Gunakan akal untuk memahami Al-Qur’an!

Posted on Updated on

Front of the Quran
Image via Wikipedia

Seorang misterius berteriak kepadaku, “… JANGAN GUNAKAN AKAL ANDA, KARENA AL QUR’AN TIDAK BISA SEMBARANGAN DAN DIJELASKAN SECARA SEPOTONG SEPOTONG”. Nah, apa tanggapan Anda kalau diminta tidak menggunakan akal?

Tanggapan M Shodiq Mustika:

Justru supaya Al-Qur’an bisa dipahami seutuh-utuhnya, bukan sepotong-sepotong, maka penggunaan akal sehat itu diperlukan. Bahkan, Allah SWT menyampaikan firman-Nya hanya kepada orang-orang yang berakal. Sebab, orang yang berakal sehat sajalah yang dapat memahami diin-Nya. Allah berfirman, “… Dan merupakan peringatan bagi orang-orang yang berakal [sehat].” (Q.S. Shad 37 : 43).

Hasil penelitian di IAIN Walisongo tentang konsep akal dalam tafsir al-Misbah menunjukkan bahwa manusia harus senantiasa menggunakan akal untuk bertafakkur dan bertadzakkur. Dengan menggunakan akalnya, manusia dapat menjaga dirinya dengan baik supaya tidak terjerumus dalam hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Dengan potensi akalnya, manusia akan mengetahui hakekat kebenaran yang akan membawanya dalam hidup yang bahagia, jauh dari kemadharatan atau kemaksiatan. Kalau manusia berusaha menggunakan akalnya dengan baik, maka akalnya akan tajam; kalau ia menyimpannya atau tidak menggunakannya untuk berfikir, maka akalnya akan “berkarat”.

Jika kita hanya mengandalkan pancaindera (terutama mata dan telinga) tanpa akal untuk menerima petunjuk ilahi sewaktu melakukan observasi terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadits, maka kita bisa salah paham. Untuk contoh mengenai kesalahpahaman ini, silakan simak artikel “Benarkah memenggal orang kafir berarti mengikuti perilaku Nabi Muhammad?” dan “Kisah seorang idola yang mengejar seorang perempuan“.

Memang, ada hadits yang tampaknya melarang kita untuk menggunakan “akal” dalam menafsirkan Al-Qur’an. Namun, larangan tersebut tidaklah mutlak untuk segala akal. Mungkin saja yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah “akal yang tidak sehat” (yang diarahkan oleh hawa nafsu). Sedangkan penggunakan akal (yang “sehat”) justru diperintahkan oleh Al-Qur’an itu sendiri! (Lihat “Analisis Hadis Larangan TAfsir bi al-Ra’yi.”)

Laman: 1 2

40 respons untuk ‘Gunakan akal untuk memahami Al-Qur’an!

    bolehngeblog said:
    19 Agustus 2010 pukul 08:53

    setuju…gunakan akal untuk memahami islam dengan lebih baik

    dany wicaksono said:
    19 Agustus 2010 pukul 11:03

    menggunakan akal, dengan landasan iman. pasti manteb! ^_^

    Yohan Wibisono said:
    19 Agustus 2010 pukul 14:17

    Salam Kenal dariku, nice artikel 😀 Sekalian mau bilang Met Puasa bagi yang puasa. Met sejahtera bagi yang gak njalanin. Semoga selamat & damai dimuka Bumi. Amin 😀

      Iwan Sujoko (@sujoko_iwan) said:
      3 April 2014 pukul 08:21

      Saya senang dengan anda memahami bahwa nabi muhammad, menjumpai seorang penganut nasrani yang taat dan menjalan amanat dari penganut nasrani tersebut.

    online store said:
    20 Agustus 2010 pukul 10:44

    mikir pake akal, pemrosesan pake hati

    nita said:
    20 Agustus 2010 pukul 11:46

    mungkin ada beberapa ada hal-hal dlm Al-quran yg tidak terjangkau dengan akal kita sebagai seorang manusia yg memiliki keterbatasan (tanpa maksud unk underestimate kemampuan manusia ya ^_^). kalo dipaksakan untuk menjangkau hal tersebut njlimet ujung ujungnya.akan lebih parah kalo akal tidak dilandasi dengan iman dan hati.

    setuju ama dany wicaksono & online store.

    saya pernah dengar kalimat “semakin pintar seseorang, semakin bodoh dia”. mungkin ini pintarnya tanpa dilandasi keimanan kali ya..

    maaf kalau kurang berkenan…^_^

      felly said:
      25 Agustus 2010 pukul 00:41

      bener bnget…… pinter yg g d landasi dgn Iman akan membawa kita kpd kekafiran…..

      Risky said:
      26 Juni 2012 pukul 21:20

      Orang pinter/pandai banyak, tapi orang pandai y/berakhlak baik??? baik menurut masing2 individu berbeda, jauh lebih indahny lagi berakhlak Al Qur’an karena kebaikan mutlak hanya dlm pandangan ALLAH SWT. Akhlak hanya ada dalam hati (qalbu). Dengan hati (qalbu) seseorang bisa semakin dekat dengan ALLAH SWT atw justru semakin menjauh. ALLAH SWT Maha Memutar balikkan hati (qalbu). Mudah2an hati (qalbu) qt semua terjaga karena ALLAH SWT, amiiin amiiin amiiin yaa Robbal alamiiin.

      Baginda Rosulullah saw KEKASIH ALLAH SWT berakhlak Qur’ani & Suri Tauladan TERbaik manusia (akhir zaman).

    arifin said:
    31 Agustus 2010 pukul 10:52

    Setuju… tp harus punya pembimbing yang memiliki ilmu yang cukup, seperti ilmu syariat dan tauhid dulu, karena apabila menemukan teman yang menggunakan logika tetapi kita belum cukup ilmunya dikhawatirkan terjadi penyimpangan… hal utama, tumbuhkan rasa cinta mu kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW dahulu, agar ‘AKAL’ kita selalu dibimbing dengan ridho-Nya… Amiiin..

    Jhon said:
    14 September 2010 pukul 15:26

    sesuatu yang ILAHI tdk dpt di terima secara akal, karena manusia tdk dpt menyalami pikiran ALLAH jika bukan ROH yang memberi pengertian mengenai maksud ALLAH sendiri….
    Thank

    Decaller said:
    18 September 2010 pukul 08:46

    Akal tetap dipakai, TETAPI pemahaman tidak boleh keluar dari apa yang dimaksudkan oleh Allah dan Rasulnya..
    Bagaimana mengetahui apa maksud Allah(alQuran)? dari penjelasan Rasulnya yang kemudian berkembang menjadi tafsir seperti Ibnu Katsir (asli ilmu dari sahabat dan tabi’in bukan kayak misbah yang dari akal)
    Bagaimana mengetahui apa maksud Rasul(alHadis)? dari pemahaman para sahabat pengikutnya yang tentu paling paham dan berkembang menjadi buku-buku selain tafsir (Fiqh, Tauhid, dll).

    hariru said:
    10 Oktober 2010 pukul 19:01

    Saya setuju, bahwa dalam beragama harus menggunakan akal sehat. Banyak kita temukan dalam Al Quran menganai perintah untuk senantiasa menggunakan akal, tentu saja akal yang sehat. Memang tidak semua ciptaan Allah bisa dijangkau oleh akal, misalnya tentang keberadaan surga dan neraka, kehidupan di akhirat, keberadaan Ruh, dan lain sebagainya. Kita tidak bisa mengetahui itu semua melainkan sebatas apa yang telah di-firmankan-Nya.
    Firman Allah dalam Al Quran : Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal.(Q:S:5:58).

    SLAMET SIBTI said:
    12 Maret 2011 pukul 13:22

    tidak semua Al quran bisa di nalar pakai otak manusia karena otak manusia seringkali terbawa nafsu , ada kalanya al quran bisa di pahami dengan hati karena ada ayat yg membingungkan akal kalau di pahami dengan akal

      Zack said:
      12 April 2017 pukul 06:34

      yang penting belajar memahami isi yang terkandung dalam Alquran, jika tidak tahu ya tinggal bertanya kepada ahlinya

    SLAMET SIBTI said:
    12 Maret 2011 pukul 13:24

    tidak semua ayat al quran bisa dipahami dengan akal.

    irawan said:
    16 Maret 2011 pukul 23:15

    Akal penting sebagai pem-beda untuk mem-paham-i apapun, termasuk untuk mem-pahami ALQURAN… karena akal adalah Bantulan Paham.. yang paham adalah diri, sehingga dari diri-lah akal menerima pem-paham-an, sehingga jika akal tidak berasal dari diri maka akan menjadi manusia yang merugi.

    WemBlogspotCom said:
    20 Maret 2011 pukul 19:18

    yang berbahaya itu akal2an, saat itu nafsu pribadi/kelompok masuk..

    sjaiful amran said:
    27 Maret 2011 pukul 05:41

    kalau saya sih yang penting kita jalanin aja perintah2 Allah yang jelas harus kita laksanakan dan menghindari hal2 yang dilarang oleh Allah dalam Al Quran, karena banyak manusia yang terlampu jauh untuk memahami hal2 yang memang Allah sendiri yang tahu maksudnya dan kadang2 ayat tersebut ditafsirkannya sendiri untuk kepentingan pribadinya, sedangkan ayat 2 yang jelas saja maksudnya dan artinya serta perintahnya tidak dijalankannya.

    sjaiful amran said:
    27 Maret 2011 pukul 05:53

    Kita sebagai umat Islam memeluk agama Islam tentunya ingin agar kita terhindar dari masuk Neraka dan ingin agar kita tergolong orang yang masuk syurga sebenarnya dalam Al Quran telah dijelaskan secara simpel, jelas dan gamblang apabila kita ingin masuk syurga, syarat2nya terdapat dalam Surat Al Mu’minun ayat 23 baca saja kita laksanakan perintahnya dan jauhi larangannya tentulah kita dapat mewarisi syurga Firdaus. Semoga kita dapat melaksanakannya dan mejadi orang2 mewarisi syurga.

    Wassalam,
    Sjaiful Amran

    ikin nasikin said:
    8 Mei 2011 pukul 23:13

    Hawa nafsu adalah seluruh keinginan hati dan akal manusia,dan kebenaran adalah apa yang datang dari Allah dan Rasul saw.Memahami alquran haruslah menurut apa yg di faham oleh nabi kita dan para sahabat,kalau alquran difahami oleh akal kita,akan terjadi banyak sekali perbedaan,karena kebenaran dan penafsiran menurut akal adalah kebenaran yg relatif.

    ari said:
    19 Mei 2011 pukul 13:34

    thanks for info travel

    gen said:
    19 Mei 2011 pukul 13:35

    ni gan info menarik tentang borneo

    fairbisnis said:
    25 Agustus 2011 pukul 15:14

    ASSALAMU’ALAYKUM

    MEMANG HARUS PAKE AKAL GAN… TAPI JANGAN SAMPAI NG-AKAL-IN YA…

    omti mulyana said:
    1 Oktober 2011 pukul 10:11

    kepintaran salah satu paktor yang dapat membuat manusia jadi tinggi pundak.
    tetapi hati yang pintar yang bisa me nata arah hidup manusia dengan baik.

    supanji said:
    12 Oktober 2011 pukul 10:04

    saya yakin. akal penting dalam agama apapun. tanpa akal seseorang tak dapat menjalankan agamanya. yang saya heran… saat membahas hal seperti ini… KENAPA MAS MUSHODIK menukilkan link-link situs yang jelas-jelas ngajak murtad.. iman memang tersembunyi. tetapi hakekatnya akan muncul di lisan dan gerak gerik anggota badan. benarkah anda seorang Nasranii???

    lucunya lagi… bagaimana anda mengatakan menurut penelitian di IAIN walisongo….” bahwa manusia harus senantiasa menggunakan akal untuk bertafakkur dan bertadzakkur”. untuk hal seperti ini perlu mencatut “IAIN” dan “TAFSIR AL MISBAH” . siapa anda??? sedang untuk hal-hal prinsip anda katakan “menurut saya…????” aneh. masuklah ke dalam Islam secara kafah.. semoga anda dan saya masuk syurga bersama Nabi Muhammad saw tercinta. aamiiiin.. sungguh sia -sia hidup dalam kekafiran. sungguh sia-sia hidup dalam kemunafikan. sungguh sia-sia ranjau itu kau pasang.. karena justru engkalulah yang akan menjadi korban pertamanya. wal ‘ioyaadzu billah

    supanji said:
    12 Oktober 2011 pukul 10:05

    saya yakin. akal penting dalam agama apapun. tanpa akal seseorang tak dapat menjalankan agamanya. yang saya heran… saat membahas hal seperti ini… KENAPA MAS MUSHODIK menukilkan link-link situs yang jelas-jelas ngajak murtad.. iman memang tersembunyi. tetapi hakekatnya akan muncul di lisan dan gerak gerik anggota badan. benarkah anda seorang Nasranii???

    lucunya lagi… bagaimana anda mengatakan menurut penelitian di IAIN walisongo….” bahwa manusia harus senantiasa menggunakan akal untuk bertafakkur dan bertadzakkur”. untuk hal seperti ini perlu mencatut “IAIN” dan “TAFSIR AL MISBAH” . siapa anda??? sedang untuk hal-hal prinsip anda katakan “menurut saya…????” aneh. masuklah ke dalam Islam secara kafah.. semoga anda dan saya masuk syurga bersama Nabi Muhammad saw tercinta. aamiiiin.. sungguh sia -sia hidup dalam kekafiran. sungguh sia-sia hidup dalam kemunafikan. sungguh sia-sia ranjau itu kau pasang.. karena justru engkalulah yang akan menjadi korban pertamanya. wal ‘iyaadzu billah

    iwan Abdurahman said:
    22 November 2011 pukul 10:07

    Quran telah diterjemahkan keberbagai bhs, yg sumbernya bisa saja berasal dari Quran terjemahan dan tafsir para ulama besar di dunia.

    Oleh karenanya dengan referensi tsb., ditambah dengan menggunakan logika, setiap orang mestinya mampu menafsirkannya tanpa harus bertanya lagi kepada seperti yg anda maksudkan.

    Quran itu bhs sastra, sebuah bhs yg syarat dengan gaya bhs sastra akan mempunyai penafsiran yg begitu luas tanpa menyimpang dari makna aslinya (harfiah).

    Seorang muslim yg ahli itupun relatif, artinya seorang muslim yg cerdas dalam konteks bhs Arab (umumnya) belum tentu ia pandai menafsirkan bhs Quran, tapi hrs mempunyai sensitifitas terhadap pemahaman bentuk bhs sastra.

    Untuk itu, jangan terlalu cepat menuduh salah kepada banyaknya aliran penafsiran, selama tektual Quran aslinya masih sama.

    Saya seringkali mengatakan penafsiran ini tidak mustahil dimanfaatkan oleh kepentingan POLITIK dan KELOMPOK dsb. yang seringkali hal ini luput dari pengetahuan masyarakat pengguna Quran itu sendiri.

    Mestinya kita punya lebih dari satu Quran terjemahan dan tafsir, lalu bandingkan dan pakai kecerdasan kita dimana persamaan dan perbedaannya, disini seringkali ada perbedaan tafsir. Yang benar yang mana..? disinilah yg saya maksudkan kita hrs menggunakan segenap kecerdasan logika kita, atau jika hrs bertanya, juga hrs bertanya bukan cuma kepada ahli agama, tapi bisa saja kepada ahli bhs, dst.

    BOKEP said:
    19 Desember 2011 pukul 21:03

    mantap deh brooo… tetap semangat

    OPIX said:
    22 Desember 2011 pukul 21:34

    TANYA MA AHLINYA…JANGAN TANYA MA AKAL SENDIRI,,,,..TAR YANG ADA MALAH DI AKAL-AKALIN LAGI…

    bangachang said:
    20 Maret 2012 pukul 17:04

    Gunakan akal dalam memahami apapun. Apakah kamu tidak berpikir? Afala yatafakkaruun? Indah sindiran Allah ini dalam Kitab Suci. Harus dapat dibedakan antara menggunakan akal dan menggunakan memori otak. Kebanyakan di antara kita sebenarnya hanya menggunakan memori dalam memahami sesuatu termasuk dalam memahami agama. Kita hanya mengulang begitu saja apa yang telah dikatakan orang kepada kita. Kita hanya menjalankan perintah begitu saja seperti robot yang diremote kontrol. Padahal kita bukan robot. Kita ini manusia. Manusia yang terus berkembang secara fisik, emosional, intelektual, dan spiritual. Ingat Anda adalah makhluk yang terbaik dari semua makhluk yang ada. Akal itu bertingkat-tingkat, berlevel-level tetapi tidak akan naik level jika akal tidak dipakai, jika hanya memori terus, menghafal terus. Seandainya kita berhasil mencapai tingkatan akal yang lebih tinggi maka kita akan menyadari dan memahami bahwa hati itu juga akal. Akal yang lebih tinggi, lebih halus, lebih cerdas. Memang benar bahwa dunia spiritual tingkat tinggi tidak dapat dijangkau oleh akal tetapi dapat dipahami oleh akal, dapat diterima oleh akal. Yang dibawah tidak dapat menjangkau yang di atas tetapi yang di atas dapat turun ke bawah dan diterima oleh akal lalu disampaikan dengan kata-kata oleh manusia rasional. Seperti air hujan yang turun dari langit yang dapat ditadah oleh ember atau baskom. Yang diperlukan hanya kesiapan akal untuk menerimanya. Dan akal tidak akan siap jika tidak dipake. Ilmu suci tidak layak turun ke dalam akal yang berkarat!

    indra ludiana said:
    11 Mei 2012 pukul 15:14

    sangat bermanfaat smoga blog ini berkah olehnya

    Gabrille H said:
    8 Juli 2012 pukul 02:45

    So jadi tak ada lagimelihat dengan mata hati, tapi dengan mata kepala sendiri untuk memastikan sesuatu objektif atau tidak. Nalar or logic atau doktrin sehingga kita tahu bahwa dibulan tidak akan pernah ada suara terdengar karena tidak ada media rambat suara. Tapi ga tau kalo mendengarnya dengan hati bukan kuping kepalanya sendiri…. mungkin juga ada suara di bulan. Rasa-rasanya….. kayak-kayaknya or mudah-mudahan. Selogisnya bahwa Tuhan tidak akan menghancurkan/ menganulir hukumnya sendiri karena itu adalah kepastian yang universal. Jadi tidak ada kebenaran mutlak universal yang asasinya hukum alam runtuh hanya karena dogma or paksaan untuk kita coba meyakini. Saluuuuut kupas terus hukum alam ini, hukum pastinya yang exact yang merupakan kebenaran mutlak ketentuan Nya. Majulah bangsaku jadilah pemimpin bangsa-bansa dengan pengetahuan Nya. Hanya menunggu waktu tersingkap.

    Jefry said:
    26 Oktober 2012 pukul 10:32

    Jika Islam tidak dipahami secara benar maka pemahaman yang keliru akan membuat kita sendiri tersesat sebab banyak sekali syaitan2 yang selalu berusaha menyesatkan kita..

    properti semarang said:
    28 Mei 2013 pukul 14:59

    tidak asal memahami, tapi di lakukan kebaikannya.

    bikin id card said:
    23 Juli 2013 pukul 10:55

    akal memang harus jalan,,,,

    Iwan Sujoko (@sujoko_iwan) said:
    3 April 2014 pukul 08:27

    saya tergugah ketika seorang muslim yang taat hanya menyuruh saya membaca al qur’an ayat yang terjemahannya kita sudah dicampakkan ke aspal jalan.

    Raden said:
    11 Oktober 2015 pukul 08:37

    menurut saya akal digunakan manusia untuk membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik akan tetapi untuk memahami Al quran dan Hadis diperlukan akal seorang manusia yang berilmu bukan akal manusia yang bodoh karena untuk memahami Al quran dan Hadis diperlukan alat alat seperti ilmu nahu dan shorof, mustulahah hadis, tafsir.bahasa arab.sastra arab dll, jadi tidak mungkin manusia yang bodoh memahami Al quran dan Hadis ohirnya dengan akalnya bisa bisa nanti tersesat, oleh karna itu untuk menghindari dari kesalahan kita sebagai orang awam di haruskan mengambil referensi dari para ulama yang berkompeten di bidangnya, nah ulama ulama ini bisa dari kalangan para sahabat, tabi’in, tabiut dan para ulama sesudahnya yang bermanhaj dan ber aqidah lurus sesuai Alquran dan Hadis yang shahih.Di dalam Alquran dan Hadis pun ada ayat ayat yang mtasyabihat yaitu ayat ayat yang sulit dipahami oleh manusia kecuali Allah swt maka kita dilarang untuk mentawilnya jadi hanya mengimani dzahirnya ayat tanpa takwil semisal ayat tentang Allah SWT diatas arsy, tangan Allah,Wajah Allah dll [ Ali imron ayat ke 7 ]

    […] Memang, ada hadits yang tampaknya melarang kita untuk menggunakan “akal” dalam menafsirkan Al-Qur’an. Namun, larangan tersebut tidaklah mutlak untuk segala akal. Mungkin saja yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah “akal yang tidak sehat” (yang diarahkan oleh hawa nafsu). Sedangkan penggunakan akal (yang “sehat”) justru diperintahkan oleh Al-Qur’an itu sendiri! (Lihat “Analisis Hadis Larangan TAfsir bi al-Ra’yi.”) […]

    Dety said:
    24 Oktober 2015 pukul 11:06

    Akal dan keimanan… tidak hanya akal saja, karena ada ayat-ayat Al Quran yang tidak mampu dinalar oleh akal manusia yang terbatas kemampuannya. bila hanya memakai akal nanti ketika ada ayat Al-Quran yang tidak masuk akal maka apakah ayat tersebut akan diingkari? Nauzubillah Minzalik…kita hanya manusia yang banyak memiliki keterbatasan, sedangkan Allah yang menurunkan Al quran memiliki ilmu yang tiada terbatas… wallahu’alam bishowab…

    Bayu said:
    11 Oktober 2016 pukul 09:03

    Mas Admin
    Tulisane agak digedein dikit dong dan agak bold. Supaya lebih mudah dibaca.
    juga spasi antar baris ditambah dikit.
    Trims

Silakan sampaikan pemikiran Anda