Berita Bohong mengenai Penelitian tentang Poligami di Malaysia

Posted on Updated on

Hari-hari belakangan ini, sejumlah situs dan blog yang tidak menyukai Islam sedang gencar memberitakan sebuah hasil penelitian tentang poligami di Malaysia, yang katanya dilakukan oleh Sisters in Islam (SIS). Mereka mengatakan, “Studi di Malaysia: Poligami Membuat Keluarga Tidak Bahagia”. Namun setelah memeriksa berita tersebut di situs resmi SIS, aku simpulkan bahwa berita tersebut BOHONG!

Letak kebohongannya:

  • Mereka mengatakan bahwa kesimpulan tersebut berasal dari penelitian SIS, padahal SIS baru merencanakan mempublikasikan hasil penelitian “Dampak Poligami terhadap Institusi Keluarga” itu secara resmi pada tahun depan! Jadi, SIS belum menyatakan kesimpulan-final mereka.
  • Mereka melakukan generalisasi dengan menyatakan bahwa “Poligami Membuat Keluarga Tidak Bahagia”. Padahal, 1.235 orang responden yang diwawancari dalam penelitian tersebut kurang (atau bahkan tidak) representatif untuk mewakili semua kejadian poligami. Sebab, responden-respondennya diambil dari orang-orang yang mengajukan diri untuk menjadi responden, bukan dengan metode yang sah untuk generalisasi menurut ilmu statistik.

Sungguhpun demikian, aku tidak bermaksud mendukung poligami yang sebebas-bebasnya. Poligami yang bisa kuterima keberadaannya adalah yang “relatif adil” bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya.

4 respons untuk ‘Berita Bohong mengenai Penelitian tentang Poligami di Malaysia

    […] Konon, sebagian poligami menyebabkan tidak bahagianya istri pertama dan anak-anaknya. (Lihat “Berita Bohong mengenai Penelitian tentang Poligami di Malaysia“) Islamikah poligami yang mengakibatkan ketidakbahagiaan seperti itu? Tidakkah pelaku […]

    Nisa said:
    28 April 2011 pukul 05:20

    Mas ini koq bodoh benar.
    1. SIS menerbitan hanya sebagian dari hasil penelitiannya, inti sarinya saja. Bikin laporan yang panjangnya tahun depan, itu sah sah saja.
    2. 1200 sampel keluarga poligami di malaysia itu adalah penelitian yang terbesar yang dilakukan sampai saat ini. Tentu saja secara statistik ini sampel yang cukup representatif untuk menjadi cermin praktek poligami di malaysia. Dimana-mana, respondent itu harus suka rela, tidak bisa dipaksa.

    kampretz said:
    28 Juni 2011 pukul 10:45

    Ukurannya kok kebahagiaan sih …..?

    Thomas S. said:
    12 Desember 2011 pukul 11:40

    Nimbrung ya…saya pelaku Poligami, dan ukuran kebahagian adalah relatif, saya bisa menafkahi dengan baik karena itu memang rejeki mereka, awalnya saya juga anti,karena kakek saya juga berpoligami,tapi semuanya serba mengalir,,,dan saya ternyata sekaran menjadi suami dari 2 orang istri saya, mereka sudah cukup bahagia dengan ukuran mereka, kacamata mereka, bukan kacamata orang lain, karena kebahagian adalah relatif dan subjective, apakah semua yang berharga harus mahal harganya? (ada seorang penyanyi dengan syahdu menyanyikan hal ini..) Jadi dari segi saya sebagai laki2,saya tidak mau semua digeneralisir juga,walau perasaan cemburu diantara istri bisa meledak,apakah dalam keluarga monogami hal ini juga tidak akan terjadi? berapa banyak kasus perceraian monogami? dan berapa banyak kasus perceraian dari keluarga poligami? apakah bisa dibandingkan?? niscaya akan seperti membandingkan air tawar dengan jumlah air laut,kita akan bilang air tawar lebih banyak dari air laut,karena ikta berada didaratan dan tidak pernah melihat samudra..seperti itulah kira2, sekian banyak rekan2 yang monogami keluarganya berantakan, berapa porsentase jumlah orang yang berpoligami dengan monogami? kenapa isu minoritas digembar-gemborkan karena itu diperbolehkan? apa karena ingin mengintimidasi keyakinan yang diyakini? bukankah penganut Monogami juga banyak yang dengan santainya selingkuh diluar rumah,, teman kerja saya semua monogami di kehidupan keluarganya, tapi mereka dengan bangga bercerita sudah melanglang buana mengunjungi setiap panti pijat yang ada di Jakarta & beberapa tempat maksiat luar negeri,,sekali lagi dengan bangga…sebagian besar… Tapi istri mereka pun belum tentu kalau diceritakan kebanggaan pasangannya tersebut serta merta akan bahagia? atau mereka akan tetap bahagia semu,,yang penting dia masih saya kuasai secara sah..haha, ada apa ini,,,, Sedang saya yang diam-diam ( saya tidak mau gembor2 bangga mempunyai istri 2 ) karena saya hanya menjalanakan tanggung jawab,diluar kesenangan sebagai imbalan atas tanggung jawab saya,kesenangan mempunyai beberapa anak yang tumbuh dari keringat yang saya cucurkan untuk mendapatkan rizky mereka,, yah itu bukan hak saya untuk saya gunakan mencari kesenangan maksiat diluaran seperti teman teman saya yang monogami tersebut, ada yang berbeda keyakinan dengan saya pun bangga dengan monogami nya dan ke-maksiatannya.. Penghakiman suatu kebolehan dari YME karena kebutuhan egoisme manusia, sama saja adalah pelanggaran terhadap hal yang seharusnya dilaksanakan.
    Disini saya tidak menganjurkan orang mengikuti poligami saya,itu berat,untuk bertanggung jawab,karena semua harus dikalikan 2 ,namun saya bahagia melakukannya,mungkin orang lain melihat saya kasihan pontang-panting mencari ,haha padahal saya asik aja tuh,yang ngeluh terus dengan satu istrinya pun buaaanyak….alhamdulillah saya selalu berusaha bersyukur dan tidak mengeluh ,karena saya bahagia menjalaninya , intinya laksanakan semuanya dengan tanggung jawab,baik monogami maupun poligami.,karena semua akan dimntai pertanggung jawabanya kelak,di akhirat,kecuali kita termasuk orang yang tidak mempercayaai akhirat.. dan mengingkari kebolehan mengharamkan yang halal,menghalalkan yang haram,karena dimata manusia,beda halal haram tipis….be wise… salam.

Silakan sampaikan pemikiran Anda