Jangan percayai teori evolusi, tapi…

Posted on Updated on

Artikel “Harun Yahya: Tokoh muslim yang hebat ataukah tersesat?” telah memunculkan sebuah perdebatan yang agak panas. Untuk menuntaskan perdebatan, seorang peserta debat telah merujuk artikel “Beberapa FAQ tentang Evolusi“. Namun, artikel tersebut lumayan panjang. Mungkin karena itulah peserta debat lainnya keberatan membacanya. Jadi, selaku “moderator” di sini, aku kutipkan sebagian diantaranya. Kalau yang relatif singkat ini pun dipandang belum memadai, ya sudahlah. Mungkin aku memang kurang lihai dalam merangkum suatu artikel yang panjang:

4. Benarkah Teori Evolusi menyatakan bahwa makhluk hidup tercipta by chance [secara kebetulan]?

Tidak. Pendapat tersebut adalah klaim abiogenesis, dan tidak berkaitan dengan Teori Evolusi.

Abiogenesis adalah cabang ilmu yang khusus membahas kemungkinan asal mula organisme di muka bumi. Sedangkan Evolusi membahas bagaimana keragaman makhluk hidup tercipta dari makhluk awal yang muncul di muka bumi. Awal mula kehidupan bukan fokus yang dibicarakan dalam Teori Evolusi.

6. Menurut Teori Evolusi, nenek moyang manusia adalah monyet. Benarkah?

Salah. Teori Evolusi tidak menyatakan monyet sebagai nenek moyang manusia. Yang dinyatakan oleh Teori Evolusi adalah bahwa “manusia, monyet, dan primata lainnya diturunkan dari nenek moyang yang sama”. Spesies nenek moyang ini dihipotesiskan sebagai sebentuk primata purba (Great Apes).

14. Konon Teori Evolusi menafikan keberadaan Tuhan. Benarkah ini?

Tidak mesti begitu. Sebab:

# Yang menafikan keberadaan Tuhan adalah prinsip abiogenesis. Silakan lihat pertanyaan no. 4.
# Evolusi tidak membahas bagaimana makhluk hidup tercipta, melainkan bagaimana makhluk hidup menyesuaikan diri untuk bisa survive di lingkungan alam.

Bagaimanapun makhluk hidup tercipta, evolusi akan jalan terus. Tak peduli apakah makhluk hidup pertama diciptakan oleh Tuhan, atau secara by chance, atau malah diletakkan bibitnya oleh alien dari planet X. Evolusi mencoba menjabarkan bagaimana kehidupan berkembang setelah makhluk pertama muncul.

15. Bagaimana dengan pandangan berikut: bahwasanya Teori Evolusi menanamkan pandangan materialisme dan menjauhkan dari Tuhan/Agama?

Ini mah kata Harun Yahya. :mrgreen: Meskipun begitu, jawabannya bisa dijabarkan sebagai berikut:

Beliau masih salah membedakan antara Teori Evolusi dan abiogenesis…

Kalau abiogenesis, memang berkaitan dengan kemunculan makhluk hidup dari benda mati. Tapi, evolusi? Lha, wong membahas adaptasi makhluk hidup kok dikait-kaitkan dengan materialisme, Tuhan, dan agama.

Kurang nyambung toh Pak… 🙄

19. Saya sudah membaca mengenai kelebihan dan kekurangan Teori Evolusi. Meskipun begitu, saya masih merasa ragu untuk [meyakini/tidak meyakini] bahwa Teori Evolusi itu benar?

Untuk ini, saya hendak mengutip kata-kata bijak milik Pak Dhe Rovicky; seorang ahli geologi yang beberapa kali membahas soal evolusi di blog beliau.

evolusi JANGAN DIPERCAYA. Tetapi dipelajari , diteliti, dan dimengerti apakah benar-benar terjadi, dan bagaimana terjadinya. Kemudian ambil manfaatnya kalau masih ada yg bisa dimanfaatkan.
Evolusi juga bukan aliran kepercayaan, kok. Jangan dihantem pakai keyakinan … mesti mleset !!

Evolusi itu memang bukan untuk dipercaya! :mrgreen: Melainkan untuk dipelajari, diuji, dan diambil manfaatnya kalau ada.

Justru dengan tidak percaya itulah kita mengembangkan ilmu pengetahuan. Copernicus tak percaya bumi itu pusat semesta, dan ia mengembangkan teori heliosentris. Demikian pula Einstein tak memercayai ruang waktu absolut, dan ia merumuskan Teori Relativitas Khususnya yang terkenal.

Teori Evolusi pun bukan untuk dipercaya, melainkan untuk terus diuji. Dipastikan benar dan salahnya terus-menerus. Bahkan, kalau perlu, diganti dengan teori yang baru di masa depan. Dengan cara itulah kita bisa mendapatkan gambaran yang lebih sempurna mengenai alam ini. 😉

95 respons untuk ‘Jangan percayai teori evolusi, tapi…

    Gus Supri said:
    12 November 2010 pukul 03:32

    Salam kenal Bung M Shodiq,
    Terus terang saya baru ” nemu ” web ini dan saya suka banget walau pola pikir saya sangat kurang mendukung.

    Tentang teori evolusi, sebaiknya dipisahkan pokok persoalannya antara penciptaan makluk hidup oleh Tuhan dan proses mempertahankan kelangsungan hidup itu sendiri, sebagaima yang telah anda sampaikan.

    Teori evolusi adalah kajian dan penyampaian tentang tata cara bertahan hidup, kita percaya boleh tidakpun juga gak jadi soal asal pola pikir kita tidak menjadikan kita ingkar akan keimanan kita kepada Allah yg telah menciptakan kita.

    Tapi Bung, saya agak bingung dan ragu untuk mempercayai bahwa saya adalah keturunan Adam. Kenapa ???
    Dari beberapa keterangan yang pernah saya baca, ternyata bangsa Indonesia ini adalah manusia asli penghuni negara ini dan bukan hasil silang antar bangsa dan telah ada ribuan tahun sebelum manusia super itu diciptakan Tuhan.
    Agama samawi juga tidak menjelaskan penyebaran keturunan Adam ini hingga ke seluruh pelosok dunia, kalaupun ada prosesnya pakai apa lha wong untuk hidup aja masih tergantung kepada kebaikan alam, apa mungkin ribuan tahun yang lalu itu sudah ada alat transportasi yang canggih yang bisa membantu penyebaran manusia tsb. ???
    Saya juga pernah membaca di buku / Alkitab teman non muslim Kitab Kejadian … kalau gak salah bunyinya sbb :
    “…. setelah Kain membunuh saudaranya Habil…. lalu dia melarikan diri ke suatu negri dan kawin dengan anak negri tersebut…”

    Kalau ayat itu dianggap benar, maka ini juga bukti bahwa sebelum Adam, telah ada manusia lain penghuni planet bumi ini…!!!!

    Mohon komentarnya….. Salam…

      soulout said:
      17 Maret 2011 pukul 22:39

      sekarang bisa dibuktikan apakah kita keturunan Nabi Adam As atau bukan kok..
      sudah ada teknologi DNA, dengan membandingkan DNA kita bisa tahu, apakah kita sebangsa manusiakah atau binatangkah atau apalah? contoh jumlah kromosom yang ada.. jumlah kromosom kera itu 48, sedangkan manusia 46. tiap jenis makhluk hidup memiliki jumlah kromosom yang berbeda-beda..

    Gus Supri said:
    12 November 2010 pukul 03:34

    Untuk Rekan-rekan yang lain…Salam kenal..

    ADAM SEBAGAI MANUSIA PERTAMA « kumbarkoe said:
    6 Desember 2010 pukul 14:18

    […] Tasikmalaya. Artikel tersebut aku kutipkan di bawah ini untuk melengkapi pembahasan artikelku, “Jangan percayai teori evolusi, tapi…“ dan “Monyet itu saudaraku; jangan pandang […]

    Gus Supri said:
    23 Maret 2011 pukul 05:27

    Ysh Bung Soulot,

    Proses test DNA jelas akan memberi jawaban nyata, bahwa kita keturunan manusia, bukan dari monyet atau yang lain, aku tahu itu…
    Persoalannya adalah : benarlah kita berasal dari keturunan ADAM..???
    Agama dan ilmu pengetahuan tentunya harus saling sinkron, tidak bisa berdiri sendiri.
    Yang bikin aku tambah bingung adalah berapa jenis Adam, kok hasil keturunannya bisa begitu beragam, ada negro, bule,jepang,arab,china,aborigin,indonesia dsbnya.
    Menurut teori DNA, semuanya berisi data yang berbeda walau ada yang sama yaitu jenis : manusia.
    Contohnya : orang negro kawin ama bule pasti menurunkan bentuk DNA lain yang tidak sama dengan bule dan negro walau ada kesamaan pada data-2 tertentu.
    Lalu pertanyaan saya: Kalo ditarik garis, orang indonesia itu hasil silang keturunan yang mana ?? Ini yang masih terus aku cari keterangannya.
    Salam damai selalu…

      Mang Syoni said:
      23 Maret 2011 pukul 09:20

      Ikut komen ah..
      Gus Supri, umat manusia itu berasal dari satu jenis homo sapiens (manusia modern) yg tinggal di afrika. Trus menyebar ke berbagai penjuru dunia. Kemudian jenis makanan dan iklim akan mempengaruhi penampakan kita. Mengenai hal ini silahkan di check di wikipedia di link berikut ini:

      Ini peta teori penyebaran umat manusia menurut pemetaan DNA:

      Silahkan boleh dipercaya atau tidak, karena ilmu pengetahuan itu bukan untuk dipercaya tp untuk dikritisi kebenarannya..
      Klo disambung2in ada kemungkinan juga bahwa homo sapiens pertama yg ada di afrika itu adalah yg kita sebut nabi adam.. wallahualam
      Wasalam..

        Gus Supri said:
        30 Maret 2011 pukul 15:27

        Mang Syoni, thank linknya.

        Kalo referensi anda homo sapien afrika, aku tidak berkomentar, tapi di Sangiran juga ada homo sapiens, di nusa tenggara ada homo lagi yang umurnya jauh lebih tua dari yang di afrika sono.
        Nah biangnya yang mana ??
        Nah kalo pernah baca buku The Urantia barangkali agak nyambung bahwa bangsa Indonesia itu termasuk bangsa asli dan bukan hasil silang antar nenek moyang homo sapien.
        Salam

          Mang Syoni said:
          30 Maret 2011 pukul 16:59

          Gus Supri yg di Sangiran itu namanya Homo erectus. Homo erectus ini merupakan species yg berbeda dgn manusia (homo sapiens). Tidak ada konsensus dari ilmuwan2 yg menyatakan bahwa homo erectus berkembang menjadi homo sapiens.
          Dan klo pun memang mau mengaitkan homo erectus dgn bangsa Indonesia, perlu diketahui bahwa Homo erectus pun awal mulanya muncul di afrika lalu menyebar ke cina dan jawa.
          Klo sy browse di web ternyata buku The Urantia isi2nya hanya spekulasi dari si penulis. Jadi saya agak ragu untuk menyambungkan isi buku ini dgn bahasan ttg asal-muasal manusia.
          Terus terang saya bukan orang yg benar2 objektif, saya lebih memilih teori yg menyatakan bahwa manusia berasal dari satu nenek moyang, Semua manusia di dunia itu sama… !!
          Sy rasa dgn adanya anggapan bahwa manusia di dunia berasal dari nenek moyang yg berbeda-beda akan membawa konsekuensi yg membahayakan, misalnya suatu ras merasa lebih superior dari ras lain. Hal ini akan membawa ke konsekuensi2 lainnya yang lebih fatal seperti genosida (pembasmian suatu ras). Seperti diketahui genosida selalu diawali dgn adanya anggapan bahwa satu ras merasa lebih superior dari ras lainnya.

            Gus Supri said:
            4 April 2011 pukul 11:40

            Mang Syoni,

            Bukankah superioritas itu yang sekarang terjadi !
            Secara tidak kita sadari, bahkan agamapun melegitimasi hal itu, seolah-olah keturunan Adam adalah manusia yang paling beradab dan unggul , sementara bangsa lain ya begitulah. Padahal sebelum agama samawi eksis, toh orang sudah ada yang berbudi luhur tanpa mengaku sebagai keturunan A atau B.
            Baik, kita stop sekian saja, takut sara.
            Salam

    mat gembul said:
    27 April 2011 pukul 08:25

    hanya sekedar memberi alternatif pemikiran,
    meminjam pemikiranya sigmund freud: kita boleh saja berpikir bahwa alam semesta ini “tercipta” 5 menit yang lalu, lengkap dengan fosil fosil mahluk hidup, lempeng benua dan segala macamnya, termasuk isi dalam memori otak kita yang isinya sudah merekam seolah olah kita sudah mengalami kejadian2 dari beribu ribu tahun yang lalu. hehehe

    Lugas Alkawari said:
    11 Juli 2011 pukul 16:18

    tolong dong diantara kalian hrs ada yg jadi guru sejarah atau biologi bantu saya, sebab menurut pengamatan saya ada 2 kelompok guru. Yg ptm apriori dg teori evolusi dan temuan2 perkembangan manusia sampai homo sapien apalagi diperkuat Harun yahya. Kel. yg kedua malah enggak bisa menjelaskan teori evolusi dan perkembangan manusia sesuai penemuan2 ilmiah krn takut dikatakan kafir oleh kelompok yg apriori. itu saja saya enggak berkomentar hanya like/setuju sama mang shodik. lanjutkan euy…!!!

    Saprol Bluesman said:
    26 September 2011 pukul 13:41

    kalo memang teori evolusi itu ada saya meminta penjelasan bagaimana leher jerapah yang tadinya pendek menjadi panjang? biasanya saya mendapt jawaban: terjadi dengan proses yang lama…..tapi ketika saya meminta penjelasan lebih lanjut tentang rantai penjelasan orang tua si jerapah kepada anak jerapah (per 1 generasi), tidak ada yang sanggup benar-benar menjelaskan. padahal saya ingin tahu ketika ada orang tua jerapah berevolusi bagaimana dia menurunkan sifat-sifat biologisnya yang sudah berevolusi pada anaknya, lalu anak pada cucunya dan seterusnya,,umur per individu terlalu pendek untuk meneruskan sifat-sifat biologis yang sudah berevolusi pada anaknya. dan bahkan menurut saya umur per individu mahkluk hidup tidak cukup panjang untuk berevolusi, dan jika 1 individu saja tidak cukup bagaimana dia menurunkan sifat-sifat yang terevolusi pada seluruh spesiesnya pada generasi di bawahnya.
    hanya saran saja; Albert Einstein memandang alam semesta secara makro, menyeluruh dan dia tahu bahwasanya alam semesta ini seperti jalan raya yang super padat tanpa ada rambu2, namun tetap teratur,,dan kalaupun ada tabrakan (colision) rasionya sangata kecil dinbandingkan dengan ketereaturn yang ada..
    benar memang teori evolusi bukanuntuk dipercaya tapi untuk dikajai,namun yang menjadi masalah adalah,,belum pantas teori evolusi disebarluaskan ke khalayak umum,,karena toh “masih perlu” dikaji.
    saya sangat tidak menyukai penjelasan ilmiah dari orang2 yang po evolusi yang bersifat berbelit, mempersulit sesuatu, dan masih terlalu banyak spekulasi, namun spekulasi tersebut kadang dijadikan landasan ilmiah (bagi saya ini menghina kesucian ilmu pengetahuan.maaf)..seperti contoh kasus leher jerapah tadi.
    hanya utnuk intermeso: kembali kepada kang Einstein, dia tahu ada sesuatu “kekuatan” yang mengatur alam semesta. dia tahu sesuatu itu yang dinamakan “Tuhan”. terlalu menghina Tuhan jika kita katakan mungkin alam semesta ini diciptakan Tuhan tapi setelah itu mahkluk hidup berkembang sendiri atau berevolusi sesudahnya. pernyataan tersebut seolah-olah mengatakan Tuhan hanya Mencipta namun tidak Mengatur. dan sekali lagi Einstein menjawab; “Tuhan tidak bermain dadu”, atau Tuhan tidak membiarkan bagaimana dadu itu bergulir liar, bergerak sendiri, bervolusi sendiri tanpa teratur.tapi Dia mengatur segala sesuatu…coba kita renungkan ,manusia yang lebih dari setengah abad ini belum ada yang mengalahkan kejeniusannya (bahkan stephen hawking),,pun! mengatakan demikian,,pertanyaannya seidahkah kita berfikir secara objektif dan jernih? sudahkah kita mengorbankan waktu yang banyak untuk meneliti, untuk menjawab pertanyaan ilmiah, untuk menguak apa dan bagaimana sebenarnya alam semesta berjalan? sendirikah atau “dituntunkah”?
    pada kesimpulan final Albert Einstein berkesimpulan: Agama tanpa ilmu buta, dan Ilmu tanpa agama CACAT. Agama dan Ilmu adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. buktinya:kita tahu sendiri betapa banyak pemuka agama yang mengambil keputusanyang salah karena tanpa didasari ilmu,, dan betapa banyaknya ilmuwan yang tidak beragama menelurkan sebuah dua buah gagasan dan hanya membuat bingung masyarakat awam bahkan di kalangan ilmuwan itu sendiri.
    jika ada yang berkata tidakada agama samawi yang mampu menjelaskan alam semestadan teori evolusi, artinya anda belum mengkaji secara objektif dan belum berfikir secara jernih, dengan alasan apapun anda menyangkal…introspeksi dibutuhkan di sini.
    mohon maaf jika ada kata2 yang menyinggung dan kecacatan pandangan dari saya.

    jesus said:
    15 Oktober 2011 pukul 19:17

    tai

      paskun said:
      4 Januari 2013 pukul 00:27

      geblek

    ziyad said:
    13 Juni 2012 pukul 21:58

    saya sih orang bodoh yang ingin tanya manusia dulu menurut teori evolusi adalah monyet. lah evolusi monyet gak pernah dibahas. misalnya monyet berevolusi dari kebau atau kambing jadilah moyet yang sekarang ada. cobalah dicari wajah moyet dulu seperti apa, karena setiap makhluk berevolusi. jangan hanya manusia berevolusi, tapi monyet juga hrus berevolusi. bayangan kita kan monyet dulu sama dengan sekarang, sedang manusia dulu berbeda dengan sekarang.

    […] Tasikmalaya. Artikel tersebut aku kutipkan di bawah ini untuk melengkapi pembahasan artikelku, “Jangan percayai teori evolusi, tapi…“ dan “Monyet itu saudaraku; jangan pandang […]

    Mayyaluv said:
    26 Maret 2014 pukul 09:05

    Saya bs memahami pemikiran Mas Shodiq di sini. Saya tdk anti teori Darwin, sekaligus sy memiliki iman agama. Bagi saya, teori Darwin adalah sebuah gagasan yang mencoba menguraikan tentang proses perkembangan makhluk hidup dari jaman purba hingga saat ini, dan menurut saya itu tidak menyelisihi ajaran agama. Ketika Allah berkata Kun Fayakun, itu di dalam “dimensi”-Nya, sedang sy percaya dalam dimensi kita kata itu menyangkut “proses”.

    Menurut saya, “missing link” dalam teori Darwin adalah penciptaan Nabi Adam itu sendiri, tp yah para ilmuwan tentu akan selalu menuntut pembuktian ilmiah, mereka tidak mudah “percaya”, melainkan akan selalu mencari evidence dan berpijak pada penemuan ilimiah, mungkin itulah kenapa mereka memiliki derajat tersendiri di sisi Allah.

    Saya sama sekali tidak bermasalah dengan penemuan ilmiah tentang kemiripan genetik antara kita manusia dengan primata lainnya, atau dengan hewan lain, dengan tumbuhan, bahkan dengan benda mati sekalipun. Kenapa tidak? Toh menurut iman saya, seluruh alam semesta dan segala isinya (termasuk kita) berasal dari Dzat yang sama, sang Maha Kuasa, Maha Besar, Maha Mulia, maha Penyayang, Allah swt. Tentu amat dapat diterima logika saya, bahwa Allah memiliki blue print untuk segala jenis ciptaan-Nya, sehingga meski penciptaan Nabi Adam adalah unik, yakni berasal dari tanah/lumpur yang diberi bentuk, dan ditafsirkan adalah dari tempat bernama Jannah yg mungkin berada di luar bumi, namun dengan blue print yg sama, maka akan selalu ditemukan kemiripan genetika tadi. So yes i believe, nenek moyang saya adalah Nabi Adam as, yet i don’t mind kalo Darwin dan teori biologi molekuler merekam jejak manusia “homo sapiens” hingga ke primata purba, bahkan hingga ke organisme bersel tunggal pertama di bumi 🙂

Silakan sampaikan pemikiran Anda