Korban fitnah Mohon saran

Posted on

Ternyata fitnah memang lebih kejam drpd pembunuhan (QS 2: 191, 217). Rasanya pediiiih banget. Jauh lebih menyakitkan ketimbang disunat. Jauh lebih menyesakkan dada daripada ketika terjebak rayuan maut. Begini ceritanya…

Beberapa hari yg lalu, Abdurrahman Sarijan menulis artikel berisi tudingan bahwa aku adalah PENIPU (dan perusak syariat Islam) yang mengatasnamakan Imam Bukhari. Tudingan ini didukung sepenuhnya oleh Antosalafy. Dengan kata lain, dua orang yang katanya “salafi” ini menuduhku MENYEBARKAN HADITS PALSU dan mencatut nama Imam Bukhari. Masya’Allaaah… Padahal, aku cuman ngutip kata-kata Syaikh Yusuf Qardhawi yang berlandaskan pada hadits Bukhari yang dipermasalahkan itu.

Tak lama berselang, aku tunjukin bukti kelirunya tuduhan mereka. Aku pun menuntut artikel tsb diralat. Namun, tuntutanku ini nggak dipenuhi. Artikel yg berisi fitnah tsb kini cuma “disembunyikan”.

Ya Allaah… Hatiku terasa tersayat-sayat. Aku merasa dizalimi. Kurasa, kedua orang itu kurang adil. Kata-kata mereka yang memfitnah aku itu telah dibaca banyak orang. Mengapa kedua orang itu tidak meralat dan menyampaikan ralat itu kepada semua orang yang pernah menyimak fitnah tsb? Mengapa mereka diam membisu seolah tak pernah terjadi apa-apa?

Wahai pembaca, aku mohon saran. Apa yang sebaiknya kulakukan?

  • Meminta MUI menetapkan fatwa bahwa “salafi” tergolong aliran sesat?
  • Menuntut ganti-rugi immaterial sebesar 2 milyar rupiah, deal or no deal?
  • Memaksa kedua orang “salafi” tsb menulis “pengakuan bersalah, permohonan maaf, dan tekad takkan mengulangi fitnah” di 100 blog WP yg paling ngetop?
  • Memohon guru-guru spiritualku mengusir kedua orang “salafi” tsb dari dunia maya (internet)?
  • Atau apa?

Pliiizz…. Beri aku saran ‘tuk sembuhkan luka hati ini.

86 respons untuk ‘Korban fitnah Mohon saran

    Donny Reza said:
    7 November 2007 pukul 20:36

    Wah, kalau mengusir dari dunia maya, masalahnya saya juga tidak berhak mengusir 🙂

    Saya juga tidak tahu persis fitnah nya seperti apa.

    Barangkali ada tujuan ‘mulia’ di sana, tapi caranya yang membuat kita tidak nyaman 🙂 Idealnya, tulisan dilawan dengan tulisan, kan? kalau mau konfirmasi, di blognya juga ada kan alamat email dan YM nya?

    Akan tetapi, sebetulnya dibalik ‘debat’ ini, ada pembelajaran bagi kami yang membacanya 🙂

    Rien said:
    7 November 2007 pukul 21:18

    semua sudah terwakili 🙂
    bukankah sabar itu tidak ada batasnya, pak? 🙂

    agorsiloku said:
    7 November 2007 pukul 22:04

    @ Herianto

    Baiklah, Bang. Usul Bang Heri kuterima. Insya’Allah aku akan lebih memprioritaskan “orang awam” yang haus ilmu agama daripada “ahli agama” yang tidak menerima perbedaan pendapat.

    ——–
    Betul Mas Shodiq… Orang yang mendalami agama dalam kesalehan apalah gunanya dinasehati. Mereka malah lebih layak jadi guru kita, meski belum tentu jadi panutan kita. Namun, di wilayah pembelajaran, mewacanakan dan berusaha mengerti geliat akal dan pikiran dalam pilihan-pilihan instan kekinian justru lebih membutuhkan.

    Saya merasa di sisi ini lebih nyaman dari pada berujar-ujar, dan penuh periwayatan yang membuat lelah syiar yang ingin dilakukan. Bukan tidak perlu, tapi kita bisa memilh topik yang proposional seperti yang kita, biar sedikit tapi yah… lumayan… satu ayat saja….

    fateh said:
    8 November 2007 pukul 07:42

    Silahkan antum lihat disini :
    http://abdurrahman.wordpress.com/2007/11/07/membungkam-suara-para-perusak-syariat-kerancuan-dlam-maraji/

    Semoga Bermanfa’at
    Ana berpendapat kebenaran hanya satu Bung dan tidak bercabang, kalo jalan menuju ke blok M itu banyak jalan bung :
    – bisa jalan kaki
    – bisa ke pulogadung dulu lalu naik bisakota jurusan Blok M
    – bisa naik taksi
    – bisa naik ojeg

    itikkecil said:
    8 November 2007 pukul 09:47

    sabar aja deh pak….

    kurtubi said:
    8 November 2007 pukul 12:18

    Waaah sudh banyak yang memberi solusi… saya idem saja deh.. heheh 🙂 maaf baru masuk… belum sempat baca2 yang lainnya.. 🙂
    nanti saya balik lagi INsya ALlah… menarik sekali disini tuliasnnya bnyak yang seger

    observer said:
    8 November 2007 pukul 12:28

    @ fateh

    Artikel yang Anda sebut itu sama sekali TIDAK menunjukkan benarnya tuduhan (atau fitnah) kalian bahwa M Shodiq Mustika (dan Yusuf Qardhawi) menipu pembaca dengan mengatasnamakan Imam Bukhari. Artikel tersebut mengalihkan persoalan.

    Persoalan lain itu tak perlu ditanggapi. Saya sependapat dengan Sdr. Agorsiloku di https://muhshodiq.wordpress.com/2007/11/06/korban-fitnah-mohon-saran/#comment-2034

    zidni said:
    8 November 2007 pukul 12:35

    masya’allaah

    ana tak habis pikir kenapa tingkah akh abdurrahman begitu 😦

    dia mungkin pandai berbahasa Arab, banyak pengetahuan agama, tapi akhlaknya memprihatinkan

    sudah memfitnah tak mau mengakui kesalahannya, tak mau minta maaf, eee…. malah cari2 lagi kesalahan orang

    pantaslah ustad Shodiq sampai marah2 gitu

    sabar, pak, sabar….

    seperti observer, ana setuju pandangan Agorsiloku di atas

    observer said:
    8 November 2007 pukul 12:43

    Tambahan:

    Komentar saya di atas itu saya tujukan juga kepada antosalafy

    @zidni

    Saya juga tak habis pikir.
    Mungkin otak kita terlalu tumpul bila dibanding para pemfitnah itu?
    Tapi apalah gunanya otak tajam jikalau hati kotor?

    zal said:
    8 November 2007 pukul 13:07

    ::aku heran…, pada titik sama-sama merasa benar, tidak dirasakan sentakan dijiwa…, tanya ken apa..?
    berbantahan terus dilakukan, padahal yang disuruh jangan berbantahan….
    menuduh orang lain salah, padahal yang disuruh jangan mengangkap kaumnya yg benar…
    tapi akupun tak heran….?
    banyak yang meributkan kue dadar, namun yg dimakan hanya lapisan luarnya, sedangkan intinya yang berasa manis dibuang…mengapa meributkan rasa dadar yang engga pernah dimakan utuh…???

    fateh said:
    8 November 2007 pukul 13:12

    Memang kalo orang sudah men-dewa-kan akal & sudah Taklid buta terhadap seseorang…nyang jadi korban adalah hati. Hati akan keras tidak mau menerima kebenaran. Mas Abdurrahman kan juga belum tuntas membahas masalah tersebut…kita tunggu aja…ok

    belajarlah menerima kebenaran walaupun itu tidak cocok dengan hati (sifat egois) dan akal kita nyang suka ngakalin supaya sesuai dengan kemauan kita.

    Terakhir…”Kebenaran itu hanya satu & tidak bercabang” & Banyak jalan menuju Neraka-Nya Allah dan kalo “menuju ke-Surga-Nya Allah juga Satu & tidak bercabang”

    zal said:
    8 November 2007 pukul 13:30

    ::oooo, ini masalah menuju syurga…, kalau begitu aku engga ikutan…, biar Yang Mpunya syurga aja yang nentuin…siapa tahu aku diajak ditempat yang lain yg belum pernah disampeinNYA…atau aku dijadiin barbeq di neraka jahim…aku ridha…janjiku Tuhan aku ridha…biar orang engga ngerebutin syurgaMU lagi….sebab nanti mereka ngeributin, dan saling rebut fasilitasMU di syurga…

    Abu Zahra said:
    8 November 2007 pukul 13:34

    @ zal

    Kau ngomong apa? Gak jelas dan gak relevan.

    @fateh

    Dengan mengalihkan persoalan (seperti yang kalian lakukan itu) jangan-jangan kalian tersesat oleh “logika” iblis.

    Ambillah hikmah dari https://muhshodiq.wordpress.com/2007/10/31/logika-iblis-yang-menyesatkan-orang-yang-taat-beragama/

    zidni said:
    8 November 2007 pukul 13:48

    Kalau diskusi isinya menyimpang-nyimpang, mengalihkan persoalan, hasilnya jelas: debat kusir.

    Sudahlah. Mereka bebas memilih “logika” iblis daripada akal-sehat Adam a.s. yang diterangkan Ibnu Qayyim sbgmn dikutip di https://muhshodiq.wordpress.com/2007/11/07/pilih-agama-budi-pekerti-ataukah-akal/

    Pokoknya kita sudah mengingatkan.

    hamba allah said:
    8 November 2007 pukul 14:10

    maaf kalau saya berprasangka yang tidak2. tapi kalau saya perhatikan, gaya penulisan observer, abu zahra dan pak shodiq hampir sama. mungkinkah mereka orang yang sama?

    hamba allah said:
    8 November 2007 pukul 14:14

    maaf kalau saya berprasangka yang tidak2. tapi kalau saya perhatikan, gaya penulisan observer, abu zahra, zidni, dan pak shodiq hampir sama. mungkinkah mereka orang yang sama?

    semutkecil said:
    8 November 2007 pukul 17:39

    salam kenal…dakwah yang paling baik adalah menyelamatkan manusia dari sentuhan api neraka…maafkan kesalahannya.

    kurtubi said:
    8 November 2007 pukul 18:01

    para pengaku “pembela hadits” sebaiknya legowo, (rendah hati) bagi orang yang mengutip hadits2 yang bukan shoheh… toch hadits itu dari Nabi saw juga… Imam Bukhory seorang ahli (ilmuwan) hadits tetap dalam masalah fiqh mengikuti madzhab syafi’i… padahal Imam syafii menerima hadtis Ahad…

    begitu kata guru saya…

    danalingga said:
    8 November 2007 pukul 18:08

    Gini pak, jika mungkin bapak sanggup ya di maafkan aja sambil berusaha meluruskan dengan dakwah versi bapak.

    Tapi jika nggak sanggup memaafkan, ya lakukan aja yang setimpal, yakni membalas fitnah dengan fitnah.

    Sekarang tinggal memilih. :mrgreen:

    […] Insya’Allah kami akan lebih memprioritaskan “orang awam” yang haus ilmu agama daripada “ahli agama” yang menolak perbedaan pendapat. […]

    Ersis Warmansyah Abbas said:
    8 November 2007 pukul 20:14

    Ah sudahlah …memaafkan jauh lebih mulia. Kebenaran tidak perlu dibela-bela, sebab akan membela dirinya sendiri. Lagi pula, memaafkan lebih dianjurkan (Rasulullah), dan .. perbedaan adalah rahmat. Mereka-mereka yang membesarkan perbedaan untuk berbeda kurang bijak. Jadikan perbedaan menuju saling memahami. Tapi, … jangan gadaikan prinsip.

    Agam said:
    9 November 2007 pukul 06:32

    OK ada dua pendapat. Terserah pada pembaca mau ikut yg mana. Pembaca yang akan menilai, mana yg pantas untuk diikuti.

    Setelah membaca bantahan antosalafy yg baru.
    Tapi aku masih penasaran. Bapak bisa bahasa Arab atau tidak sih?
    Aku lihat di screenshoot artikel terbaru antosalafy, anda tidak tau artinya.
    Tapi mengaku sudah membaca fathul barri’ yg arab gundul.
    Cuma penasaran aja. Bukan bermaksud menyerang, coz saya bukan tipe orang yg suka debat kusir.
    :)>- PEACE :)>-

    hamba allah said:
    9 November 2007 pukul 08:11

    @ agam:
    apakah tidak terpikir oleh anda, bahwa mungkin ada fathul barri yang berbahasa indonesia?

    Agam said:
    9 November 2007 pukul 16:44

    @ hamba Allah :
    Menurut teman yg sering menterjemahkan buku arab. Fathul barri berbahasa Indonesia kurang baik terjemahannya. Banyak yg dipotong. Kalau ada kalimat yg sulit diloncati. Coba lihat aja mulai dari jilid 1nya. Dan buktikan sendiri kalau mau.
    Naskahnya sistem beli bukan royalti. Si penerjemah mungkin kejar storan. yang penting kuantitas bukan kualitas.
    Tapi kalo dari tulisan http://pacaranislami.wordpress.com/2007/10/11/haruskah-wanita-disertai-muhrim-ketika-bepergian/
    tampaknya disitu sumbernya dari bahasa arab, bukan bahasa Indonesia.

    kurtubi said:
    9 November 2007 pukul 17:01

    Orang baik, konon akan akrab dengan musibah dan kebaikan itu akan terus diuji lagi, diuji lagi.. selamat mendapat ujian.. semoga lulus… 🙂

    M Shodiq Mustika responded:
    12 November 2007 pukul 01:36

    @ Sinta

    Oke… Tuhan maha tau, adil, bijaksana, Tuhan itu segala galanya.

    @ Nenda Fadhilah

    Yuk kita santai, agar syaraf tidak tegang; yuk….

    @ Donny Reza

    dibalik ‘debat’ ini, ada pembelajaran bagi kami yang membacanya

    Alhamkdulillaah….

    @ Rien

    Benar, Mbak, sabar itu tidak ada batasnya.

    @ agorsiloku

    Pandangan Bang Agor top banget. Oke deh!

    @ observer / zidni / Abu Zahra

    Tulisan kalian semakin berkualitas. Alhamdulillaah.

    @ hamba allah

    saya perhatikan, gaya penulisan observer, abu zahra, zidni, dan pak shodiq hampir sama

    🙂 Kepada orang-orang yang suka belajar menulis dariku, pada tahap2 awal aku meminta mereka menulis dengan gaya (bukan isi) yang meniru gaya penulisan seorang penulis yang mereka sukai. Kalau kau lebih jeli, akan kau jumpai dua atau tiga orang lainnya yang gaya penulisannya juga mirip denganku.

    @ semutkecil

    dakwah yang paling baik adalah menyelamatkan manusia dari sentuhan api neraka…

    Yes, kami setuju.

    @ danalingga

    Yup, sudah kami pilih menyampaikan “pesan terakhir”.

    @ Agam

    Pengamatan Anda tajam. Memang, terjemahannya kurang sempurna. Anda mau menyempurnakannya?

    @ kurtubi

    Aamiin.
    Terima kasih atas doanya.

    dobelden said:
    18 Desember 2007 pukul 14:56

    mereka berbagai cara untuk memperkeruh suasana bukannya mencari cara yg terbaik…

    capee dech

    […] tulisan para blogger tentang wahabi dan salafy, kali ini kami copy-pastekan dua tulisan blogger M. Shodiq Mustika yang merasa menjadi korban Fitnah dedengkot penegak kebenaran atau kalo boleh meminjam istilahnya […]

    InulGerudi said:
    31 Mei 2008 pukul 15:42

    yah tidak bagus sering bersedih. hidup ini mesti diteruskan. mari ku dendangkan lagu untukmu:

    burung kakak tua
    tinggal di jendela
    nenek sudah tua
    giginya tinggal dua

    M. Abdullah Habib said:
    21 November 2008 pukul 22:43

    Wahhaby salafy memang sering melontarkan kata-kata yang tidak layak dikatakan orang yang beriman. Tabahkan hati saudara kalau difitnah oleh mereka apalagi saudara membawa-bawa nama Yusuf Qorodhowy orang yang sangatmereka benci. Yusuf Qorodhowy di mata mereka adalah anjing melonglong, jadi kalau anda membawa nama dia(Yusuf Qorodhowy), pasti anda akan ditunjuk sebagai anak anjing.

    Untuk anda bisa bersabar, bacalah tulisan si Muqbil yang berjudul “Iskatu kalbi al ‘aawy Yusuf al-Qorodhowy” (Membungkam anjing melolonglong Yusuf al-Qorodhowy}

    Terus terang saya bukan pengikut setia Yusuf al-Qorodhowy, tetapi saya tidak sependapat dengan buku yang ditulis si Muqbil yang sinting ini.

    Bersabarlah Innallaha m’a al shoobirin.

    antosalafy said:
    24 November 2008 pukul 13:59

    @M. Abdullah Habib
    Hati-hati mas ngomongin ulama. Daging ulama itu beracun. Awas nanti kamu makan racunnya.

    M Shodiq Mustika responded:
    1 Desember 2008 pukul 14:34

    @ M Abdullah Habib
    Terima kasih atas dukungan dan nasihatnya. Insya’Allah saya senantiasa berusaha bersabar. Allah itu bersama orang-orang yang sabar, ‘kan?

    @ antosalafy
    Kita perlu berhati-hati dalam ngomongin siapa pun. Menghormati ulama itu bukan berarti boleh memfitnah orang lain yang bukan ulama sekalipun.

    M. Abdullah Habib said:
    4 Desember 2008 pukul 00:38

    @ anto salafy
    Hati-hati memberi dukungan mas,Saya percaya pada Al-Quran dan saya bermanhaj pada kitabullah ini. Silahkan orang yang tidak mengenal agama memberikan title si A ulama, si B ulama besar dan si C ulama lebih besar lagi.

    Yang jelas ulama yang kita harus ihtirom dengan meeka hanyalah ulama yang salih, tutur katanya terbimbing oleh keimanannya serta sikap hidupnya mencerminkan adanya khosyyah Allah.

    Siapa yang memberikan spirit dan dukungan terhadap para Tholihin, sesungguhnya ia telah ikut serta dalam melakukan tasywih terhadap islam, agama yang telah Allah sempurnakan ini.

    Hati-hati mas untuk mendukung orang yang belum tentu benar pernyataannya, dan pasti salah kalau berseberangan dengan al-Quran. Siapkah anda berhadapan dengan Allah Robbul Alamin dalam mendukung kesesatan orang yang sudah jelas sesatnya ?

    Ingatlah mas ” Wa Huwa al-Qoohiru fauqo ‘ibaadihi ”

    Saya yakin RACUN ULAMA THOLIHIN TAK AKAN MEMBAHAYAKAN PRIBADI SHOLIHIN”

      anggakusumah said:
      30 September 2009 pukul 08:37

      melelahkan membacanya,

      menyampaikan sesuatu kan katanya kudu dengan hikmah.
      nah ketika muncul perdebatan di internet, yang tujuan awalnya keilmuan. saling nasehat menasehati.
      kebanyakan yang berperan ikut campur (baik lewat comment) malah tokoh-tokoh liberal, yang sengaja memanasin dan mencoba mengadu domba.

      gentle sedikitlah, masak lagi nuntut ilmu dibawa ke hati, sampai luka segala. mending biar sehat rajin-rajin dibekam, biar darah ldlnya pada hilang.

    Abdullah said:
    21 Februari 2011 pukul 10:57

    Justru anda yang sesat!!! Bisa-bisanya anda mau menyatakan bahwa Salafy itu sesat?!
    Mudah-mudahan anda diberi hidayah oleh Allah SWT dan mau kembai ke jalan yang benar.

    Abdullah said:
    21 Februari 2011 pukul 11:02

    Yusuf Al-Qardhawi adalah ulama sesat

Tinggalkan Balasan ke kurtubi Batalkan balasan