Indahnya pacaran setelah SEBELUM menikah (+ foto pacaran islami ala Kalimantan Selatan)

Posted on Updated on

Setiap kali aku mendengar seruan “indahnya pacaran setelah menikah”, “pacaran dalam Islam adalah setelah menikah”, dan sebagainya, aku merasa geli. Kupikir, mereka yang berseru seperti itu belum mengetahui (atau pura-pura tak tahu) bahwa makna asli kata “pacaran” adalah “persiapan nikah”.

8 pasang calon pengantin dari Polres Tapin, Kalimantan Selatan
Foto 8 pasang calon pengantin dari Polres Tapin, Kalimantan Selatan, 17 Februari 2009
Kata “pacaran” berasal dari kata bahasa Kawi (Jawa Kuno) “pacar” yang bermakna “calon pengantin“. Dengan diimbuhi akhiran “-an”, “pacaran” itu berarti “aktivitas calon pengantin”, yaitu “persiapan nikah”.

Dengan demikian, pacaran setelah menikah itu mustahil. Mustahilnya itu seperti mustahilnya pernyataan “indahnya menjadi janin setelah lahir”. Sebab, setelah lahir, kita tidak lagi menjadi janin (calon manusia) yang hidup di rahim. (Seandainya setelah lahir itu kita masih menjadi janin di luar rahim, hiii…. ngeriiii….) Demikian pula antara pacaran dan menikah. Setelah menikah, kita tidak lagi menjadi calon pengantin. Jadi, mustahil pacaran setelah menikah.

Karena itu, kalau mau membicarakan indahnya pacaran, tentunya SEBELUM menikah. Hanya saja, yang indah ini adalah pacaran yang sehat atau yang islami.

penataran pranikah
Foto penataran pranikah bagi 8 pasang calon pengantin, 17 Februari 2009
Lantas, apa saja keindahannya? Banyak deh, sampai tak terhitung. Di antaranya:

  1. menjadi lebih siap untuk menikah, termasuk karena sudah lebih mengenal pasangan dan untuk menghadapi segala risikonya
  2. menjadi lebih menikmati pernikahan, karena “pohon” percintaannya telah tumbuh subur sewaktu pacaran, tinggal memetik buahnya setelah menikah
  3. lebih merasakan nikmatnya cinta dengan lebih lengkap, yaitu bukan hanya setelah menikah, melainkan juga sebelum menikah
  4. menjadi lebih dewasa karena ditempa berbagai pengalaman, baik yang manis maupun yang pahit, sewaktu pacaran
  5. ……… (silakan tambahkan apa saja keindahan pacaran SEBELUM menikah menurut dirimu)

Bagaimana kalau pacarannya tidak sehat atau kurang islami? Tentu saja keindahannya menjadi berkurang drastis atau bahkan menjadi TIDAK ADA sama sekali, seperti karya lukis yang dinodai kotoran.

210 respons untuk ‘Indahnya pacaran setelah SEBELUM menikah (+ foto pacaran islami ala Kalimantan Selatan)

    ardie said:
    16 Desember 2010 pukul 02:35

    sekarang kita lihat dec kenyataan yang terjadi disekitar kita.bagaimana cara mereka mempraktekan apa yang telah anda tuliz indahnya pacaran sebelum menikah.kebanyakan remja sekitar kita salah jalan,dan mungkin sudah kelewatan dalam menanggapi tulisan anda.mmang baner sebaiknya kita tau lebih dekat bagaimanakah sifat n perilaku pasangan kita.tetapi ya seperti itu lah kenyataannya banyak remaja kita yang salah jalan dikarnakan merasa dibebaskan dalam cara mencari pasangan,padahal ada dalil yang menerangkan bahwa”janganlah u mendekati zina” dalam tanda kutip mendekati itu aja loh gak boleh apa lagi zinanya,termaksuk pacaran menurut saya sudah bisa dikategorikan mendekati hal yang telah dilarang.dan pacaran menurut saya lebih banyak mudhorotnya ketimbang manfaatnya.trims

      muslimah said:
      23 Juli 2011 pukul 05:49

      maksudnya Bapak Shodiq itu, makna harfiah asli dari ‘pacar’ dan ‘pacaran’ itu sendiri.
      kalo yg menyimpang2 seperti yg sudah dan jaman sekarang umum dibicarakan, mereka itu memang BUKAN pacaran namanya, lebih tepat disebut umbar nafsu, BUKAN pacaran. kalo yg menyimpang2 itu mah artinya sudah MENYIMPANG jauh dari makna pacaran itu sendiri.
      kembali ke pribadi lah.. kalo sepanjang masa pacaran memang selalu positif dan memang benar, mau dikatain dosa? lah apa bedanya dg para wanita aktivis pecinta alam bila berinteraksi dg teman2nya yg lawan jenis? toh ga ada apa2 dan ga ngapa2in.

    pacaran yang islami???? | ciplukzz said:
    18 Januari 2011 pukul 18:20

    […] bisa siap nikah tanpa pacaran lebih dulu. Benarkah demikian? Persangkaan mereka itu keliru! Sebab, makna asli “pacaran” adalah “persiapan menikah”. Mengingat bahwa nikah merupakan langkah besar dalam kehidupan, kita […]

    Nurbaity Febrisani said:
    30 Januari 2011 pukul 12:44

    nm_A mnusia tidak lpas dri kt2 cnta,,,,,

    tp mnkin tu lah mnusia sslu minta yg lbh,,,,,,,,,,,,,,!!!!!!!!
    so…… 1 z,,,,
    hdp sesuai atran z,,,,,
    islam,dan dunia,,,!!!

    ukhty said:
    21 Februari 2011 pukul 13:45

    namun mnurut anda bagaimana carax jk rasa cinta qt sudh sakit jk gak d ungkapin????
    padahal hti ini uda mencoba untuk mnutupi itu semua.
    namun cinta kn datangnya dari Allah, tapi kanpa untuk menyeleaikan permasalahn itu sangatlah susah buat sy!!!!

    Darus said:
    22 Februari 2011 pukul 19:41

    Bismillah. .
    Af1 akh, saran ana coba antum lyat realita deh. Jgn mesyubhatkan makna pacaran. Coz itu bsa menjadi mereka dalih untk pacaran. Makna yg antm sebut apa sesuai dg yg dlapangan. Cb liat dskeliling kita orang2 yg pcaran. Sdah menjadi rahasia umum, aktivitas2 dlam brpacaran. Sexs ringan, sexwilda, mesum ria, cipika cipiki, dll.
    OkLah qt trima pengertian makna pcaran yg antum usung. Tpi gmana yg orang2 pahami slama ini, brtolak blakang akh.

      muslimah said:
      23 Juli 2011 pukul 05:51

      ini yg dinamakan dalam upaya pelurusan makna sesungguhnya..

    Darus said:
    22 Februari 2011 pukul 19:49

    “Makna asli pacaran adalah persiapan nikah”

    Trus gmana dg unkapan seseorang
    “Mmpung masih muda pacaran dlu ah, bsa nikmatin banyak cewek”

    apa ini yg namax persiapan nikah.

      muslimah said:
      23 Juli 2011 pukul 05:52

      jelas BUKAN donk…

        Diharja said:
        10 Agustus 2014 pukul 12:28

        realitanya begitu.. alibi.. sebenernya ttep mau menikmati syahwat sebelum menikah
        .
        kalau nggak begitu, dan ingin menikahnya KARENA ALLAH,, kenapa gg TA’ARUF
        yang caranya amat sangat berbeda dengan yang anda sebut PACARAN ISLAMI
        .
        na’udzubillah, kalau mau mbulusuk, jangan ngajak2 yang baru mau belajar
        .
        Afwan, sebelumnya

    Darus said:
    22 Februari 2011 pukul 19:51

    “Mkna asli pcaran adl persiapn nikah”

    Trus gmna dg ugnkapn sseorang
    “Mmpung msh muda pacarn dlu ah, bsa nikmatn banyak cewek”

    apa ini yg namax persiapan nikah.

    ember.. said:
    23 Februari 2011 pukul 16:31

    hallah gitu aja repot,..yg pnting dewasa dan bertanggung jawab….,,ehh kalo pake aji mumpung skalian aja jualan,itu ngawur aja pengen jajan,..bolehh lah bawa islami..,dai atw ustad pun tergoda juga… 🙂 😛

      ANTI said:
      28 Juli 2011 pukul 11:09

      bnar itu. mau ustad ke pendeta ke, namanye berduaan ma cewe ya seneng, cuma ada yang bisa menjaga ada yg kagak

    wong said:
    27 Februari 2011 pukul 00:15

    anda melihat sesuatu dari sudt pandang bkn islam (baca jawa) shg menimbulkan syubhat. Harusnya dari sisi Islam dengan mengikuti para ulama krn mereka adl pewaris nabi. Ingat bung, jgn lihat sesuatu dari pandanganpribadi, tp lihat lah dr sisi Islam dengan mengikuti ulama yg sholih yg jelas mengikuti para Rasululloh dan para sahabat,

    eana aljembery said:
    1 Maret 2011 pukul 13:45

    Naudzubillah…

    shinta intan al muhaymin said:
    1 Maret 2011 pukul 16:39

    naudzubillah min dzalik….
    semoga alloh semoga memberi anda hidayah…
    di akhir zaman seperti ini, sudah terlihat jelas perzinahan dimana2…
    dan itu pun termasuk aktivitas pacaran…
    pacaran —-> mendekati zinnah….bahkan di zaman ini pacaran sudah menzinah…
    naudzubillah min dzalik…
    mungkin paparan anda tentang arti pacaran menurut bahasa jawa sepeti itu…
    tapi anda lihat sekarang ini, PACARAN = ZINAH
    dari hal sepele dimulai dr pegangan tangan hingga berhubungan badan sudah tidak aneh untuk para pelaku pacaran…
    masih kah anda berkata PACARAN itu ada sebelum nikah?
    SEMOGA ANDA CEPAT DIBERI HADAYAH…

      zai said:
      14 Maret 2011 pukul 15:04

      Hidayah/petunjuk. bukan = hadayah….

      muslimah said:
      23 Juli 2011 pukul 05:59

      pengetahuan itu tidak bisa dipandang dari 1 sisi. bila dikata segala ilmu sains ada di dalam Al-Qur’an, itu benar, tp tetap saja kita tidak bisa juga kan melihat dari 1 sisi itu sendiri, dalam artian dari dalam Al-Qur’an itu sendiri kan? makna sains-nya dapat didapat dari menuntut ilmu di sekolah, misalnya.
      nah, tiap orang memiliki pembenarannya masing2. kalo memang Anda memang merasa benar, ya baiklah, okelah, karena pendapat itu yg memang sekarang umum.
      di sini,
      di sini mungkin maksud penulis hanya meluruskan makna harfiah dari ‘pacar’ dan ‘pacaran’ itu sendiri.

        ANTI said:
        28 Juli 2011 pukul 11:15

        mungkin lebih baik tidak usah disebut pacaran, judulnya persiapan menuju nikah saja.
        karena jika sebuah istilah sudah kabur maknanya, lalu masih dipakai dalam hal yang baik. dia akan menjadi kurang baik juga. persiapan nikah, itu baik. jelas maknanya. pacaran? sudah abu2, tidak jelas. karena para pemuja hawa nafsupun menggunakan istilah pacaran, meski tidak berniat nikah sama sekali.. mf kl tersinggung

    nana said:
    1 Maret 2011 pukul 17:29

    “Dana janganlah kamu mendekati zina karena sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan seburuk-buruk jalan yang ditempuh seseorang (Al Israa:32)
    Ini penulis muslim bukan ya?kok sandarannya bahasa jawa kuno (kawi)yang notabene dirumuskan oleh orang-orang hindu
    http://kaahil.wordpress.com/2010/10/13/pacaran-sehat-dalam-islam-apakah-jika-pacaran-jarak-jauh-boleh-yaitu-pacaran-tanpa-pernah-bertemu-hanya-saling-tukar-p

      muslimah said:
      23 Juli 2011 pukul 06:04

      setiap orang memiliki pembenarannya masing2.
      saya memandang ini sebagai “referensi” dalam hidup. sepertinya ilmu pengetahuna dan teknologi.
      saya sedih membaca komentar Anda. sekalipun Anda ini muslim, tp cara berkomentar Anda ini tidak menganggap bahwa keluarga muslim itu adalah satu. tidak mencerminkan cara berbicara seorang muslim itu sendiri. padahal jelas2 penulis beragama Islam. 😦

    shinta intan al muhaymin said:
    1 Maret 2011 pukul 17:56

    saya membaca2 judul2 catatan anda yg lain…
    naudzubillah min dzalik…
    sudah ada Cahaya penerang dari Alloh yaitu Al-Qur’an…
    jangan mencampurkan yang Haq dengan yang Batil pak…
    saya punya salah satu buku yang dikarang oleh bapak…
    ternyata bapak adalah orang seperti ini…semoga Alloh cepat memberi hidayah pak…

    dan yang paling saya sangat sedih adalah ketika membaca Bahwa Rosul membebaskan orang berkasih sayang tanpa ada ikatan bahkan anda membuat catatan tentang Rosul pun pernah berpacaran dengan Siti khodijah sebelum menikah…

    sadar pak., di zaman ini pacaran mempunyai makna yang berbeda dengan apa yang anda maksud…
    dan secara tidak langsung bapak telah mencampuradukkan yang haq dan yang batil..
    sadar pak…
    semoga Alloh memberi hidayah kepada anda…

      muslimah said:
      23 Juli 2011 pukul 06:09

      sedih saya membaca komentar ini…
      pantas sih, kalo di negeri ini sering terjadi perpecahan, dan pelakunya kebanyakan umat muslim itu sendiri.
      kebanyakan orang yg mengaku paham Islam, rata2 ini kurang dapat bisa open-minded.
      padahal kita sekarang hidup di jaman dg kemajuan iptek.

        ANTI said:
        28 Juli 2011 pukul 11:22

        maaf ya mba, open minded itu dalam hal keduniaan, jika hal akhirat, spt persiapan nikah, pernikahan, ibadah, dll, lihatlah cara rasul, sahabat nabi, tabiin, para tabiut tabi’in beserta orang-orang shalih. trus tidak perlu juga mengaku faham atau tidak dlm agama. yang menjadi pertanyaan sudah sesuai apa belum dengan buku petunjuk kita. jika suda silahkan, jika tida berhati-hatilah. perangkap iblis di mana-mana.

        KAIDAH YANG SUDAH DIKENAL DI KALANGAN PARA ULAMA: Mencegah pintu kerusakan lebih didahulukan.

          kertas said:
          15 Februari 2013 pukul 22:08

          begitulah kalo orang-orang jahil sudah angkat bicara tentang urusan agama!
          apapun dihalalkan, meskipun sudah jelas dalil dari qur’an dan sunnah, meskipun sudah banyak fatwa ulama dan sangat sering dibahas oleh para asatidz, mereka tetap tolak karena tidak sesuai dengan tuhan HAWA mereka…

    tazkhiya said:
    1 Maret 2011 pukul 17:58

    saya membaca2 judul2 catatan anda yg lain…
    naudzubillah min dzalik…
    sudah ada Cahaya penerang dari Alloh yaitu Al-Qur’an…
    jangan mencampurkan yang Haq dengan yang Batil pak…
    saya punya salah satu buku yang dikarang oleh bapak…
    ternyata bapak adalah orang seperti ini…semoga Alloh cepat memberi hidayah pak…

    dan yang paling saya sangat sedih adalah ketika membaca Bahwa Rosul membebaskan orang berkasih sayang tanpa ada ikatan bahkan anda membuat catatan tentang Rosul pun pernah berpacaran dengan Siti khodijah sebelum menikah…

    sadar pak., di zaman ini pacaran mempunyai makna yang berbeda dengan apa yang anda maksud…
    dan secara tidak langsung bapak telah mencampuradukkan yang haq dan yang batil..
    sadar pak…
    semoga Alloh memberi hidayah kepada anda…

    tYo said:
    2 Maret 2011 pukul 01:33

    Jika makna asli pacaran masih berarti “Persiapan menikah”…. berarti di dunia ini banyak dong yang ingin melakukan “Pernikahan Dini”. Perhatiin aja berapa banyak anak remaja mulai dari usia SMP hingga SMA sudah berpacaran………..
    ck..ck..ck…. ga ada bahasa lain apa Pak, yang bisa digunakan untuk menghalalkan suatu hubungan selain “Pacaran Islami”.
    Atau memang kosakata yang ada di pemikiran Bapak hanya “PACARAN”, yang memang lebih mudah diterima oleh masyarakat yang AWAM, agar pemikiran anda dapat tersampaikan……..

    nana said:
    2 Maret 2011 pukul 06:12

    penulis kayaknya perlu dipertanyakan lagi keislamannya deh…PARAH BANGET PEMAHAMNNYA mengutak-atik dalil dan menafsirkan Al Qur’an dan hadist seenakknya ….apa jangan-jangan bukan islam yg mau merusak generasi muda islam dengan menghalalkan pacaran ya?

      muslimah said:
      23 Juli 2011 pukul 06:12

      dari cara Anda berbicara dan menulis dg memilih kata2 ini, saya cenderung sedih..
      ternyata memang benar, umat muslim di negeri ini memang modelnya seperti ini..
      setiap orang memiliki pembenarannya masing2. kalo saya memandang, saya lebih ke arah menjadikan semua yg ada dan tertulis ini sebagai referensi dalam hidup.
      mau diterima atau tidak, itu urusan belakang.

        ANTI said:
        28 Juli 2011 pukul 11:26

        Benar juga perkataan mba ini. semoga yg komentar lebih santun. terlebih dalam menyampaikan hak.

    siti said:
    2 Maret 2011 pukul 14:59

    astaghfirullah pak,
    tobat pak,nyebut,..
    jngan asal mentafsir kan al-qur’an seenak nya.
    emang y,KIAMAT SUDAH DEKAT…
    jangan nambah”in aliran sesat di INDONESIA….

      muslimah said:
      23 Juli 2011 pukul 06:16

      Astaghfirulloh…
      saya benar2 sedih membaca komentar2 macam ini.. 😦

    vika loveze said:
    2 Maret 2011 pukul 17:04

    klo kata guru saya pacaran itu lebih nikmat setelah menikah kan masih pandangan pertama.soalnya klo kita pacaran sebelum menikah pasti bosan.

    radit said:
    13 Maret 2011 pukul 00:57

    hmmmm…islam yg mana kh ini?
    kalau yang ngajak pacaran tu ngajaknya serius buat menuju ke jenjang pernikahan mungkin ada benarnya.
    tapi sekarang anak SD pun mulai cinta cintaan dan berpacaran
    jadi pacaran versi apa lagi nich?

    zai said:
    14 Maret 2011 pukul 15:02

    pacaran ada setelah adanya pernikahan di dalam islam itu yang BENAR….
    bagaimana dampak sinetron bagi muda-mudi jaman sekarang……….dasyattttttttt…..

    antho said:
    18 Maret 2011 pukul 17:56

    wah..wah.. ini penyesatan namanya.. wkwkwkwkwk hancur dunia islam jika banyak orang2 islam yg sangat yakin sekali seperti anda. mengatakan pacaran secara islami itu indah. mau tau keindahan pacaran sebelum nikah ini fakta realita tak terbantahkan.dan nga usah munafik.
    1.bisa merasakan berbagai jenis tubuh wanita ( gonta/ganti pacar )
    ini satu saja bentuk buruk pacaran. sekali lagi nga usah munafik jadi manusia.
    pacaran ya pacaran saja nga usah seolah2,menghalalkan yg sudah jelas haram.

      ANTI said:
      28 Juli 2011 pukul 12:11

      Bner, Aku jg suka kok, tp imanku melarangnya…

    athar said:
    27 Maret 2011 pukul 00:01

    Bismillah..
    Tidak ada satu dalil pun dari nash Al Qur’an dan Hadits As Shohih yang melandasi tulisan si penulis. Tulisan yang sangat rapuh, seperti rapuhnya kayu yang dimakan rayap.
    Menempelkan label Islami memang mudah. Namun ketika yang dilekati adalah hal-hal yang menyimpang dari ajaran Islam, maka perkaranya menjadi berat pertanggungjawabannya di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    Abul ‘Aliyah rahimahullahu berkata, “Siapa yang bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di muka bumi maka sungguh ia telah membuat kerusakan di bumi. Karena kebaikan di bumi dan di langit diperoleh dengan ketaatan.” (Tafsir Al-Qur`anil ‘Azhim, 6/179)

    Pergaulan anak muda yang rusak merupakan salah satu penyebab kerusakan tersebut. Hubungan pra nikah dianggap sah. Pacaran boleh-boleh saja, bahkan dianggap suatu kewajaran dan tanda kewajaran anak muda.

    http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/fatwa-ulama/tidak-ada-pacaran-islami/

    Muhammad Arif said:
    17 April 2011 pukul 22:48

    menurut saya, kajian Anda dangkal sekali. tidak berbekal ilmu Al-Quran dan Sunnah yang cukup.

    Udin said:
    18 April 2011 pukul 15:19

    Pacaran itu masa penjajagan ( Pengenalan ). Cocok gak dia dengan kita. Sesuai gak gaya hidup dan jalan pikiran dan pandangan atau tujuan hidupnya dengan kita. Ini masa yang penting. Kalau ada yang salah jalan, ya jangan di samarata in dong. Menikah tanpa didahului pacaran akan menimbulkan banyak masalah dan bisa sulit menyelesaikannya. Kita harus menganggap bhw menikah hanya cukup sekali. Cukup sekali kan….

      ANTI said:
      28 Juli 2011 pukul 12:37

      Mf Pa Udin, dlm pacaran orang seringkali menutupi kekurangannya dan berusaha menampilkan yang baik-baik saja. jd sulit juga dikatakan penjajagan. kalau penjajagan, coba tanyakan pada orang tuanya, tetangganya, dan orangnya di depan orang tuanya. tanyakan bagaimana sikap jika anda marah, jika anda tak punya uang, jika anda sedih, jika anda gembira. itu akan lebih mengenal. pacaran banyak yang dibuat-buat. Jangan mengatakan nikah tanpa pacaran banyak masalah. yang sudah pacaran bertahun-tahun sekalipun ternyata banyak yang berakhir tragis, tidak mengerti satu sama lain. tak mengenal karakter masing masing. tp dengan berduaan yang, jika anda kuat dengan godaa syetan, mungkin slamat, tp bnyak yang tak mampu menjaga pandangan, menjaga pega sentuhan dan menjaga perkataan. jd sebaiknya cari jalan aman.. apalagi jika kita kurang ilmu, kurang iman, atau mudah tergoda..

    Thinie.. said:
    9 Mei 2011 pukul 12:29

    Asslmlkum…
    akh ,pa anda sudah survey kalau orang yg pacaran itu rumah tangganya akan awet(langgeng).???
    buktinya banyak yang kawin cerai seenaknya meskipun pacarannya sampai bertahun-tahun..
    apa anda juga sudah survey orang yang nggak pacaran tu lalu menikah itu pernikahannya tidak akan bertahan lama??

      muslimah said:
      23 Juli 2011 pukul 06:19

      balik tanya saja pada diri sendiri..
      gimana kehidupan Anda (bila sudah berumah-tangga)..?
      kasihan penulis..pembaca2nya ini mbacanya pake emosi semua..

        Ayat said:
        17 September 2011 pukul 15:45

        Emosi disini oleh rekan-rekan pembaca bukan emosi buta, tapi karena beralasan dan seuatu keharusan jika agama islam diacak-acak, alquran di tafsir seenaknya sendiri. segala aktifitas manusia sudah diatur dalam islam.. ga usah menambah-nambahkan…

    sofyan said:
    20 Mei 2011 pukul 08:19

    semoga Alloh memberikan jidayah kepada bapak….. tolong belajar lagi ya… pakai
    al-Qur’an dan sunnah sebagai rujukan….

    sofyan said:
    20 Mei 2011 pukul 08:20

    afwan maksud saya hidayah…hilaf..salah ketik…

    Agus Susanto said:
    5 Juni 2011 pukul 01:27

    Wah..sepertinya banyak yang kontra dengan tulisan Pak Sodiq ini…
    Saya rangkum bukti2 yang sudah ditulis oleh para komentator sebelumnya terkait dengan dampak pacaran, seperti:

    – Pergaulan anak muda yang rusak
    – bisa merasakan berbagai jenis tubuh wanita
    – anak SD pun mulai cinta cintaan dan berpacaran
    – banyak anak remaja mulai dari usia SMP hingga SMA sudah berpacaran
    – Sexs ringan, sexwilda, mesum ria, cipika cipiki, dll.
    – kebanyakan remja sekitar kita salah jalan
    dan masih banyak lagi yg saya tidak ketahui

    Itu semua adalah dampak dari konsep PACARAN SETELAH MENIKAH yang telah digembor-gemborkan oleh banyak kelompok pengajian, liqo’, dan lain-lain yang sejenis.

    Apa yang dilakukan oleh pasangan yang baru menikah? jawabannya adalah: berhubungan intim, bermesraan, berciuman, dan lalin-lain yang berhubungan dengan seks. Seandainya saya tidak ada konsep PACARAN SETELAH MENIKAH dampak di atas tidak terjadi. jadi mereka-meraka ini adalah ingin tahu seperti apa sih nikmatnya pacaran setelah menikah…?

    Intinya adalah bagimana kita memahami makna asli istilah PACARAN, dan buka memberi makna PACARAN berdasarkan fakta-fakta tadi. Bijaksanakah kita jika mengganngap pacaran sebagai mendekati zina atau bahkan zina…itu bukan pacaran namanya.

      Bale said:
      1 November 2011 pukul 12:40

      Namanya kalau sudah berumah tangga itu ya boleh mas. Apa sih tujuan NIKAH?? Salah satunya ya untuk menyalurkan nafsu birahi. Konsep ANDA bagi saya SALAH BESAR. Aneh banget peryataan anda.

      Pukus said:
      20 Juli 2012 pukul 03:08

      sebelumnya perkenalkan, saya mau mengaku bahwa saya hanyalah seorang anak ‘ingusan’ yang belum begitu dalam pemahamannya tentang Islam dan ajarannya

      taaaaaaapiiiii,
      kalau mau ngomongin tentang term atau istilah, kayaknya dulu saya pernah dapet pas SMP tentang perubahan makna. Ada ameliorasi dan peyorasi. Ameliorasi ialah perubahan makna di mana arti kata baru jadi lebih tinggi nilainya, sedangkan peyorasi itu menjadi lebih rendah (~negatif). Nah kalau menurut saya sih istilah “pacaran” itu mirip sama kata-kata yang kena peyorasi. Kalau contoh lain peyorasi misalnya pembantu. Pembantu kan sebenernya artinya orang yang membantu. Orang yang membantu kan positif lah yaa ngeringanin beban orang lain. Tapi seiring berjalannya waktu kata ini mengalami penympitan makna (negatif). ZAMAN SEKARANG kalo ada orang yang bilang “pembantu” ya NGEH NYA DI OTAK si pendengarnya BUKAN LAGI seseorang yang misalnya dengan mulianya menolong seorang anak kecil yang jatuh dari sepeda tanpa pamrih, MELAINKAN pembantu rumah tangga yang orang-orang normal kalau bisa sih nggak mau berada pada posisi ini. Kalau menurut saya sih hal semacam itu berlaku juga dalam konteks pacaran. ZAMAN SEKARANG kalau ada orang yang bilang PACARAN ya yang ada DI OTAK para PENDENGAR atau PEMBACA itu ya pacaran masa kini yang biasanya MELIPUTI pegangan tangan lah, mojok berdua lah, atau bahkan lebih parah dari itu dan 99,999% saya yakin kalau itu semua pasti NGGAK BEBAS dari nafsu syahwat yang notabene DILARANG dalam Islam. WHO CARES, SIAPA PEDULI, DAN BODO AMAT SIH KATA PACARAN ITU SEBENERNYA DARI BAHASA APA MAKNA KATA DASARNYA APA pokoknya yang ada di pikiran kebanyakan orang mah pacaran itu ya yang saya sebutin tadi dan bukannya persiapan untuk menikah mengingat emang pada realitanya anak SD pun udah banyak pacaran dan mereka baru akan nikah sepuluh tahun yang akan datang ^o^

      Jadi, emang sih kalo dilogika emang bener sih artikel ini mulai dari kalimat pembuka “Setiap kali aku mendengar seruan “indahnya pacaran setelah menikah”, “pacaran dalam Islam adalah setelah menikah”, dan sebagainya, aku merasa geli.” la la la la sampai “Setelah menikah, kita tidak lagi menjadi calon pengantin. Jadi, mustahil pacaran setelah menikah.”

      taaaapiii masalahnya adalah ARTIKEL INI JUSTRU BISA BIKIN RANCU dan salah paradigma. Menurut saya sih. Kenapa? Soalnya bakal gedhe banget peluang terjadi ketidak-match-an antara apa yang ada di otak penulis dan pembaca. Si penulis ngartiin pacaran itu persiapan nikah dan seyogyanya ya yang nggak menyalahi aturan Islam, tapi di otak pembaca pada umumnya pacaran ya pacaran anak muda zaman sekarang yang sudah banyak menyimpang dari ajaran Islam. Nah gimana kalau ada seorang anak muda yang cuma sempat membaca judulnya saja tanpa membaca isi artikelnya padahal yang di otaknya yang namanya pacaran ya yang maksiat-maksiat itu. Dia bisa mikir kalo pacaran yang maksiat-maksiat itu diperbolehkan. Beuhh. Berlaku juga buat orang yang cuma baca skimming dan nggak terlalu memahami isinya, atau yang baca judulnya langsung poin-poin nomor 1 2 dst.

      Lebih parah lagi di blog yang menjadikan artikel ini sebagai rujukan atau nge-link-in url artikel ini hingga saya bisa berjumpa dengan artikel ini. Kalau nggak salah blognya http://pacaranislami.wordpress.com/. MasyaAllah, emangnya setiap orang yang baca tentang artikel-artikel pacaran itu mesti udah pernah mampir ke halaman ini dan paham benar kalau yang dimaksud dengan pacaran di berbagai artikelnya itu adalah persiapan nikah dalam catatan masih tetap berpegang pada ajaran Islam apa?

      saya belum begitu paham dengan hadis dan sanad sanad, namun yang jelas menurut saya, menurut saya loh yaa, artikel semacam ini atau yang ada di blog pacaranislami JUSTRU ‘BISA MEMBAHAYAKAN’, apalagi kalau dibaca oleh orang awam, masih muda belia, labil pula.

      maaf kalau kepanjangan atau banyak kata-kata yang kurang berkenan, namun saya mohon peliiis banget ya kak muslimah jangan dikomen dengan kata-kata “saya sangat sedih membaca komentar ini” plus emot sad, jujur ya saya sudah mu*k baca kalimat itu. Mohon maaf sekali lagi kalau banyak yang menyinggung. Thank’s.

        agit said:
        2 Maret 2013 pukul 15:07

        iya..
        aku setuju denganmu
        seharusnya penulis artikel itu harus mengerti bahasa Indonesia
        yang baik dan benar.
        Soalnya yang baca kan orang Indonesia
        dan memiliki berbagai macam pendapat dipikirannya.
        Bisa menjadi ambigu jika seperti ini.
        ckckck

      kusuma said:
      20 Juli 2012 pukul 03:12

      sebelumnya perkenalkan, saya mau mengaku bahwa saya hanyalah seorang anak ‘ingusan’ yang belum begitu dalam pemahamannya tentang Islam dan ajarannya

      taaaaaaapiiiii,
      kalau mau ngomongin tentang term atau istilah, kayaknya dulu saya pernah dapet pas SMP tentang perubahan makna. Ada ameliorasi dan peyorasi. Ameliorasi ialah perubahan makna di mana arti kata baru jadi lebih tinggi nilainya, sedangkan peyorasi itu menjadi lebih rendah (~negatif). Nah kalau menurut saya sih istilah “pacaran” itu mirip sama kata-kata yang kena peyorasi. Kalau contoh lain peyorasi misalnya pembantu. Pembantu kan sebenernya artinya orang yang membantu. Orang yang membantu kan positif lah yaa ngeringanin beban orang lain. Tapi seiring berjalannya waktu kata ini mengalami penympitan makna (negatif). ZAMAN SEKARANG kalo ada orang yang bilang “pembantu” ya NGEH NYA DI OTAK si pendengarnya BUKAN LAGI seseorang yang misalnya dengan mulianya menolong seorang anak kecil yang jatuh dari sepeda tanpa pamrih, MELAINKAN pembantu rumah tangga yang orang-orang normal kalau bisa sih nggak mau berada pada posisi ini. Kalau menurut saya sih hal semacam itu berlaku juga dalam konteks pacaran. ZAMAN SEKARANG kalau ada orang yang bilang PACARAN ya yang ada DI OTAK para PENDENGAR atau PEMBACA itu ya pacaran masa kini yang biasanya MELIPUTI pegangan tangan lah, mojok berdua lah, atau bahkan lebih parah dari itu dan 99,999% saya yakin kalau itu semua pasti NGGAK BEBAS dari nafsu syahwat yang notabene DILARANG dalam Islam. WHO CARES, SIAPA PEDULI, DAN BODO AMAT SIH KATA PACARAN ITU SEBENERNYA DARI BAHASA APA MAKNA KATA DASARNYA APA pokoknya yang ada di pikiran kebanyakan orang mah pacaran itu ya yang saya sebutin tadi dan bukannya persiapan untuk menikah mengingat emang pada realitanya anak SD pun udah banyak pacaran dan mereka baru akan nikah sepuluh tahun yang akan datang ^o^

      Jadi, emang sih kalo dilogika emang bener sih artikel ini mulai dari kalimat pembuka “Setiap kali aku mendengar seruan “indahnya pacaran setelah menikah”, “pacaran dalam Islam adalah setelah menikah”, dan sebagainya, aku merasa geli.” la la la la sampai “Setelah menikah, kita tidak lagi menjadi calon pengantin. Jadi, mustahil pacaran setelah menikah.”

      taaaapiii masalahnya adalah ARTIKEL INI JUSTRU BISA BIKIN RANCU dan salah paradigma. Menurut saya sih. Kenapa? Soalnya bakal gedhe banget peluang terjadi ketidak-match-an antara apa yang ada di otak penulis dan pembaca. Si penulis ngartiin pacaran itu persiapan nikah dan seyogyanya ya yang nggak menyalahi aturan Islam, tapi di otak pembaca pada umumnya pacaran ya pacaran anak muda zaman sekarang yang sudah banyak menyimpang dari ajaran Islam. Nah gimana kalau ada seorang anak muda yang cuma sempat membaca judulnya saja tanpa membaca isi artikelnya padahal yang di otaknya yang namanya pacaran ya yang maksiat-maksiat itu. Dia bisa mikir kalo pacaran yang maksiat-maksiat itu diperbolehkan. Beuhh. Berlaku juga buat orang yang cuma baca skimming dan nggak terlalu memahami isinya, atau yang baca judulnya langsung poin-poin nomor 1 2 dst.

      Lebih parah lagi di blog yang menjadikan artikel ini sebagai rujukan atau nge-link-in url artikel ini hingga saya bisa berjumpa dengan artikel ini. Kalau nggak salah blognya http://pacaranislami.wordpress.com/. MasyaAllah, emangnya setiap orang yang baca tentang artikel-artikel pacaran itu mesti udah pernah mampir ke halaman ini dan paham benar kalau yang dimaksud dengan pacaran di berbagai artikelnya itu adalah persiapan nikah dalam catatan masih tetap berpegang pada ajaran Islam apa?

      saya belum begitu paham dengan hadis dan sanad sanad, namun yang jelas menurut saya, menurut saya loh yaa, artikel semacam ini atau yang ada di blog pacaranislami JUSTRU ‘BISA MEMBAHAYAKAN’, apalagi kalau dibaca oleh orang awam, masih muda belia, labil pula.

      maaf kalau kepanjangan atau banyak kata-kata yang kurang berkenan, namun saya mohon peliiis banget ya kak muslimah jangan dikomen dengan kata-kata “saya sangat sedih membaca komentar ini” plus emot sad, jujur ya saya sudah mu*k baca kalimat itu. Mohon maaf sekali lagi apabila banyak yang menyinggung. Thank’s.

    Hamba Allah said:
    20 Juni 2011 pukul 08:38

    simple ja…
    klo bapak islam..ya harus ikut ajaran islam yg telah diajarkan..
    klo islam..tpi bntah ya bapak brarti sesat…
    klo ndak islam…ya monggo…

    Hamba Allah said:
    20 Juni 2011 pukul 08:39

    simple ja…
    klo bapak islam..ya harus ikut ajaran islam yg telah diajarkan..
    klo islam..tpi bntah ya bapak brarti sesat…
    klo ndak islam…ya monggo…
    smoga Allah memberikan hidayah kepda bapak2…

    […] bisa siap nikah tanpa pacaran lebih dulu. Benarkah demikian? Persangkaan mereka itu keliru! Sebab, makna asli “pacaran” adalah “persiapan menikah”. Mengingat bahwa nikah merupakan langkah besar dalam kehidupan, kita […]

    Das said:
    4 Juli 2011 pukul 15:32

    Saya Bahagia sekali menjalani pacaran setelah menikah,,kenalan 5 hari terus nikah. dan sudah 1 taon ini istri saya selalu bilang : kita seperti pasangan muda-mudi pacaran tanpa takut ngelakuin ini itu karena sudah syah (agama dan Negara).

    Alhamdulillah Allah memberikan keindahan berpacaran dengan istri saya setelah nikah.

      muslimah said:
      23 Juli 2011 pukul 06:24

      Alhamdulillah bagi para muda-mudi muslim dan muslimah yg dapat melalui masa pacaran hingga menikah, dg DAPAT menahan syahwat dan selalu berkegiatan positif, dan BENAR2 JAUH dari yg hal2 (yg umum itu) tentang zinah2an.
      kembali ke pribadi masing2 ya Pak.
      kalo memang Bapak dan seperti para umat muslim lain yg berpendapat dan melakukan seperti yg Bapak jalankan, ya karena itu “cara” Bapak2 dan Ibu2 sekalian..
      tidak untuk sebagian umat lain yg mampu istiqomah hingga ijab kabul itu terlaksana.. 🙂

    nurcholik said:
    11 Juli 2011 pukul 04:22

    kenapa komentar di artikel http://pacaranislami.wordpress.com/2010/08/15/mau-siap-nikah-pacaran-dulu-dong/#more-978 ditutup pak???

    sesat kok ngajak-ngajak!
    kaya iblis aja!

    mudah-mudahan Allah memberi hidayah untukmu pak agar bapak bisa segera tobat.

      muslimah said:
      23 Juli 2011 pukul 06:26

      sedih, sedih saya baca ini.. 😦

    ibnu abdillah said:
    15 Juli 2011 pukul 15:14

    ente buat artikel ini sudah mikir gk akibatnya apa,,?ente berfatwa tanpa berilmu,, itu namanya mnyesatkan umat ,,,!!!! apa ente tidak takut,,pertnggung jawaban dihadapan Allah nanti,,,?

    ashabul AL - aman said:
    26 Juli 2011 pukul 19:30

    PACARAN (SEBELUM MENIKAH) ITU HARAM ! JELAS DALILNYA :
    وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

    “Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Israa’: 32)

    @ ibnu abdillah : saya setuju dengan pendapat antum karena “tiada pintu yang lebih lebar masuk ruang zina daripada pintu pacaran”.

    sesungguhnya yang membuat fatwa sesat (bicara tanpa ilmu) hanya akan memanen dosa seperti halnya memanen untung dari “multilevel marketing”

    “Jangan kamu ikuti apa yang tidak kamu ketahui, karena pendengaran, penglihatan dan hati, semua akan dipertanggung jawabkan”(QS. Al-Isra’ : 36)

    nibishuky team said:
    26 Juli 2011 pukul 19:32

    mendekati saja haram … apalagi melakukan… amat berat dosanya, ya Allah berilah petunjuk kepada kami agar kami dapat selalu meniti jalan yang lurus

    alam 2000 said:
    1 Agustus 2011 pukul 12:49

    Pacaran dalam Islam itu syah syah aja kok, siapa yang dekati zina?.kalau kita kenalnya secara baik baik bersama orang tua, dalam organisasi, dll.. yang berpikir zina itu orangnya munafiik bangeet, jujur aja siapa mau kenal gadis cuma matanya doang kelihatan langsung nikah..setelah nikah baru tahu kalau dia itu jelek banget, atau bekas janda 100 orang tukang ngebom aliran sesat, salome doong..waaah paraahhh..

      nobody said:
      15 Februari 2012 pukul 03:28

      makanya belajar agama yang bener jangan cuma berprasangka menggunakan akal semata, dalam Islam ada istilah nadhor yaitu melihat calon istri sebelum menikah, bahkan ini di sunnahkan oleh Nabi.

    jhoice said:
    1 Agustus 2011 pukul 14:24

    jika pacaran islami ini dibiarkan, ingat!!!!!! 10 tahun lagi saya yakin ada yang namanya zinah islami, pencurian islami, perjudian islami, dan minuman keras yang islami!!!!!!! buang jauh2 pacaran itu!!!!!!

    hamba Allah said:
    6 September 2011 pukul 00:20

    saya punya pengalaman pribadi muda-mudahan ini pelajaran besar buat para pembaca. Saya dalam kehidupan sehri-hari sering ikut Ta’lim dan berbagai macam kegiatan keagamaan, pada awalnya saya juga berpendapat sebagaimana pendapat diatas tentang PACARAN ISLAMI akhirnya pada suatu hari saya diperkenalkan dengan seorang akhwat yang juga sering ikut pengajian dan Ta’lim tetapi di Halaqoh yg berbeda, kenalanya tidak secara langsung tetapi lewat teman kemudian kami di pertemukan setelah itu kami bertukar nomor hp dengan tujuan supaya lebih akrab dan lebih saling memahami sebelum melakukan pernikahan. hari berganti hari, minggu berganti minggu akhirnya karena keseringan komunikasi lewat telefon akhirny apabila sehari nlpon diantara kita rasanya saling merindukan. krena lewat telepon rindu tidak terobati maka kami bertemu awalnya sih sama teman-teman yang lain tetapi lama-lama karena terkadang kita mau bertemu tetapi teman tidak ada yang siap menemani akhirny bertemu berdua, yg penting punya perinsip kita saling menjaga dan berhati-hati. awalnya ya di tempat keramaian, singkat cerita karena kita merasa nyaman apabila berduaan jadi ya kita sering ketmu berduaan, karena biasanya setiap ketemu ditempat yang ramai, mka kita coba ketempat yang aga sepi, krena kita sudah saling akrab dan sdh saling memahami sehingga tdak canggung lagi pegangan tangan, singkat cerita. karena kita lalui ini semua semakin enjoi dan semakin dekat kemudian sudah berani cium tangan dan dia pun juga senag, esoknya mulai cium kening, besoknya mulai cium pipi, esoknya mulai cium bibir, terus seperti itu dan anehnya diantara kita sepertinya apabila tidak seperti itu kami merasa tersiksa kami merasa slalu saling meridukan. ya karena yang namanya manusia terus ingin lebih dan lebih lagi. singkat cerita akhirnya.. diakhir kisah ini kami berdua menyadari bahwa ternyata apa yang kita jalani dan lakukan ini salah akhirnya kami memutuskan tuk menghentikan ini semua dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah mengenai kebersamaan kami apakah berjodoh atau tidak. kesimpulanya bahwa kami Telah melakukan DOSA yang besar, karena berawal dari istilah PACARAN ISLAMI

    Bale said:
    1 November 2011 pukul 12:31

    Sebaiknya kalo mau pacaran tidak usah membawa atribut agama. Dalam agama sudah jelas “Dan Janganlah Kalian Mendekati Zina”. Yang namanya pacaran itu pasti ada yang namanya fase ingin berdua, berciuman dan lebih. Hal itu disebabkan karena manusia itu adalah makhluk yang “TIDAK PERNAH PUAS” dan syaitan selalu membujuk manusia untuk melakukan perbuatan “MAKSIAT”. Pertanyaannya, SEKUAT APAKAH IMAN MANUSIA DALAM PACARAN??. Ingat!!!Kita bukan MALAIKAT yang tidak mempunyai hawa nafsu, kita adalah MANUSIA BIASA yang mempunyai nafsu birahi. Apabila iman tidak kuat, akibatnya sudah jelas, pasti melakukan hal yang awalnya pegangan tangan, cium kening, dst. Ingat!!! Semua hal tersebut pasti menyenangkan bagi manusia, karena memang fitrah kita sebagai manusia. Jadi kalo memang benar – benar ingin PACARAN SECARA ISLAMI, tidaklah perlu untuk pacaran terlebih dahulu sebelum meikah. Memang kalau kita memikirkan secara logika dan sesuai zaman, pasti timbul pertanyaan “EMANG BISA MENIKAH TANPA PACARAN??GIMANA MAU TAU KALO G PACARAN DULU”. PERCAYALAH!!! Islam sudah menetapkan KORIDOR tahapan sebelum menikah, dan itu berlaku untuk semua zaman. Untuk penulis, silahkan ANDA melihat sekeliling anda, bagaimana sih tingkah dalam PACARAN. Saran saya anda jangan mencampur adukkan agama dan dunia(PACARAN).Janganlah membuat statement yang keliru. ILMU DUNIA BUKAN UNTUK AKHIRAT, TETAPI ILMU AGAMA UNTUK DUNIA DAN AKHIRAT. Intropeksi diri saja.

    Codel G said:
    8 Januari 2012 pukul 18:09

    GEDANG GORENG… APA ITU GEDANG? DAN APA ITU GORENG?
    kalau kita menyempatkan diri untuk melakukan penelitian di berbagai daerah, untuk menanyakan tentang dua kata tersebut, atau bahkan gabungan dari dua kata tersebut…, pasti kita akan mendapatkan pengertian yang berbeda2…

    begitu juga dengan pengertian “PACARAN” kata itu cuma kita temukan dalam bahasa indonesia..

    kalau melihat komentar2 diatas sepertinya mendukung sekali perpecahan ISLAM, karena sudah saling menghujat..

    Nah.., saya pribadi tidak menyalahkan pak Shodiq, karena menjelaskan makna pacaran bukan ZINA…

    kalau zina ya pasti haram…..

    tapi pacaran itu bukan zina…, kalau kita belajar bahasa indonesia “SINONIM”.., kalau guru kita bertanya “Nak… apa sinonim PACARAN..?” apa terus kita jawab dengan kata “ZINA” atau “MENDEKATI ZINA”… Sumonggo dipikir piyambak-piyambak..?

    kalau saya tulis TA’ARUF di pantai? itu boleh gak..?..

    TA’ARUF itukan bedanya cuma bahasa arab, yang diartikan baik menurut masyarakat islam pada umumnya…!

    PACARAN, TA’ARUF ya silahkan… tapi jangan “ZINA atau MENDEKATI ZINA”….

      pukus said:
      20 Juli 2012 pukul 03:25

      saya sependapat dengan kalau saya sih kepikirannya bukan ke sinonim tapi ke perubahan makna. Iyasih mungkin makna aslinya emang persiapan nikah (positif) tapi sekarang kalo ada yang bilang pacaran gitu ya yg muncul di otak manusia ZAMAN SEKARANG ya adalah berbagai kegiatan yang mendekati zina itu. Jadi saya kurang sependapat kalau pada ZAMAN SEKARANG Saudara dengan entengnya menuliskan “PACARAN … ya silahkan” meski di belakangnya diberi tambahan “tapi jangan “ZINA atau MENDEKATI ZINA” sekalipun. CMIIW.

    orang jauh said:
    27 April 2012 pukul 17:19

    assalamu’alaikum W.W.
    maf sebelumnya…., saya tidak tau siapa anda, apakah anda murni dari islam atau hanya mengatas namakan diri sebagai umat islam, akan tetapi memiliki niat lain, seperti halnya yang terjadi di saat ini, banyaknya yg mengaku islam, akan tetapi niatnya ingin menghancurkan islam dan ingin memancing agar umat islam memunculkan amarahnya, dan mereka pun tertawa, merasa berhasil membuat umat islam marah,
    Bila saya liat penjelasan dari anda, dapat saya ambil kesimpulan jikalau kita menerima pengertian pacaran seperti itu, berarti boleh memilih diantara yang telah di pacarin, kalo tidak sesuai dengan yang ini, pindah ke yg baru, tidak sesuai lagi, pindah lagi…, jadi apa maksudnya itu?????, padahal di dalam pacaran itu, ssmuuuuaaaanya adalah boooohooong….., tidak kah anda meneliti terlebih dahulu sebelum anda mengeluarkan suatu kesyubhatan???, liatlah ke kantor urusan agama., 95% suami istri yg cerai, dan mereka pernah pacaran, baru berumah tangga selama satu tahun………, munkin kami butuhkan bukti dari nalar anda.
    wassalam.

    rara said:
    17 Agustus 2012 pukul 19:42

    setiap pemahaman n perkataan sorg muslim itu berdasarkan Al-Qur’an n Sunah, jika tidak maka hujjahnya itu terbantahkan, tolong sampaikan apakah ada dalil yg menjelaskan mengenai pemahaman bpk di atas!

    rara said:
    18 Agustus 2012 pukul 01:56

    makax,setiap muslim harus memiliki ilmu dalam beramal(aktivitas), coba pahami mengenai ikhtilath, bagaimana hukumx dalam islam. Islam mlarang campur baur antara laki2 n perempuan yg bukan mahrom dikecualikan dlm 3 kondisi(kesehatan,pendidikan,n jualbeli), (An nur 30-31/Al israa’ 32). Jelas sekali pacaran n kegiatan mapala itu tidak termasuk kdlm 3 hal yg di kecualikan itu, yg berarti hukumx haram. Jgn cari pembenaran berdasarkan hawa nafsu, tp cari berdasarkan Al-Qur’an n hadis. Smoga Allah mengampuni kita.

    garcyber said:
    26 September 2012 pukul 16:59

    waduh-waduh, saling mengingatkan kok pake emosi…???

    kalo menurut saya, penulis di blog ini cuma memaparkan arti pacaran yang sebenarnya di zaman terciptanya arti kata tersebut,. . jadi dulunya arti pacaran itu yaa seperti yang diungkapkan posting ini…

    Tapi, sekarang arti pacaran sudah berubah makna,.. bahkan saya saja baru tau arti pacaran yang diungkapkan penulis..

    Kita harus bisa melihat kondisi sekarang, bukan kondisi yang dulu… zaman sekarang ini pacaran sebelum nikah itu haram… Karena arti pacaran bagi manusia zaman sekarang bukanlah persiapan pranikah…

    saya cuma orang yang masih sedikit sekali mengerti islam… jadi maaf kalo ada yang salah, mohon diingatkan.. saling berbagi dan mengingatkan itu menyenangkan lho pak/buk.. 🙂

    agit said:
    2 Maret 2013 pukul 14:55

    assalamualaikum
    maaf ya pak
    bapak pernah g sih dapat pelajaran bahasa indonesia
    memang dalam bahasa jawa arti pacaran seperti yang bapak jelaskan.
    Tapi sayangnya bapak tidak menjelaskan bahwa sekarang di Indonesia
    arti pacaran sudah mengalami pergeseran makna secara peyorasi.
    Seharusnya tulisan bapak jangan menjadi ambigu, karena akan menjadi salah tafsir kepada orang awam.
    Alangkah baiknya jika tulisan bapak sesuai dengan Al Qur’an dn Hadist, tapi perlu bapak ingat penggunaan EYD dan tata bahasa Indonesia harus sesuai agar makna yang bapak sampaikan tidak berkesan ambigu dan dapat diterima oleh orang lain.
    wassalamualaikum

    Abu Yusuf said:
    12 Oktober 2013 pukul 21:11

    بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

    إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهد الله فهو المهتد ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله.

    ﴿ أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴾[آل عمران/102]

    ﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا﴾ [النساء/1]

    ﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا﴾ [الأحزاب/70، 71]

    أما بعد: فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد صَلَّى الله عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ وشر الأمور محدثاتُها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار.

    ‘Amma Ba’d..
    Oleh: Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin

    Soal:
    Bagaimana pendapat agama dalam masalah pacaran ini?

    Jawaban:
    Perkataan penanya “Sebelum Pernikahan”, apabila yang dimaksud sebelum masuk dan setelah akad nikah, maka tidak mengapa. Sebab dengan akad, wanita tersebut telah menjadi istrinya, meskipun belum mendapatkan surat resmi untuk masuk (membina rumah tangga) bersamanya.
    Adapun apabila hubungan tersebut dilakukan sebelum nikah, pada saat mengkhitbah atau sebelumnya, maka hal itu haram dan tidak boleh dilakukan. Tidak boleh bagi seseorang untuk bersenang-senang dengan wanita asing yang bukan mahramnya
    , tidak dengan ucapan, tidak dengan
    memandang dan tidak dengan berdua-duaan.

    Telah tsabit dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwasanya beliau bersabda,
    ﻻ ﻳﺨﻠﻮﻥ ﺭﺟﻞ ﺑﺎﻣﺮﺃﺓ ﺇﻻ ﻭﻣﻌﻬﺎ ﺫﻭ ﻣﺤﺮﻡ. ﻭﻻ ﺗﺴﺎﻓﺮ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﺇﻻ ﻣﻊ ﺫﻱ
    ﻣﺤﺮﻡ
    “Janganlah seseorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali wanita tersebut disertai
    mahramnya, dan janganlah wanita melakukan safar kecuali disertai mahramnya” (Muttafaqun ‘alaihi –red)

    Walhasil, apabila hubungan tersebut setelah akad, maka tidaklah mengapa. Namun apabila sebelum akad nikah, meskipun setelah khitbah dan diterima,
    maka sesungguhnya tidak boleh, itu adalah perbuatan haram baginya, sebab wanita tersebut masih asing dan belum menjadi mahramnya hingga dia mengadakan akad dengannya.
    (Dinukil untuk http://ulamasunnah.wordpress.com
    dari buku “Bingkisan ‘tuk Kedua Mempelai” hal 475,
    Abu Abdirrahman Sayyid bin Abdirrahman AsShubaihi, taqdim dan Murajaah oleh Asy Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, penerjemah Abu
    Huzaifah, penerbit Maktabah Al Ghuroba, Solo)

    وَاللّهُ أعلَم بِالصَّوَاب

    ﺳﺒﺤﺎﻧﻚ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﻭﺑﺤﻤﺪﻙ
    ﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻟﺎ ﺇﻟﻪ ﺇﻟﺎ ﺃﻧﺖ ﺃﺳﺘﻐﻔﺮﻙ ﻭﺃﺗﻮﺏ ﺇﻟﻴﻚ

    Rhy said:
    10 Januari 2014 pukul 17:19

    nauzubillah…

    hanya itu yang bisa saya ucapkan untuk penulis blog ini..
    semoga cepat dpt hidayah, dan kembali brpedoman pda AL-QUR’AN 😦

    Diharja said:
    10 Agustus 2014 pukul 12:14

    Innalillahi wa inna ilaihi roji’un..
    setahu saya, pacaran dalam islam itu ndak ada..
    .
    PACARAN = PERSIAPAN NIKAH AGAK TAK SALAH JALAN??
    .
    islam ada wadah namanya ta’aruf, dan caranya tidak seperti itu.. saya bisa bilang itu hanya ALIBI untuk tetap bisa merasakan getir2 nafsu sebelum menikah..
    .
    .
    .
    .
    .
    .
    .
    .
    .
    .
    .
    ,
    .,
    ,
    ,
    .
    .
    .
    .
    Wallahua’lam,
    mari hati2 dalam berbicara, apalagi masalah seperti ini, kalau ada yang berbuat dosa karena kita, kita bisa mendapatkan dosa semisal orang yang melakukan dosa tersebut.. apa kita tidak takut?

Silakan sampaikan pemikiran Anda