Tokoh Muhammadiyah ikut tahlilan Gus Dur

Posted on Updated on

tahlilan
tahlilan

Selama puluhan tahun, Muhammadiyah dikenal sebagai anti tahlilan dalam memperingati wafatnya seseorang. Namun gambaran ini agaknya mulai pudar. Di sejumlah daerah, khususnya di daerahku di Jawa Tengah, tokoh-tokoh Muhammadiyah tak sungkan-sungkan melakukan tahlilan.

Aku sendiri jarang ikut tahlilan. Kalau pun ikut, niatku mungkin agak berbeda dengan hadirin. Karena yakin bahwa kita takkan bisa mengirim pahala, aku “cuma” mendoakan saja, yang jelas-jelas ada tuntunannya dari Allah dan rasul-Nya.

Gus Dur Mampu Eratkan Hubungan Nu-Muhammadiyah

Selasa, 5 Januari 2010 23:24 WIB

Semarang (ANTARA News) – Mendiang KH. Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur dinilai menjadi sosok yang mampu mempererat hubungan Nahdlatul Ulama (NU) dengan Muhammadiyah, dua organisasi massa Islam yang selama ini dikenal sering berbeda pandangan.

“Gus Dur mampu menjalin hubungan baik dengan siapa pun, termasuk tokoh-tokoh Muhammadiyah,” kata Wakil Ketua PW Muhammadiyah Jateng, Ibnu Djarir usai pembacaan Yasin dan Tahlil memeringati tujuh hari wafatnya Gus Dur di Masjid Agung Jawa Tengah, Semarang, Selasa malam.

Menurut dia, meskipun sering berbeda pendapat, hubungan pribadi antara Gus Dur dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah tetap berlangsung baik, karena Gus Dur memiliki jiwa yang lentur, sehingga hubungan NU dengan Muhammadiyah juga berlangsung baik.

“Bahkan, seorang profesor dari Jepang pernah mengatakan, umat Islam di Indonesia tidak dapat bersatu, apabila NU dan Muhammadiyah tidak bisa bersatu,” katanya.

Ia mengatakan, pemikiran cucu KH. Hasyim Asy`ari tersebut juga tidak diragukan lagi, mengingat keberanian Gus Dur dalam menyampaikan pemikirannya meskipun melawan arus, sehingga sering dianggap kontroversial.

“Karena itu pula, wajar apabila sosok Gus Dur tidak hanya dikenal sebagai pemikir Islam tingkat nasional, namun diakui pula sebagai pemikir Islam di kancah internasional,” kata Djarir.

Sementara itu, mantan Gubernur Jateng, Ali Mufidz mengatakan, Gus Dur merupakan sosok guru bangsa yang tidak pernah bersikap menggurui, terutama dalam menyampaikan kritikannya kepada pihak lain.

“Saya pernah dikritik oleh Gus Dur bahwa sebenarnya saya itu pintar, cuma kurang kritis. Saya menganggap itu sebagai sebuah kritikan yang tidak menggurui,” katanya.

Menurut Ali, Gus Dur juga pernah menyampaikan dalam sebuah ceramah di hadapan mahasiswa di Semarang sekitar tahun 1975, yang intinya mengajak para pemuda berpikir kembali tentang kondisi manusia saat itu.

“Gus Dur mengatakan, apa yang tidak diatur oleh agama Islam, masuk masjid diatur kaki mana yang harus melangkah lebih dulu, bahkan sampai masuk ke toilet pun seperti itu, lalu di manakah letak otonomi manusia,” katanya.

Ia mengatakan, Gus Dur saat itu ingin mengajak manusia untuk memikirkan dua substansi, yakni akidah dan syariah, serta meminta manusia untuk benar-benar memahaminya secara cerdas, tidak hanya ikut-ikutan.

KH. Ubaidillah Shodaqoh dalam kesempatan yang sama juga menilai, Gus Dur memiliki dua kelebihan yang membuatnya dicintai banyak kalangan, pertama Gus Dur rela dengan takdir Allah SWT yang menjadikan dunia dengan beraneka ragam perbedaan.

“Kedua, Gus Dur dapat menerima siapa pun, termasuk orang yang salah dan segala kritikan yang ditujukan kepadanya, karena itu dia dapat diterima siapa saja dan di mana saja,” katanya.

Dalam kesempatan itu, pembacaan surat Yasin dipimpin oleh KH. Ahmad Toha, sedangkan pembacaan tahlil dipimpin oleh KH. Hanif Ismail Lc, dan dihadiri oeh ratusan jemaah yang memanjatkan doa untuk Presiden keempat RI tersebut.(*)

56 respons untuk ‘Tokoh Muhammadiyah ikut tahlilan Gus Dur

    handraoke said:
    6 Januari 2010 pukul 10:28

    Semoga Allah menerima amal ibadah beliau disisinya!

    fauzikun said:
    6 Januari 2010 pukul 10:46

    tahlilan buat orang yang meninggal juga kan gak ada salahnya, malah itu baik juga bagi kita yang melakukan tahlilan, bisa berkumpul bareng trus ngaji bareng, bukankah itu suatu hal yang baik

    (hanya pandangan sayah sebagai orang awam) 😛

      ANISA said:
      15 Desember 2010 pukul 20:04

      kalok kata nisa sich semua itu baik dalam hal tahlilan, jika ada sisi negatif jika tahlilan itu lebih mengutamakan hidangan makanan nya, melainkan bukan mengutamakan membaca Al-Qur’an atau berzikirnya.

        fryan said:
        21 Februari 2011 pukul 11:12

        tahlilan adalah sebuah peninggalan budaya dari agama Hindu Budha, jangan samakan agama dengan budaya gan…
        nabi saw pernah berkata ” bila kaumku mengikuti budaya yang diluar dari budaya islam, maka kaum tersebut bukan termasuk kaum q”
        wali yang termasuk dari wali songo prnah berkata, untuk menyebarkan agama islam, boleh kita mncampurkan budaya islam dengan budaya yang ada di daerah tsb, tetapi sesudah islam menyebar luas hapus smua budaya tsb. tetapi itu berkata lain surat yang ditulis oleh wali tersebut disimpan dan tidak diberitahu kesiapapu oleh NU, yang dimana semua itu digunakan untuk para Kyai-Kyai NU untuk mendapatkan duit semata..
        Nauzubillahhiminzalik.

          abdul said:
          2 Agustus 2011 pukul 12:38

          orang klo otaknya dah tercemar sama kapitalis tu kayak begitu…. suudzon sama sesama muslim kok dihubungin sama duit…. klo gitu sampeyan klo sholat ndak boleh pake celana jins itu budaya amerika…. budaya tu apa?? blum tau budaya dah ngomong budaya…. belajar dulu… huruf hijaiyah tu alif sampe ya’… klo ilmu bru sampe ta’ ndak usah komentar terlalu banyak…..

          Zulj said:
          1 Februari 2017 pukul 20:08

          Asslkm…smuanya..siapa yg merasa benar coba siarkan di tv.biar sgra di bahas oleh tokoh2 kita.trims wsslm

    A.J.I said:
    6 Januari 2010 pukul 11:49

    karena tahlilan dipandang sebagai adat dimasyarakat sehingga mau tidak mau kita mengikuti agar tidak dipergunjingkan oleh masyarakat sekitar dan mengubah paradigma memang sulit sekali

    Agung F said:
    6 Januari 2010 pukul 13:05

    Mungkin tahlilan menjadi tradisi di Indonesia. Tapi tidak ada salahnya mengikuti juga, walaupun kita tidak bisa mengirim pahala, tapi untuk pahala sendiri sendiri saja. Itu sih menurut saya..

    seragamtpa said:
    6 Januari 2010 pukul 13:54

    alhamdulillah rukun

    Iip said:
    7 Januari 2010 pukul 11:32

    nama bisa saja tahlilan, dan pengertian orang-orang dulu dengan sekarang mungkin bisa saja lain.

    kalau tahlilan sekarang kan diisi dengan tilawah, baca doa-doa umum dan silaturahim.

    rangeradith said:
    8 Januari 2010 pukul 22:47

    Assalamualaikum wr. wb.

    saya Aditya Pratama Putra, Mahasiswa, Blogger, Aktivis Islam, (Web Master, Programmer) Amin.
    Follow me – Twitter, Be a Friend – Facebook.

    insya Allah bisa menjalin silaturahim.

    http://www.rangeradith.wordpress.com

    Fay said:
    10 Januari 2010 pukul 06:51

    Apa bedanya dengan doa bersama dan pengajian di malam tahun baru ??? Apa bedanya dengan melakukan shalat dalam dua bahasa ???

    Kalau Nabi SAW tidak pernah mencontohkan, janganlah kita rusak dengan ilmu kita yang sedikit ini. Ketegasan dalam islam menjadikan Agama islam akan terus terpelihara, menjadikan umat lebih mencintai Tuhan dan rasulNya. Akhlak, moral tidak rusak oleh polusi-polusi/tambahan disana-sini yang merusak.

    Ketegasan/konsisten/kejelasan dalam agama Islam adalah salah satu hal yang membedakan Islam dan agama lainnya.

      abdul said:
      2 Agustus 2011 pukul 12:46

      Fay2….. kelihatan sekali klo orang ndak pernah dzikir…. dan baca yasin….. wong ngaji kok ndak boleh…. ngaji tu boleh di mana aja…. kapan aja waktunya….. makanya latihan belajar istiqomah…. klo masukin ideologi mbok yang santun kapan orang bisa terima klo seperti itu…… yang penting sesama muslim bersaudara…. cuman beda thoriqohnya aja… amri kita berdo’a semoga kita selamat dunia akhirat…..

    Dedy K said:
    13 Januari 2010 pukul 21:44

    Assalaamualaikum.
    Adab dan tata cara untuk hal-hal yang kecil saja ada ajarannya dari Rasulullah solallohu alaihi wassalam, seperti adab dan do’a memasuki WC, tapi acara besar dengan mengundang sejumalah orang masuk rumah untuk tahlilan rasanya Rasulullah tidak pernah mengajarkan. Entah kalau dalam agama lain.

    analogtua said:
    14 Januari 2010 pukul 19:01

    alhamdulilah .. 😀

    velsekwere said:
    27 Januari 2010 pukul 21:16

    kok aneh? sudah jelas tahlilan tidak ada contoh dari Rasulullah dan para sahabat kok dilakukan? apa kita sudah merasa lebih baik dan lebih paham ilmu agama dibanding Rasulullah.Hai para pelaku tahlilan entah dari ormas mana,sadarlah kalian.Tinggalkan kebidahan.kalau tidak kalian terkena ancaman neraka.memang betul,orang muhammadiyah sekarang sudah pada tidak konsisten dgn ajaran dan prinsip agamanya.

      awank said:
      4 Juli 2010 pukul 22:44

      liat dulu dong (conten)isinya jgn asal bicara masalah tahlilan kan adat untuk orang kematian emang bidaah tp kan bidaah hasanah,tp kan ada maslahat dan manfaatnya,makanya dilakuin pst dh punya ilmunya ga ky lo yg suudhon pk ngebilang ancaman neraka lg,koreksi dirilah dulu ht lo dah bersih lom, ass..kum..

        abdul said:
        2 Agustus 2011 pukul 12:50

        betul wank….. kayaknya tu agen zionis…. mereka susah masuk ideologi jikalau di umat muslim ada media komunikasi yang istiqomah,,,, yasinan…. dengan yasinan banyak strategi barat dalam penjajahan bisa teratasi…..

      zidanaldin said:
      10 September 2012 pukul 07:31

      kl kita pake mobil jaman sekarang apa itu juga bid’ah..padahal di jaman nabi gak ada….. manusia kan di kasih otak buat mikir…buat mengembangkan apa yg ada di alam semesta ini…. bagus mana doa sendiri sama doa rame2? … jangan fikiran kita sempit… segala sesuatu kita pandang secara positif INSYA ALLAH ada berkahnya….

    romin said:
    27 Januari 2010 pukul 21:18

    betul kang…jangan diikuti orang orang yang melenceng dari ajaran nabi.kalo nabi tidak mengajarkan dan kita buat buat sendiri itu namanya kita kurang ajar dan sok tau.

      awank said:
      4 Juli 2010 pukul 22:47

      elu tuh yang belum paham msalah agama,,,makanya pesantrn dong….bru disitu km ngerti dan paham dri makna tahlilan,,,

    vie said:
    30 Januari 2010 pukul 00:07

    sdikit2 bid’ah cape deh, klo mnurut aku spanjang itu baik dan ga ada unsur syiriknya sah2 aja, toh banyak manfaat yg kita dpt selain silaturahim kita jg dpt masukkan ilmu yg brmanfaat tentunya dr ceramah pak ustad, mslah pahala itu urusan Allah, dan yg boleh menyalahkan cuma DIA, mohon maaf ya teman2 aku cuma org yg miskin ilmunya Tolong dong kasih tahu aku ayat/sabda nabi tentang larangannya supaya aku dpt mengerti kalau itu salah, soalnya nabi juga gak nyontohin chatting aku takut chatting jg bid’ah

    Rachmad Widodo said:
    5 Februari 2010 pukul 21:21

    Hadir …untuk menyapa dan menjabat erat sahabat dekat.
    Tahlilan atau tidak yang penting jangan sampai terjadi pertentangan secara fisik, apalagi anarkis. Kalau kita tidak mengikuti jejak dan ajaran Nabi lalu mau mengikuti ajaran siapa?
    Salam hangat jabat erat dariku.

    mas.sar + said:
    17 Februari 2010 pukul 08:34

    aku yakin beliau yang ikut acara tersebut pasti punya alasan tertentu yang bisa dipertanggungjawabkan dan tentu tidak hanya ikut-ikutan karena beliau-beliau kan tokohnya anti bid’ah , betul nggak ?

    imam said:
    13 Juni 2010 pukul 10:48

    saya heran yang kirim fahala itu siapa kita itu juga mendoakan dan yang tahu ada tidaknya pahalanya siapa anda itu lucu pahala itu urusan Alloh masa kita ngomong pahala

      iman said:
      17 Oktober 2010 pukul 16:22

      benar

    Zulkarnain said:
    19 Juni 2010 pukul 16:25

    itu tokoh muhammadiyah yang tidak ngerti hukum Islam

      iman said:
      17 Oktober 2010 pukul 16:23

      tau

    hadi dharma said:
    11 Juli 2010 pukul 13:45

    AWW mav sy bkn org suci n bkn orang pintar tp mang beragama itu sebaiknya scr kafah nmn ketrbtsn mnsa y istighfarlah..

    al said:
    9 Agustus 2010 pukul 09:38

    alkhamdulillah……

    bambang said:
    11 Agustus 2010 pukul 11:42

    Dijaman Nabi belum ada motor..kite tidak diajari naik mtr
    Kite-kite pade naik motor ! kire-kire kite bid’ah gak ?

    ABID said:
    22 Agustus 2010 pukul 15:47

    siapa mau mengalah itu yg lebih baik. NU itu dbangun dr trdsi, trdsi lebih kuat dr syariat, utk mjg ukhuwah, yg lbih urgen, ikut acra tahlilan ga mslah toh itu hanya siasah. dlm niat yg um ada niat yg khos. dakwah sesama muslim harus lembut dan persutif. trdsi NU gak bkal bsa diubah mskpun brtentangan dg syariat kecuali oleh org NU sdri, maka komunkasi dg NU jangan ditutup hanya gara2 tahlilan

    Mahendra said:
    23 Agustus 2010 pukul 21:13

    Mas Bambang pede amet, kasian hari gini masih ada lawakan macem gitu. Mas, kalo menganologikan atau mengkiyaskan yg sepadan dong, ya skalian aja jaman nabi mah blm ada bola bliter kalo sudah ada mungkin nabi membuat kesebelasan Tahlilan. Motor, bola blitr, kubah, sayur asem, terasi dsb. itu mah keduniaan, bukan bid’ah namenya prkmbangan zaman, mas Bambang ade-ade aje ah…!!! geli lawakannya…bror..!!!

      abdul said:
      2 Agustus 2011 pukul 13:05

      wong ndak seneng ma tahlilan ma yasinan kok ada istilah qiyas ki piye…… ?? kenapa tahlilan dan yasinan kok dilakukan?? tahlilal tu dzikir bersama, yasinan tu latihan istiqomah baca alquran…. daripada ndak pernah baca…. kita tu orang yg berbudaya…. kenapa klo budaya kita masuki amalan yg berbau syariah….. daripada budaya tersebut hanya dibuat hura2 tak ada manfaatnya…..

    ARIF said:
    26 Agustus 2010 pukul 16:32

    sedikit-sedikit bid’ah sedikit-sedikit bid’ah….. sok tau pada…. dah seperti orang yang paling benar dimata Tuhan…

    Syeh Abl Qdr Zaelani said:
    31 Agustus 2010 pukul 17:25

    coba beli/baca buku “mantan kiayi NU menggugat tahlilan”, ada usul dari sunan Anpel untuk menghapus tahlilan tetapi kata para wali biarkan generasi berikutnya yg akan menghapusnya krn jaman ini tdk memungkinkan. Oleh generasi mana tahlilan bisa dihapus ??? K

    Debby Christina said:
    17 September 2010 pukul 07:47

    @Mahendra

    Dahulu ketika jaman jahiliyah kota Makkah berisi penyembah berhala, di sekitar Masjidil Haram terdapat banyak patung-2 berhala, kemudian ketika Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT untuk menyempurnakan Islam kepada kaum Quraish, sedikit demi sedikit mereka semua meninggalkan tradisi menyembah berhala, tapi Nabi Muhammad SAW bukan mengganti tradisi menyembah berhala dengan bacaan-2 doa dari ayat-2 Al’Qur’an tetapi mengajarkan sesuatu yang baru berdasarkan peraturan dari Allah SWT, mengajarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits bukan mengikuti tradisi menyembah berhala dan menggantinya dengan doa-2 dari Al-Qur’an

    Begitu juga dengan Tahlilan, dulu aku penganut Tahlilan tetapi setelah aku belajar mendalami Al-Qur’an dan Hadits semua itu aku tinggalkan, masih banyak-2 hadits-2 Rasulullah semasa beliau hidup yang kita tinggalkan, mengapa kita harus mengikuti tradisi yang tidak ada hukumnya baik di Al-Qur’an maupun Al-Hadits, Rasulullah SAW tidak mengganti upacara penguburan hidup-2 bayi perempuan oleh suku Quraish karena dianggap memalukan keluarga dengan melakukan hal yang sama tetapi ditambah dengan doa-2 dari Al-Qur’an tetapi menghilangkannya dan melarang mereka untuk membunuh bayi-2 perempuan mereka

    Jika Rasulullah SAW membiarkan pembunuhan bayi-2 perempuan suku Quraish dan menambahnya dengan doa-2 dari Al-Qur’an agar mereka tertarik dengan Islam mungkin hari ini aku tidak bisa berkomentar disini, tetapi Rasulullah tidak melakukan itu, Tahlilan itu mungkin baik jika menurut perasaan kita tetapi belum tentu baik dimata Allah SWT, apalagi sekarang konteks tahlilan sudah menjadi kewajiban dari yang menjalankan, bahkan aku pernah mendengar kalo tidak melakukan tahlilan itu berdosa.

      abdul said:
      2 Agustus 2011 pukul 13:08

      bunuh bayi tu dosa ap ndak??? trus klo ta’ziah tu dosa pa ndak?? trus klo silaturrahmi tu dosa ndak?? nalar dipakai tho kang22….. jan ra mutu blas……piye qiyase???

    alimin said:
    16 November 2010 pukul 12:30

    Assalamualaikum Wr.Wb.
    betul betul betul… sy setuju se x dg Vie. sedikit2 bid’ah… sebentar2 bid’ah… bed’ah aja sendiri. meturut akal sehat sy, sy pikir mana ada orang bs ngasih pahala ke orang lain. yg punya hak mutlaq ya cuma Allah SWT yg bs ngasih kita orang dapet pahala. kita mah bsnya cuma berdo’a dan berusaha/berperilaku sesuai firman Allah SWT. selebihnya pasrahkan pada Allah SWT semata. mudah2an kiriman do’a (bukan pahala) dan perilaku kita mendapat ridho-Nya yg akhirnya Allah SWT jugalah yg bs menentukan apakah kita dapat pahala-Nya atau tidak. thats point, ocay…. Wassalam.

    alimin said:
    16 November 2010 pukul 12:33

    maaf ya…. sy orang awam hadits. cuma logika sebagai seorang muslim biasa yg berbicara.

    Muhammad Munadi said:
    17 November 2010 pukul 20:43

    Begitu saja koq repot . Mari kita berlomba saja mencari kebaikan dan ridlo Allah.
    Hanya Allah sumber kebenaran yang Maha Tahu dan Maha Hakiem .
    Menganggap diri paling benar dan suka menghakimi (walau bukan hakim) bisa jadi musyrik lho yaa (lho koq ikut jadi hakim – Bahlul)

    heru said:
    18 November 2010 pukul 10:15

    law mnrut ane yg pntng qt mendo’akan dg kta2 yg baek bukan do’a sprti “mudah2an dia (yg d do’akan) masuk neraka jahanam d sksa truz menerus. inikan qt bacaan’a dg bacaan Al Qur’an dan syah2 z kan law qt mendo’akan yg sudah meninggal. ywdah maaf yg sbsr2’a law da yg gk stuju dg ne, qt k rmah keluarga’a dan doakan sprti yg diatas pd kluarga yg meninggal dunia’a.
    v sblum”a saya minta maaf yg sbesar-besarnya kpd saudraku se-iman>>>.
    “BERBEDA ITU FITRAH, BERSINERGI ITU INDAH”
    BENAR GAK APA2, TP MENGANGGAP DIRINYA PALING BENAR GAK BAEK BOZ…..!
    QT ISLAM GAK CARI MUSUH, TP LAW KETEMU MUSUH JANGAN LARI…
    HE………he……
    peace’n Luv

    ahmad muhtadi said:
    24 Januari 2011 pukul 23:33

    kalo ada yang keberatan masalah tahlil, jangan dihakimi menurut pandangan sempit. cari referensi di pesantren. kalo belajar tentang Syi’ah, jangan tanya pada orag Sunni, kalo belajar masalah Sunni, jangan belajar sama org Syi’ah. GITU AJA KOK REPOT!! hidup GUS DUR

    khairuddin said:
    22 Februari 2011 pukul 17:22

    tahlilan bagi saya adalah baik , 1.mendo’akan orang yang telah tiada
    2.berkumpul sama-sama berdo’a .3.bersilatuhrahmi bagi sesama muslim
    masalah amal bacaan diterima atau tidak kita serahkan kepada Allah Swt.jadi jangan diperdebatkan , menyenangkan orang lain itu pahala

      ahmad said:
      13 Maret 2011 pukul 00:09

      jgn sok tau….klu gk mau tahlilan ya udah gk apa2 biar kami orng NU aja yg tahlilan…klu itu bnr2 d larang/sesat kn kami yg tanggung jawab..loe gk usah usil lagi ya…diam dan tidur ok…..hidup NU.

    Prazz said:
    25 Maret 2011 pukul 15:39

    yowis ga usah pada manyun to… wong sama saudara muslim sendiri kok pada ribut! sing waras ngalah.. sedikit pesan aja yach.. mari kita sama2 belajar, terus gali Al-Quran dan as-Sunnah sampai akhir hayat insyaAllah akan kamu temukan kebenaran yg hakiki, wong namanya belajar tidak ada batasan umur, maaf sy dulu jg sekedar ngalor-ngidul ikut2n aja, setelah sy bnr2 belajar dari Qur’an ehh ternyata selama ini emang banyak yg mlenceng. tp alhamdullilah Allah S.W.T memberikan hidayah, klo kita cinta Rasulullah ya kt buktikan dengan mengikuti sunnah2nya, jangan ngaku cinta nabi kok cuma dengan senandung melulu.. bagi sy cukuplah baginda Rasulullah S.A.W saja yg menjadi rujukan sy, apalagi menyangkut soal ibadah. klo namanya ibadah dari dulu sampe skrg ya ritualnya sama saja broo, klo yg lain mungkin bs ada perubahan zaman, mungkin zaman nabi naik unta sekarang naik mobil ya jelas ga’ nyambung kok trs dibilang bid’ah.. sy berharap saudara2 sy bisa berfikir dgn akal jernih jangan pake emosi, tp pake hati yang dingin.. Semoga Allah S.W.T senantiasa memberikan hidayah kpd kita semua dalam mencari jalan kebenaran Amiin..

    mr.yot said:
    26 Maret 2011 pukul 13:28

    tahlil..is..O.K…..gak..tahlil…is O.K…yang penting rukun…..rukun islam dan rukun iman…jaga dan amalkan…O.K…..?

    achonk said:
    26 Maret 2011 pukul 15:22

    masalah perbedaan jangan di perdebatkan,karena akan menambah keakrapan yang ada ………..
    biara ALLAH saja yang tau,…………

    baharu said:
    1 Mei 2011 pukul 06:13

    ass. pergi ketempat org yg kena musibah(kematian) dgn tujuan untuk menghibur dan mendoakan klg yg ditinggalkan menurt saya tidak ada masalah..tapi kalo tujuannya pengen dapet berkat nasi bungkus atau ampow itu yang saya tidak setuju..LOGIKA tidak dapat menerima..wass

      abdul said:
      2 Agustus 2011 pukul 13:12

      itu urusan niat yo….. tapi ndak usah nyinggung nasi bungkus tu berarti su’udzon…. dosa kang!!

    triana mahardica said:
    30 Oktober 2011 pukul 20:04

    saling menghargai saja… 🙂
    “Lanaa a’malunaa walakum a’malukum…..”

    ikhwan said:
    29 Maret 2013 pukul 15:00

    sewaktu hidup anak di biarin hidup bermaksiat. Begitu anak udah mati sibuk ngirim pahala dan sedekah.

    galang said:
    27 September 2013 pukul 04:54

    Muhamaddiyah bukan anti tahlilan,ttpi cm tdk mewajibkan tahlilian

    galang said:
    27 September 2013 pukul 04:58

    Muhamaddiyah bukanya anti tahlilan,tetapi hanya tidak mentraadisikan tahlilan.

    Juaini said:
    20 Februari 2014 pukul 22:57

    Harusnya seneng jika ada sodara yg menunjukkan ksalahan qt dlm hal ibadah. ibadah yg tidak sesuai dgn pemahaman Rasululloh Saw. dan para sahabat blm tntu benar. sedgkan jk qt mencukupkan mgikuti mreka InsyaAllah slamat dnia ahrt. mereka ud djamin surga. jgan fanatik mgikuti apa kata kiai yg tdk myaksum&blm tentu bnar. klo qt mgaku cinta Rasulullah,ya dgn mgikuti sunah2nya. intinya teladan qt adlh Rasulullah Saw. bliau maju qt maju. bliau berhenti qt jg hrs brhnti dong… klo beliau brhenti qt tetep maju berarti qt ga ikut beliau. lalu ikut siapa? kiai yg blm tntu bnar??

    hmjn wan said:
    25 Agustus 2014 pukul 22:05

    Ass. Wr. Wb.
    Dengan mempertajam perbedaan, tak ubahnya seseorang yang suka menembak burung di dalam sangkar. Padahal terhadap Al-Qur’an sendiri memang terjadi perbedaan pendapat. Oleh sebab itu, apabila setiap perbedaan itu selalu dipertentangkan, yang diuntungkan tentu pihak ketiga. Atau mereka sengaja mengipasi ? Bukankah menjadi semboyan mereka, akan merayakan perbedaan ?
    Kalau perbedaan itu memang kesukaan Anda, salurkan saja ke pedalaman kepulauan nusantara. Disana masih banyak burung liar beterbangan. Jangan mereka yang telah memeluk Islam dicekoki khilafiyah furu’iyah. Bahkan kalau mungkin, mereka yang telah beragama tetapi di luar umat Muslimin, diyakinkan bahwa Islam adalah agama yang benar.
    Ingat, dari 87 % Islam di Indonesia, 37 % nya Islam KTP, 50 % penganut Islam sungguhan. Dari 50 % itu, 20 % tidak shalat, 20 % kadang-kadang shalat dan hanya 10 % pelaksana shalat. Apabila dari yang hanya 10 % yang shalat itu dihojat Anda dengan perbedaan, sehingga menyebabkan ragu-ragu dalam beragama yang mengakibatkan 9 % meninggalkan shalat, berarti ummat Islam Indonesia hanya tinggal 1 %. Terhadap angka itu Anda ikut berperan, dan harus dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT. Astaghfirullah.
    Wass. Wr. Wb.
    hmjn wan@gmail.com

Tinggalkan Balasan ke ANISA Batalkan balasan