannya emang kadang mudah berteori namun sulit mengaplikasikannya kalau kita sendiri yang menjadi objeknya… saya yang termasuk begitu…

    dulu saya yang termasuk kekeh..bahwa kalo saya jatuh cinta sama akhwat itu adalah zinah hati..jadi sebisa mungkin hindarin hal hal yang bisa bikin saya tersepona sama akhwat.

    lah tiba tiba..ujug ujug..saya bisa suka sama akhwat… karena mikir takut kena virus langsung tak khitbah…

    tapi karena kesepakatan berdua…di tunda deh sampai setahun..

    dalam masa ini saya jadi sering miscal (no call) dan sms (gk sering,kl perlu aj)….dan gak boleh ketemuan (kecuali ada izin dari beliau dan itupun harus di rumahnya pas ada kakaknya)

    saya jadi sering mikirin beliau kalau waktu lagi senggang ,apa ini namanya virus hati (zinah hati) juga..???? gak tauk deh..

    mohon pencerahannya … plus solusinya ..(gk cuma teori tokh)..

    note : ini komentar apa konsultasi yah..(lha wes ben..namanya juga cari pencerahan) .

    kaezzar said:
    14 Juli 2007 pukul 00:43

    Assalamualaikum wr wb

    kalo keyakinan saya, sejauh batas2 mengingatnya masih dalam hal yg masih dibenarkan (batasnya udh pada tau kan :p), itu tidak apa2

    why ???
    bukannya ada hadits :
    “…dan zinanya hati adalah mengingat…”

    yups, sama dgn zinanya mata adalah memandang dll…tapi kalo dilihat lagi,

    “…dan kemaluan membenarkan atau menggagalkannya”

    inilah yg menjadi penentu apakah pandangan itu zina atau bukan…
    atau apakah mengingat itu zina atau bukan…
    so, mungkin mas joe bisa tentukan sendiri, sejauh mana mas joe mengingat2 atau membayangkan dia

    mengenai masalah teori, saya sendiri g terlalu memusingkan diri saya ketika saya sedang suka dgn lawan jenis, bahkan sekarang pun saya juga sedang menyukai seseorang, dan saya insyaAllah yakin kalau rasa itu tidak akan membuat saya jauh dari Allah dan RasulNya…
    kenapa? karena jatuh cinta adalah proses yg normal bagi manusia
    karena jatuh cinta bukan suatu hal yg buruk kan

    ada ungkapan :
    “kalo JC ntar kangen terus, akibatnya kita jadi malah lebih sering nginget dia ketimbang Allah dan RasulNya, kita malah jadi menomorduakan Allah dan RasulNya, padahal hanya cinta Allah lah yg kekal”

    sering denger ungkapan seperti itu kan?
    bagi saya (maaf, ini bagi saya pribadi loh..n_n) hal itu sama sekali g berarti kita menomorduakan Allah dan RasulNya
    why?
    simple…saya g bisa membandingkan cinta saya kepada Allah dan RasulNya dengan cinta saya kepada seorang gadis
    mereka ada di 2 koridor yg berbeda,
    Allah (dan RasulNya juga) berada di garis vertikal
    Hubungan antara makhluk dan pencipta
    Sementara rasa suka saya terhadap seseorang merupakan hubungan horizontal alias sesama manusia

    >>ah tiba tiba..ujug ujug..saya bisa suka sama akhwat…
    >>karena mikir takut kena virus langsung tak khitbah…

    inilah pemikiran yg menurut saya,…maaf ya…, masih kurang tepat
    karena JC sebelum menikah pun sah2 aja, hal yg normal

    sering denger ungkapan2 ini?

    “kalo JC ya merit aja”
    “kalo berani JC, berarti harus berani merit dong”
    “jangan JC dulu kalo belom bisa merit”

    hati2, Rasul udah kasi tau loh, kapan seseorang itu sebaiknya menikah…yup ketika kita sudah mampu…bukan ketika kita JC , bukan ketika kita berani, atau bukan ketika mau…thats not enough
    padahal persiapan mental, fisik dan meteri juga amat penting.
    yg saya liat malah faktor terakhir ini, di beberapa org tertentu, malah sering “diabaikan”

    dan y itu tadi, kalo memang JC cinta itu sebegitu “buruk dan laknat” bagi manusia, saya yakin…sudah dari jauh2 hari itu “ditulis” dalam Qur’an dan Hadits…tp smp sekarang, adakah larangan untuk itu?

    kalau anda sudah komit untuk ditunda sampai taun depan, saya kira tidak apa2…jadi bisa sambil siap2 juga, siapin mental, fisik, materi dll. bisa saling lebih mengenal dulu, karena saya pikir kecocokan sangat penting…so, IMO, telepon, SMS ataw ketemuan, tidak ada salahnya kan? toh kita g berbuat hal2 yg tidak syar’i kan

    wassalam

    pemuda_moderat said:
    14 Juli 2007 pukul 17:15

    saya sangat sependapat dengan kaezzar…
    bahwa rasa cinta yang ada dalam manusia janganlah dikatakan sebagai virus…kesannya jahat banget…terus bukan berarti dia lemah iman dan visi dakwahnya…ingat manusia bukanlah robot yang gak punya hati….dan ingat pula bahwa kita tak sesuci malaikat yang tak pernah bersalah…

    boy said:
    15 Juli 2007 pukul 22:16

    knp semua perkara bermula pada satu persoalan, wanita. dari jaman dulu sampe sekarang yang namanya urusan hati emank g ad habisnya. maaf lo y klo saya terkesan mendiskritan kaum haw tersebut tapi bukan itu maksud saya. tlg kita sama sam belajar mngendalikan ego yg satu ini krn sudah terbukti dalam sejarah umat manusia dari jaman qabil-habil sampe julius caessar sekalipun, tidak ada yg luput dari campur tangan ego yang namanya cinta tapi dalam bentuk dan implementasi yang berbeda-beda. yah namanya juga manusia ato bhsa jawanya “manungso” yang artinya “manunggaling karso” sama dengan “keinginan yang menjadi satu” atau dengtan kata lain “serakah”. jadi sbnrnya usah dari sononya kita itu serakah akan segala hal. ingat cerita qabil-habil mmperebutkan iqloima ? lm cerita itu klo g salah ingat qabil (mewaklili sisi buruk manusia) dan habil (mewakili sisi baik manusia) berebut memenangkan ego dalam bentuk cinta kepada iqlima. dalm cerita itu dikisahlka klo habil mati, berarti ndak punya keturunan kan? yang hidup qabil dengan sifat buruknya, jadi klo boleh saya simpulkan kita ini sebnernya keturunan qabil dengan segala sifat dan nafsu setan pembawaannya. darah persaingan dan ingin menang (kompetitif) sudah mengalir di tubuh kita sejak lahir. tinggal kitanya saj sekarang bagaimana mengkompresnya supaya ndak meladak-ledak termasuk juga dalam menekan ego kita yang berbrntuk perasaan cinta. okey ?

    kaezzar said:
    18 Juli 2007 pukul 20:10

    Assalamualaikum wr wb

    Mungkin lebih baik bukan ditekan, tapi dikendalikan
    Kalau ditekan akan terkesan ada unsur pemaksaan di sana, nanti takutnya timbul konflik batin 🙂
    JC sama sekali terlepas dr niatan dakwah, sama sekali ngga ada hubungannya dgn visi misi dakwah, bahkan dgn rasa cinta kepada Allah dan RasulNya…karena mereka berada di dalam 2 arah hubungan yg berbeda.

    mirna said:
    26 Juli 2007 pukul 13:30

    menurut saya, tidak ada yg salah dengan perasaan ato peristiwa jatuh cinta. kan sudah disebutkan bahwa itu fitrah. yg harus dikendalikan adalah tindakan yg dilakukan setelah rasa cinta itu muncul, supaya tidak melanggar koridor. gitu aja si. btw, memang, teori lebih mudah daripada prakteknya. that’s why we need friends-in-istiqomah around us. to remind us. *cmiiw* secara saya jg baru belajar.

    Ananda said:
    1 September 2007 pukul 06:33

    Bagi Para aktivis dakwah yang udah pada siap :
    Menikahlah…karena itu sebagai salah satu bukti cintamu kepada Allah , cinta kepada Dzat Yang Memberikan karunia rasa Cinta (mencintai dan dicintai)

    Bagi yang belum siap nih…:
    Berpuasa , berkarya, dan terus berprestasi …. insya Allah kan memberikan yang terbaik buat antum …

    Allah Ma’akum
    Semoga bermanfaat

    Gusma Abdullah Nur M. said:
    23 Oktober 2007 pukul 09:09

    Assalamu’alaikum Wr. Wb.
    Saya pernah bertanya pada murobby saya tentang bagaimana sih pacaran secara islami.Saat itu saya masih kurang faham tentang hal yang demikian.Murobby saya menjawab “..antum bertanya seperti itu,sama saja antum bertanya: bagaimana sih mencuri,merampok,memperkosa,minum alkohol,nge-drugs secara islami…?”.Mendengar jawaban itu,saya langsung faham apa yang dimaksud murobby saya. Bahwa,sesuatu yang sudah jelas hukumnya haram,tidak bisa di-islami-islamikan………..So,nggak ada tuh namanya pacaran (sebelum nikah) yang islami. Sama halnya, nggak ada mencuri yang islami kecuali ia sudah minta izin (K-lo githu, bukan mencuri dong namanya….)

    M Shodiq Mustika responded:
    28 Oktober 2007 pukul 01:09

    @ Gusma Abdullah Nur M.

    wa ’alaikum salam Wr. Wb.

    Untuk kalangan tertentu seperti antum, kami tidak menganjurkan penggunaan istilah “pacaran islami”, tetapi “tanazhur pranikah”. Lihat http://pacaranislami.wordpress.com/about/

    Adakah Memperkosa Secara Islami? « Pacaran Islami said:
    29 Oktober 2007 pukul 02:12

    […] di sebuah komentar di situs ini. Di situ sang komentator menulis: Saya pernah bertanya pada murobby saya tentang bagaimana sih […]

    ridwan said:
    1 November 2007 pukul 11:47

    Hanya ada pilihan … bagi mereka yang jatuh cinta dan terlanjur pacaran

    PUTUS – Jika belum siap nikah dan SHAUM lah
    NIKAH – Jika gak mau putus dan TOBAT lah

    sebab pacaran apapun namanya lebih banyak mudharat nya dari pada manfaatnya

    M Shodiq Mustika responded:
    2 November 2007 pukul 06:07

    @ ridwan

    Manakah bukti obyektif bahwa “pacaran islami” alias “tanazhur pranikah” itu lebih banyak mudharatnya dari pada manfaatnya?

    Adakah memperkosa secara islami? « Bukan Zina said:
    2 Desember 2007 pukul 08:26

    […] di sebuah komentar di situs Pacaran Islami. Di situ sang komentator menulis: Saya pernah bertanya pada murobby saya tentang bagaimana sih […]

    kahn said:
    29 Desember 2007 pukul 11:33

    saya setuju sekali dengan pendapat tersebut,tapi bagaimana dengan tunangan pranikah?

Tinggalkan Balasan ke kaezzar Batalkan balasan