Kalau sampai ketahuan, awas kamu!

Posted on Updated on

Pertanyaan Aya:

Ustad, apakah sebagai remaja, kita wajib menuruti semua kata2 oRtu atau pun kakak?? selama ini saya merasa bahwa saya hidup hanya untuk mereka bukan untuk diri sendiri, apakah saya tidak punya hak untuk memutuskan sesuatu untuk diri saya?? misalnya; km jangan maen dengan si A, kamu harus nurutin kata2 saya; kalo enggak, g usah ngelanjutin kuliah lagi!!, kamu g usah pacaran; kalo sampai ketauan, aWaz km. sebagai remaja, saya pengen dongk ngerasain itu semua kaya anak2 yang laen?? segitu dulu deh, makasih ya??

Jawaban M Shodiq Mustika:

Tentu saja, kita berhak “menjadi diri sendiri”. Hanya saja, menjadi diri sendiri itu bukanlah berarti bersikap semaunya sendiri. Sebab, kita hidup bersama orang-orang lain. Mereka pun berhak “menjadi diri sendiri”. (Bagi orangtua dan kakak kita, “mengarahkan” kita merupakan bagian dari “menjadi diri sendiri“.)

Kalau kita bersikap semaunya sendiri, bisa saja akibatnya mereka tidak menjadi diri sendiri. Begitu pula sebaliknya. Bila mereka bersikap semaunya sendiri, mungkin saja kita tidak menjadi diri sendiri. Oleh karena itu, supaya sama-sama bisa menjadi diri sendiri, kedua pihak perlu bernegosiasi.

Dalam kasus Aya, tampaknya ortu dan kakak Aya merasa khawatir kalau-kalau Aya mendapat pengaruh buruk bila pacaran atau pun “sekadar” bergaul dengan si A. Kalau memang begitu, Aya perlu membuktikan bahwa Aya tidak gampang terpengaruh oleh orang lain.

Perlu pula Aya membuktikan bahwa kedekatan Aya dengan lawan-jenis membawa banyak kebaikan dan tidak menimbulkan keburukan. Untuk itu, dalam bergaul dengan lawan-jenis, Aya tak perlu buru-buru membidik hubungan “istimewa”. Berteman biasa saja dulu dengan banyak lawan-jenis.

Begitu pula dalam mendekatkan teman-teman kita dengan ortu kita. Kita perlu memberi kesempatan kepada ortu dan saudara kita untuk mengenal teman-teman kita sedalam-dalamnya, baik yang sesama jenis maupun yang berlainan jenis. Semuanya kita perkenalkan sedini mungkin, sejak dalam posisi teman biasa. Jangan setelah akrab banget, lebih dari teman biasa, kita baru memperkenalkannya kepada orangtua dan saudara.

Untuk itu, kita bisa membentuk kelompok belajar, kelompok kajian agama, English conversation club, grup musik, dan sebagainya, yang anggotanya campuran pria-wanita. Kegiatannya hendaknya terang-terangan dan sering diadakan di rumah kita, supaya orangtua dan saudara kita mengenal dan semakin mengenal teman-teman kita, termasuk yang lawan-jenis. Jangan malah sembunyi-sembunyi! Ingatlah pepatah “tak kenal, maka tak sayang”.

Bagaimanapun, berbuat baik kepada kerabat, terutama kepada kedua orangtua, merupakan kewajiban kita. “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan. …” (QS al-Isra’ [17]: 24)

Dalam kerangka “rendahkan diri” itu, sebagian besar kata-kata ortu harus dituruti. Yang tidak perlu ditaati hanyalah perintah mereka yang bertentangan dengan perintah Allah dan rasul-Nya. “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. …” (QS al-‘Ankabut [29]: 8)

5 respons untuk ‘Kalau sampai ketahuan, awas kamu!

    ario dipoyono said:
    12 April 2008 pukul 12:03

    walah bijak banget

    Mas Kopdang said:
    16 April 2008 pukul 11:33

    makin mantab aja nih, filsuf kita…

    Putra said:
    21 April 2008 pukul 15:33

    Alhamdulillah mudah-mudah bisa buat ibroh dan pelajaran buat kita supaya bisa lebih bijak lagi

    […] lebih menyadari pentingnya poin ketiga ini dan poin kedua tadi, silakan simak postingan “Kalau sampai ketahuan, awas kamu!” dan “Akrabilah keluarga si dia sedini […]

    putri said:
    4 Februari 2010 pukul 15:15

    eh2,gmn caranya kalo mw nanya sih?

Silakan sampaikan pemikiran Anda