Adam Bukan Manusia Pertama (menurut Suara Muhammadiyah)

Posted on Updated on

Di dalam Al-Qur’an, manusia pertama tidak diungkap secara gamblang (eksplisit). Namun yang pasti, Adam bukanlah khalifah yang pertama dan bukan pula manusia pertama yang diciptakan Allah. Khalifah sebelum Adam adalah khalifah dari golongan manusia juga. Ada banyak “Adam-Adam” lain yang sebelumnya diciptakan Allah dengan fungsi yang sama, tetapi dengan sifat yang berbeda, yaitu perusak (destruktif). Allah mengganti khalifah perusak yang tanpa tatanan hukum Allah itu dengan khalifah baru yang bernama Adam dan anak keturunannya yang berlandaskan tatanan hukum Allah. Selanjutnya, proses pembelajaran untuk khalifah baru ini segera dilakukan. Dengan apa? Dengan perangkat nalar (rasional). Dengan kata lain, Adam-lah manusia rasional yang pertama.

Demikianlah kesimpulanku dari artikel Yusef Rafiqi, “Diskontinuitas Tafsir Penciptaan Adam” (Suara Muhammadiyah, 12 Februari 2009). Yusef Rafiqi itu ialah dosen di Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Siliwangi Tasikmalaya; dan pengasuh Pondok Pesantren (PP) at-Tajdid Muhammadiyah, Singaparna, Tasikmalaya. Artikel tersebut aku kutipkan di bawah ini untuk melengkapi pembahasan artikelku, “Jangan percayai teori evolusi, tapi…“ dan “Monyet itu saudaraku; jangan pandang hina!

SUARA MUHAMMADIYAH
WAWASAN ISLAM
BY AT 12 FEBRUARY, 2009, 3:13 AM

Diskontinuitas Tafsir Penciptaan Adam

Yusef Rafiqi
Alumnus Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut (Angkatan IX); sekarang Dosen di FAI Universitas Siliwangi Tasikmalaya; dan pengasuh PP at-Tajdid Muhammadiyah, Singaparna, Tasikmalaya.

Dalam teori evolusi dinyatakan bahwa manusia digolongkan ke dalam ordo primata, hominidae (manusia kera; kera berjalan tegak). Para pendukung teori ini menyatakan bahwa yang dianggap sebagai moyang manusia adalah yang termasuk ke dalam genus Australopithecus, yang lebih cocok disebut “manusia kera” daripada “manusia” pada umumnya. Kemudian genus ini berturut-turut mengalami evolusi pada Australopithecus Afarensis, dan berkembang menjadi Australopithecus Africanus yang pada giliran selanjutnya berkembang menjadi Australopithecus Robustus.

Transisi dari genus ini adalah Homo Habilis dan Homo Erectus yang menandai munculnya “manusia sebenarnya” atau genus Homo. Menjelang munculnya manusia modern atau genus Homo Sapiens, para ahli menemukan satu “makhluk” yang disebut Homo Neanderthalensis. Diperkirakan mereka berkembang sekitar 110.000 tahun dari sekarang sampai munculnya manusia modern atau manusia kontemporer yang disebut sebagai Homo Sapiens sekitar 35.000 tahun sebelum sekarang.

Di dalam Al-Qur’an manusia pertama memang tidak diungkap secara eksplisit. Tampaknya, mengurai asal-usul manusia pertama bukanlah tema substantif al-Qur’an. Penulis sendiri tidak hendak menguraikan proses penciptaan manusia dari sudut pandang biologis yang terdiri dari rangkaian ekstrak atau saripati dan beragam unsur-unsurnya, tetapi dalam tulisan ini yang dibahas adalah substansi penciptaan Adam sebagai seorang khalifah dan kaitannya dengan peradaban manusia.

Adam sebagai Khalifah

Substansi dari dialog dengan malaikat (Q.s. al-Baqarah: 30-31 ) adalah penegasan bahwa sesungguhnya Allah sebagai Pencipta atau Penjadi khalifah di muka bumi ini. Kata “jaa`ilun” sebagai konstruksi isim fa`il yang berarti subyek pelaku dalam frasa Innii jaa’ilun fi al-ardhi khaliifah tidak harus diartikan “hendak menjadikan khalifah di muka bumi”. Seandainya arti ini yang dipahami, maka tidak ada khalifah sebelum Adam. Konseksuensi logisnya, Adam adalah manusia pertama.

Seandainya frasa tersebut dikembalikan pada makna asalnya sebagai isim fa‘il, maka hal itu mengisyaratkan bahwa Allah—sebelum atau sesudah terjadinya dialog dengan malaikat sebagaimana yang termaktub dalam ayat tersebut—selalu menjadikan khalifah di muka bumi. Dengan demikian, Adam bukanlah khalifah yang pertama dan bukan pula manusia yang pertama yang diciptakan Allah.

Kemudian, ayat-ayat tersebut memunculkan wacana bahwa seolah-olah malaikat mempunyai pengalaman mengamat-amati sepak terjang sang khalifah. Tampaknya malaikat khawatir akan masa depan khalifah baru yang bernama Adam itu, seandainya perilaku destruktif akan menghancurkan tatanan taqdis dan tasbih malaikat. Kita hanya bisa menduga-duga kategori khalifah yang seperti apakah yang telah (dan akan) melakukan perbuatan tercela itu. Tidak ada keterangan yang jelas perihal khalifah versi malaikat yang dimaksud. Al-Qur’an dalam Q.s. Shaad: 67-73 dengan tegas menyatakan untuk tidak memperpanjang bantah-bantahan ini.

Ada riwayat yang mengasumsikan bahwa iblis atau jin sebagai khalifah sebelum Adam. Qatadah, Ibnu Umar dan Ibnu Abbas menduga, bahwa khalifah yang dimaksud adalah khalifah dari golongan jin yang diduga berbuat kerusakan. Asumsi ini berdasarkan analisis ayat yang menerangkan bahwa jauh sebelum manusia diciptakan, Allah telah menciptakan jin (Ibn-Katsir, Qishashul Anbiya’, hlm. 2).

Benar bahwa jin (dan malaikat) diciptakan sebelum Adam berdasarkan Q.s. al-Hijr: 26-27, namun apakah mereka—khususnya para jin—berperan sebagai khalifah di muka bumi? Pendapat para sahabat tersebut tampaknya hanyalah praduga saja. Lagi pula tidaklah mungkin bumi yang kasat mata ini diwariskan kepada para jin yang tidak kasat mata. Bentuk pengelolaan semacam apakah seandainya para jin yang berfungsi sebagai khalifah di muka bumi ini.

Khalifah sebelum Adam dan khalifah yang hendak diciptakan Allah ini adalah khalifah yang benar-benar berasal dari golongan manusia. Perhatikan ayat berikut ini: Dan Dialah yang telah menjadikan kamu khalifah-khalifah di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat ‘iqab-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang. (Q.s. al-An’am: 165).

Ayat tersebut kembali menegaskan bahwa sesungguhnya Allah adalah pencipta para khalifah di muka bumi ini. Kata ganti orang kedua (dhamir mukhatab) pada ja’alakum merujuk pada seluruh umat manusia. Menilik pada keumuman lafadz ini, apabila dikaitkan dengan pertanyaan malaikat tentang penciptaan khalifah, maka khalifah sebelum Adam adalah khalifah dari golongan manusia juga. Ada banyak “Adam-Adam” lain yang sebelumnya diciptakan Allah dengan fungsi yang sama namun dengan karakter yang berbeda; destruktif.

Adam dan Instalasi al-Asma’

Dengan mengorelasikan fakta-fakta arkeologis tentang ragam manusia sebelum Homo Sapiens, tampaknya selaras dengan karakter “destruktif” sebagai yang digambarkan malaikat. Namun, bukankah karakter hominid memang demikian? Manusia-manusia tersebut mempunyai struktur fisik yang hampir mirip manusia (kalau tidak ingin dikatakan hampir mirip kera). Mereka tercipta dengan volume otak yang kecil yang dengan sendirinya perilakunya pun cenderung tanpa tatanan manusiawi atau bersifat kebinatangan. Mereka tidak layak disebut sebagai khalifah. Sementara itu, khalifah mempunyai kedudukan yang terhormat sebagai “duta” Allah untuk mengelola bumi ini.

Di sinilah letak diskontinuitas itu. Ternyata, kita tidak bisa mengorelasikan fakta sejarah manusia (asal mula manusia menurut para penganut evolusionisme) dengan asal-usul Adam. Ada banyak keterserakan, sebagaimana yang dideskripsikan Michel Foucault, diskontinuitas dipahami sebagai terserak dan berkecambahnya sejarah ide-ide dan munculnya periode-periode yang begitu panjang dalam sejarah itu sendiri. Dalam pengertian tradisional, sejarah semata-mata selalu tertuju pada keinginan untuk menentukan relasi-relasi kausalitas, determinasi sirkular, antagonisme dan relasi ekspresi antara berbagai fakta dan kejadian yang terekam oleh manusia (The Archeology of Knowledge, hlm. 10).

Keterserakan ini yang menyangkut relasi-relasi kausalitas, determinasi sirkular, antagonisme dan relasi ekspresi antara berbagai fakta dan kejadian yang terekam oleh manusia. Celakanya, kita menganggap bahwa data-data historis tentang bapak manusia itu dirasa cukup hanya dengan ditafsirkan oleh data-data hadits yang sangat dipengaruhi oleh kisah-kisah israiliyat (Bible). Seandainya kita hendak meneliti sejarah penciptaan ini, meminimalisasi diskontinuitas dengan “comot sana comot sini” dari data-data Biblikal bukanlah semangat Qur’anik. Bukankah sejak awal al-Qur’an diturunkan untuk menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya?

Dengan meneliti ayat “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya, Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang (Q.s. al-Baqarah: 37), suksesi khalifah yang tidak berdasarkan kalimah Allah ke yang berdasarkan kalimah Allah barangkali yang paling mendekati untuk mereka-reka praduga ini. Allah hendak mengganti khalifah yang berperilaku destruktif yang tidak berdasarkan pada hukum-hukum Allah dengan khalifah berperadaban yang berdasarkan pada hukum-hukum Allah. Jadi, tegaslah bahwa para hominid itu bukan khalifah.

Namun yang pasti, Adam bukanlah manusia pertama. Tampaknya Q.s. al-Baqarah: 30 menghendaki bahwa penciptaan khalifah berikutnya adalah untuk mereformasi dan merehabilitasi “Adam-Adam” sebelumnya. Dengan kata lain, Allah hendak mengganti khalifah perusak yang tanpa tatanan hukum Allah itu dengan khalifah baru yang bernama Adam dan anak keturunannya kelak yang berlandaskan tatanan hukum Allah.

Selanjutnya, proses pembelajaran untuk khalifah baru ini segera dilakukan. Instalasi ini adalah pembekalan pada diri Adam yang berupa persiapan diri untuk menerima seluruh identifikasi nama-nama, al-asma’ kullaha. Kalimat kullaha adalah penguatan (taukid) bahwa pengajaran al-asma meliputi seluruh nama-nama atau identitas (al-musammiyaat) benda-benda (Tafsir Zamakhsyari, Juz I, hlm. 30).

Sementara itu, Imam al-Qurthuby menitikberatkan bahwa proses pengajaran al-asma’ adalah pengajaran dalam bentuk dasar-dasar ilmu pengetahuan (Tafsir al-Qurthuby, Juz I, hlm. 279). Hal ini mengandung makna yang lebih dalam, bahwa Adam sudah diperlengkapi dengan perangkat nalar yang siap untuk menerima seluruh identifikasi nama-nama. Pengajaran bukanlah dengan mengajarkan penyebutan benda-benda satu-persatu belaka, namun lebih pada pengidentifikasian yang selanjutnya dikembangkan sendiri oleh Adam. Adam-lah manusia rasional yang pertama.

Proses instalasi ini dijadikan bekal Adam untuk diwariskan kepada anak cucunya dalam rangka mengelola dunianya kelak. Instalasi al-asma’ adalah instalasi sendi-sendi pengetahuan sehingga Adam mampu mengidentifikasi nama-nama seluruhnya (al-asma’ kullaha). Faktor inilah yang mendorong manusia untuk menjadi makhluk pembelajar—homo academicus. Adam mampu mengidentifikasi dan mengembangkan daya nalarnya sampai pada tahap yang mengagumkan malaikat. Sementara, malaikat tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun kecuali apa yang telah diinformasikan Allah kepada mereka, subhaanaka laa ‘ilma lanaa illaa maa ‘allamtanaa. Inilah yang membuat malaikat jatuh tersungkur karena ta’dzim kepada Adam akan pencapaian kemajuan ilmiahnya.

Tampaknya, diskontinuitas sejarah penciptaan Adam memang demikian adanya. Al-Qur’an—justru—hendak menggerakkan hikmah di balik penciptaan itu untuk selalu terus menerus berpikir dan menggunakan daya nalar manusia di bawah bimbingan hukum Allah (kalimaatin) sebagaimana Adam meletakkan dasar-dasar budaya dan peradaban di bawah bimbingan-Nya. Sementara itu, membicarakan Adam sebagai tokoh sejarah (manusia pertama atau bukan) tidaklah substansial dan tidak memberikan dampak apa-apa bagi peradaban itu sendiri.l

Categories : FEBRUARI 2009 | SM 04-09

227 respons untuk ‘Adam Bukan Manusia Pertama (menurut Suara Muhammadiyah)

    Dudung said:
    6 September 2012 pukul 20:48

    Aduk adukan yeuh….

      Junaidi Hanafi said:
      22 Desember 2012 pukul 23:22

      supaya tidak ada kesalahpahaman, untuk lebih jelasnya, kenalilah Dirimu bila Engkau mengenali, maka Engkau mengenali TUHANMU. Adam Manusia pertama atau bukan , pasti anda tau Sendiri.

    Dudung said:
    6 September 2012 pukul 20:52

    Aduk adukan kabeh yeuh….

    Nuarr said:
    19 September 2012 pukul 01:49

    Saya setuju postingan anda,jika betul2 mendalami Al Quran maka akan dapat satu kesimpulan yg sebenarya. seperti yg kita ketahui sekarang ini bahwa adam adalah manusia pertama di ciptakan Allah, akan tetapi adam adalah manusia pertama yg di beri ilmu yaitu satu kitap yg bernama “asma akullaha” menurut sunnah rasul Adam

      Ngatidjo Exs-mc said:
      18 September 2013 pukul 06:06

      MENURUT MUHAMAD DIYAH : Yang berani menyebutkan ADAM bukan manusia pertama, berarti sudah cukup pembuktiannya, bisa menyebutkan NAMANYA, bisa menyebutkan penelitinya, berani menerbitkan bukunya, KALAU TIDAK BISA, BERARTI PENYESATAN, Yang perlu di waspadai sebagi rencana pendangkalan islam.

    aulia ilmuhtadin said:
    19 September 2012 pukul 21:26

    والله أعلم

    alwanto said:
    26 September 2012 pukul 17:17

    subhanalloh

    Fakhru Batubara said:
    5 Oktober 2012 pukul 00:47

    wallohu aklam

    Achmad Cleptomania said:
    9 Oktober 2012 pukul 00:56

    Al quran itu luas dan dalam,maka kalau kita hendak masuk ke dalamnya,maka pelajarilah dasarnya dulu,jangan sampai kita mau berenang ke laut tapi belum bisa berenang,maka yg terjadi adalah CELAKA

      Ngatidjo Exs-mc said:
      18 September 2013 pukul 06:07

      MENURUT MUHAMAD DIYAH : Yang berani menyebutkan ADAM bukan manusia pertama, berarti sudah cukup pembuktiannya, bisa menyebutkan NAMANYA, bisa menyebutkan penelitinya, berani menerbitkan bukunya, KALAU TIDAK BISA, BERARTI PENYESATAN, Yang perlu di waspadai sebagi rencana pendangkalan isla

    nisa said:
    31 Oktober 2012 pukul 13:39

    bukankah sudah jelas penjelasan Al-Qur’an serta para ulama bahwa manusia pertama yang diciptakan Allah dimuka bumi adalah Nabi Adam A.S

    Anas said:
    21 November 2012 pukul 12:09

    Awas.. jangan mengikuti ayat-ayat mutasyabihat.. Demi kebaikan dunia dan akhirat Anda..

    Ricard Rahl said:
    22 November 2012 pukul 10:57

    wah sesat neh orang…!!
    dah jelas jelas nabi adam AS adalah manusia !!!!

    amjad said:
    23 November 2012 pukul 13:33

    kalau kita baca sejarah Rasul, berapa tahun periode NABI saw dgn Adam dan tahu sejarah bumi berapa usianya, tentu akan paham maksud artikel ini. dan baca Tafsir Al Azhar Prof. DR.Hamka tentu bisa paham. oke salut kajiannya.

      Ngatidjo Exs-mc said:
      18 September 2013 pukul 06:08

      MENURUT MUHAMAD DIYAH : Yang berani menyebutkan ADAM bukan manusia pertama, berarti sudah cukup pembuktiannya, bisa menyebutkan NAMANYA, bisa menyebutkan penelitinya, berani menerbitkan bukunya, KALAU TIDAK BISA, BERARTI PENYESATAN, Yang perlu di waspadai sebagi rencana pendangkalan isla

    afganny said:
    29 Desember 2012 pukul 20:32

    Saya percaya sih…tapi bukan karena artikel yang saya baca ini.

    Gagak Seto said:
    2 Maret 2013 pukul 14:56

    Malaikat melihat di bumi ada “manusia” yang sering beretengkar membuat kerusakan. Manusia di sini adalah manusia PURBA, hati dan otaknya berbeda dengan Adam. Jangan salah tafsir !!!!

    indra gunawan said:
    18 Mei 2013 pukul 14:59

    Sub’hanallah,
    Saya bukan ahli biologi, teologi, geografi, fisika, sejarah atau apapun namanya.
    Namun yang pasti saya sangat meyakini bahwa Adam adalah ciptaan ALLAH yang pertama.
    Tiada kesukaran bagi ALLAH untuk menciptakan manusia, jika memang ada manusia sebelum Adam berarti kita mengingkari ALLAH dengan nyata.
    ingatlah Firman ALLAH sesungguhnya kamu ( manusia ) hanya sedikit mengetahui hal yang gaib, sedangkan ALLAH Maha Mengetahui segalanya.

      Ngatidjo Exs-mc said:
      18 September 2013 pukul 06:09

      MENURUT MUHAMAD DIYAH : Yang berani menyebutkan ADAM bukan manusia pertama, berarti sudah cukup pembuktiannya, bisa menyebutkan NAMANYA, bisa menyebutkan penelitinya, berani menerbitkan bukunya, KALAU TIDAK BISA, BERARTI PENYESATAN, Yang perlu di waspadai sebagi rencana pendangkalan isla

    yusuf said:
    31 Mei 2013 pukul 22:32

    Ya….dari segi penalaran boleh diterima akal namun ,,,, adakah bukti ilmiahnya …..?

    Isa said:
    20 Juni 2013 pukul 15:38

    Ngawur !!! Rasulullah SAW Bersabda Barang siapa yang menafsirkan Alqur’an dengan (hanya) logikanya saja, maka tempatnya di Neraka.

    Ingat ketika Allah berfirman yang Ma’nanya Sesungghnya Aku akan menjadikan Kholifah di Bumi, malaikat bertanya seraya ngasi masukan kpd Allah SWT apakah kamu hendak menjadikan Man (orang) Yufsidu fiha (akan membuat kerusakan) dst… artinya malaikat menduga bahwa Manusia (sebagaian) yang akan akan diturunkan ke Bumi akan membuat kerusakan, Ingat Nabi Adam AS diciptakan di Surga bukan di Bumi.

    Kalo ditanya apakah ada makhluk di Bumi sebelum Nabi Adam AS ? memang ada diantara Jin dll, yg JELAS bukan Manusia yg persis seperti Nabi Adam AS

    Ingat mirip gak berarti Sama

    sebagai Manusia mirip dengan Gorila tapi maukah kita disebut GORILA atau GORILA disebut MANUSIA?????? Tafakkaru…………..

    kun said:
    9 Oktober 2013 pukul 21:27

    kalo bicara ilmiah, 11.000 tahun sbelum masehi sudah ada kerajaan manusia pertama di daerah mesir, sedangkan menurut referensi yang saya baca nabi adam diciptakan 4000-5000 tahun sebelum masehi. lagipula inti dari alquran bukan kisah nabi adam.
    sebaiknya perbedaan pendapat itu jangan dijadikan alat untuk menyesat2kan orang lain

    TEGUH said:
    21 Oktober 2013 pukul 13:25

    jangan kamu berbantah bantahan. jika ga ngerti, kembali kepada Quran dan Hadits.
    kalau masih belum ngerti tanya yang ngerti Quran dan hadits. siapa dia?yaitu rasulullah SAW dan sahabatnya. dan ulama yang dekat dengan rasulullah SAW dan sahabatnya. bukan ke orang lain.

    Edi cahyono said:
    6 Desember 2013 pukul 03:06

    Terserah deh kamu mau ngomong apa.karna semua itu hanya allah yang tau.

    Da'I Allah said:
    9 Desember 2013 pukul 06:29

    Smoga laknat ​Allah menimpa dirimu… Orng yg tdk yakin dari Firman ​Allah dan Hadist Rosulullah hanya 2 jenis. Klu bukan turunan Fir’aun berarti turunan Iblis. Pilih aja antum di jenis yg mana. Sungguh rugi lah kau sobat kuliah lama2 tpi kayak anak TK otak kamu. Anak TK aja msi lebih pintar.

    M.RIDHO said:
    1 Februari 2014 pukul 13:54

    7 MAHLUK CIPTAAN ALLAH SWT SEBELUM NABI ADAM AS :
    1. MALAIKAT
    2.JAGAT RAYA (LANGIT,PLANET)
    3.ALAM (UDARA,API.AIR,TUMBUHAN)
    4.JIN (SYAITAN,IBLIS)
    5. HEWAN / BINATANG
    6. MAHLUK PURBA
    7.MAHLUK RUANG ANGKASA (QS 16:8,QS 16:49,QS 42:29)

    JADI JELAS BAHWA NABI ADAM AS ADALAH MANUSIA PERTAMA YANG DICIPTAKAN ALLAH SWT….

      Rahma said:
      25 September 2014 pukul 16:36

      QS 16:8 (An-Nahl) dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.

      QS 16:49 (An-Nahl) Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para ma]aikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.

      QS 42:29 (Ash-Shuraa) Di antara (ayat-ayat) tanda-tanda-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata Yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya.
      MANA ADA BUNG DI AL-QUR’AN YANG MENYEBUT ADANYA MAKHLUK RUANG ANGKASA??? NGACOOO………

        obito said:
        14 Juli 2015 pukul 11:00

        c0ba cermati yg AS SHURAA

    Itom Medan Hensem said:
    1 Februari 2014 pukul 15:57

    dari namanya pun aku sangsi keislamanya

    arya said:
    4 April 2014 pukul 10:23

    mungkin kalian semua sudah mati terkubur dibumi
    baru kalian menyadari ketika adam membritahu kalian aku BUKAN MANUSIA YANG PERTAMA
    DICIPTAKAN, Apakah Kalian bukan keturunanku ? Keturunanku( Bani ADAM) bukankah kalian diberi akal
    untuk bisa berfikir …. Aku ,ALLAH marah pada orang yang tidak menggunakan akalnya…
    nah,, kecuali kalian ciptaanKU terdahulu sebelum Adam as . berakal rendah yang selalu berdebat , merasa berilmu, merasa pintar, merasa kuat, perusak , pembunuh , dan sebagainya segala kejahatan , INGAT !!!
    berdebat yang saling rasa pintar dan menhina pendapat orang lain adalah sifat orang orang sebelum Adam as , itulah orang orang yang berakal rendah….
    Hati hati … !!! ada jiwa adu domba ? siapa dia…. IBLIIIS,,, mengikuti diposting ini…

    darwat1hak1m said:
    12 November 2014 pukul 07:17

    Sesat nih orang.., bukankah rasulullah dlam sabdanya seringkali brsabna..
    Yabna aadam…,(wahai anak adam..)
    idzaa maatabna aadama….,(apabila anak adam…..)

Silakan sampaikan pemikiran Anda