Ciuman dengan Pacar (PR untuk Penentang Pacaran Islami)

Posted on Updated on

Rupanya, ketika aku beristirahat dari ngeblog, masih ada cukup banyak pengunjung blog ini. Di luar sana pun masih ada banyak yang memperbincangkan tema yang amat menarik ini.

Kuperhatikan, orang yang terang-terangan mendukung islamisasi pacaran semakin banyak. Namun, saudara kita yang terang-terangan menentang pacaran islami masih banyak pula. (Asyiiik! Dengan adanya pro-kontra ini, mudah-mudahan semakin dekatlah kita dengan kebenaran. Aamiiin.)

Di satu sisi, pada kedua pihak terdapat satu kesamaan yang sangat mendasar. Keduanya sama-sama berprinsip: jangan dekati zina.

Di sisi lain, terdapat satu perbedaan yang kecil (furu’) antara kedua pihak. Pendukung islamisasi pacaran menyatakan bahwa dalam pacaran, kita tidak harus mendekati zina. Sedangkan penentang pacaran islami mengklaim bahwa orang pacaran itu pasti mendekati zina, sehingga mustahil ada pacaran yang islami.

Pada kedua pihak, ada sedikit perbedaan pandangan mengenai apa yang dimaksud dengan “mendekati zina”. Sekalipun demikian, keduanya sepakat bahwa aktivitas yang merangsang syahwat, seperti berciuman, pastilah tergolong “mendekati zina”.

Oleh karena itu, aku jadi tertarik mengajukan PR (lagi) kepada para penentang pacaran islami:

Selenggarakanlah sensus terhadap semua orang yang pacaran. Ajukanlah satu pertanyaan: “Pernahkah kamu berciuman dengan pacarmu?”

Oh iya, kayaknya sensus itu terlalu berat. Sebagai gantinya, adakanlah penelitian ilmiah terhadap sampelnya saja.

Mungkin kita pernah mendengar adanya survei yang memamerkan bahwa “97% cewek Yogya sudah tidak perawan lagi”. Atas dasar ini barangkali ada yang menduga, tentunya 100% orang yang pacaran itu berciuman. Namun, survei tersebut keliru dan tidak ilmiah sama sekali. Dalam hal ini, M Fauzil Adhim menanggapi bahwa kalau tidak memanipulasi data, maka sang peneliti “tidak terlalu menguasai metodologi penelitian sehingga salah dalam mengambil sampel”.

Untuk saat ini, kami saksikan ada beberapa penelitian ilmiah yang menunjukkan bahwa tidak semua orang yang pacaran itu berciuman. Lihat saja salah satu penelitian ilmiah terhadap kalangan remaja yang sedang atau pernah pacaran. Di Medan, 73% responden nggak berciuman dan 96% responden tidak bersanggama. Di Yogyakarta, 76% nggak berciuman dan 92% tidak bersanggama. Di Surabaya, 73% nggak berciuman dan 97% tidak bersanggama. Artinya, hampir semua remaja yang pacaran di kota-kota itu nggak berzina dan sebagian besar tidak berciuman! (Lihat Masri Singarimbun, Penduduk dan Perubahan, hlm. 115.)

Pada sebuah artikel di situs BKKBN, kami jumpai hasil penelitian serupa. Di situ dinyatakan bahwa dari 170 SMA di Jakarta, ternyata “95 persen gaya pacaran para siswa masih menganut pola lama dengan hanya mengobrol” dan hanya “20 persen” siswa tidak keberatan ciuman dengan pacar. Lagi-lagi, penelitian tersebut membuktikan bahwa pacaran itu tidak identik dengan “mendekati zina”.

Sementara itu, diberitakan di harian Fajar bahwa 47% pelajar di empat SMA NEGERI di Makassar yang pacaran ternyata menolak ciuman. Hanya 20% yang menikmatinya. Ini pun menunjukkan bahwa pacaran itu tidak identik dengan “mendekati zina”.

133 respons untuk ‘Ciuman dengan Pacar (PR untuk Penentang Pacaran Islami)

    ushmrkstv said:
    24 Desember 2007 pukul 15:44

    assalamualaikum..
    hmm. terus terang, bapak m. shodiq (anda bapak2 kan??), saya kagum dengan pemaparan bapak yang seyakin2nya mengenai keberadaan dan kebenaran sebuah pacaran islami. dan keberhasilan memaparkannya dengan kata2 yang santun.
    saya percaya banyak yang berpikir ulang untuk menidakbolehkan pacaran setelah membaca semua postingan di sini.

    hukum Allah-lah yang penting. deal?
    saya mahasiswi sebuah perguruan tinggi. saya hidup di tengah2 kalangan orang yang hanif.
    alhamdulillah, mereka percaya bahwa lebih baik tunduk pada hukum Allah daripada melanggarnya.
    begitu juga dengan anda yang membaca comment saya ini.

    saya doakan agar kebenaran tetap tegak. saya percaya bapak juga yakin bahwa janji Allah adalah pasti..

    saya ingatkan juga (pada diri saya juga):
    seperti halnya ada pahala yang ‘berbuah’ banyak karena diteruskan kepada orang2 lainnya, ada pula dosa yang ‘berbuah’ karena diteruskan kepada orang2 lainnya.

    semoga situs ini dan para pembuatnya dan para pendukungnya bukanlah calon2 terkena hal kedua. semoga saya pun tidak demikian. amiin.

    mohon maaf atas segala kesalahan.
    wassalamu’alaikum wrwb.

    lili said:
    21 Maret 2008 pukul 14:06

    Assalamu’alaikum….

    koment lagi nich….mas shodiq saudara keliru jika berfikiran bahwa yang diharamkan itu cuma dilihat dari ciumannya saja,didalam islam semua unsur yang mendekati keperzinahan juga diharamkan,gak perduli dia melihat,memegang(bersentuhan),kata2 yang membangkitkan syahwat serta segudang hal yang senantiasa dimanfaatkan oleh syaithan,lagipula syapa yang bisa menjamin bahwa dua orang yang dalam istilah mas shodiq berpacaran secara islami tidak melakukan hal2 yang berbau perzinahan(na’udzubillahi mindzalik).

    Nie tahap2 terjadinya perzinahan:

    1(annadzhor(pandangan/melihat)

    2(kalam/takallam(berbicara/janjian)

    3(alliqo(janjian bertemu).

    4(kalau proses yang tiga diatas telah terjadi maka kemungkinan selanjutnya adalah berzinahan akan terjadi,paling tidak bibit2 perzinahan akan senantisa terbiasa mereka lakukan).

    Saudaraku dalam hadits yang diriwayatkan oleh bukhari&muslim dikatakan:tidaklah seseorang berkhalwat(berdua2an dengan orang yang bukan muhrimnya),kecuali yang ketiganya ada;lah syaithon.syaithon tlah bersumpah pada Allah,bahwa dia senantisa akan berusaha untuk menyesatkan bani adam dari jalan Allah yang lurus,sampai hari qiamah kelak…

    Wallahu ‘alam bishowab….

    Tanggapan M Shodiq Mustika

    wa’alaykum salam…

    Alhamdulillaah… Saya tidak berpikiran (dan tidak menyatakan) bahwa yang diharamkan cuma ciumannya. Jadi, saya tidak keliru dong! (Soal mengapa kasus ciuamlah yang saya angkat, saya sudah membahasnya di bagian komentar di atas. Silakan dibaca dengan cermat dan lengkap.)

    Yang terlarang adalah yang MENDEKATI zina. Kalau baru tahap sekedar melihat, berbicara, atau pun janjian ketemuan dengan lawan-jenis nonmuhrim, itu tidak tergolong mendekati zina. Sebab, peristiwa semacam ini diamalkan oleh Nabi saw. dan para sahabat. Bahkan, beliau pun pernah berkhalwat dalam keadaan terawasi. Lihat http://gaulgayarasul.wordpress.com/2006/12/31/4-gaul-akrab-sesuai-sunnah-nabi/

    Wallaahu a’lam.

    Kaezzar said:
    22 April 2008 pukul 10:19

    >>>>>
    BERDASAR DARI CLUE YANG ANTUM BERIKAN, ANA BISA DAPAT JAWABAN UNTUK PERTANYAAN ANA SEBELUMNYA…, TAPI JAWABAN ANA MUNGKIN AKAN BERBEDA DENGAN JAWABAN ANTUM…, DISINI ANA BERBICARA DALAM LINGKUNGAN SYARI’AT….BUKAN SOSIOLOGI…
    YANG ANA PAHAMI SAAT INI BAHWA SEORANG SUAMI TIDAK PERLU IZIN ISTERINYA DALAM BERPOLIGAMI…, TAPI OKE LAH…ANA IKUTI CLUE ANTUM…, DAN ANA DAH DAPAT CLUENYA…,BERARTI JIKA ISTERINYA MENGIZINKAN SUAMI UNTUK BERPOLIGAMI, MAKA BOLEH SUAMI ITU BERPACARAN LAGI KAN…SALING MENGASIHI DAN SALING MENCINTAI DENGAN PACARNYA? HMMMM….HMMMMM….OK ANA MENGERTI…
    >>>
    Apakah istrinya mengizinkan suaminya pacaran lagi ataw ngga, lagi2 itu tergantung sama istrinya
    Koz sebenernya bahasan poligami sendiri g ada kaitannya dgn halal haramnya pacaran kan 🙂

    >>>
    EH DALAM PACARAN ISLAMI ITU ADA BATASAN WAKTU NGGAK SIH…?
    KALO PAK M SHODIQ UDAH NULIS ARTIKELNYA, BOLEH DONG DITUNJUKIN….
    >>>
    Batasan waktu tidak ada, sama halnya seperti taaruf…semua tergantung kesepakatan antara pelaku2nya

    >>>
    SEBENTAR…CLUENYA AGAK MEMBINGUNGKAN NIH…ANTUM UDAH PERNAH BACA ARTIKEL “ISTILAH TA’ARUF ISTILAH KEREN?” DI SANA DITULIS KALO TA’ARUF ITU MAKNANYA LUAS….SESUAI AL HUJURAT…JELAS AJA BOLEH TA’ARUF…BAHKAN SEORANG PEREMPUAN DAN LAKI2 YANG UDAH MENIKAH JUGA BOLEH TA’ARUFAN MAH ATUH TUM…
    MUNGKIN MAKSUD ANTUM TA’ARUF DENGAN TUJUAN UNTUK MENIKAH…(OKE KITA PAKE ISTILAH TA’ARUF AJA KEDEPANNYA YA…, DEAL…?)
    AFWAN NIH PAK M SHODIQ…ANA PAKE ISTILAH YANG UMUM INI…INSYAA ALLOH MAKNANYA NGGAK BERGESER…
    >>>
    Maksudnya dalam pengertian sempit dong
    Kalo untuk pengertian luas si rasanya ga perlu dibahas deh hehehehe

    >>>
    WAH BELUM BERUNTUNG YAH…OKE ANA NGERTI…
    KALAU BEGINI GIMANA…, ISTERI KITA UDAH 4, KITA PACARAN…, DAN SETELAH MANTAP UNTUK MENIKAH, MAKA KITA CERAIKAN SALAH SATU ISTERI KITA, BARU DEH MENIKAH…
    >>>
    Wah..tega amat :p
    Ya jangan lah…meskipun niatnya utk menikah, tapi kalau tyt sebenernya cuma mao “ngganti” ya wassalam
    Sama aja kasusnya ada org mao taarufan lagi karena mo menceraikan salah satu dari 4 istrinya dan kemudian nikah lagi…ya kan?

    >>>
    KOQ KURANG BERUNTUNG…YANG ANA PAHAMI SAMPAI SAAT INI…BOLEH SAJA.

    UNTUK 2 JAWABAN ANTUM YANG TERAKHIR(PACARAN KETIKA MEMPUNYAI 4 ISTERI & PACARAN SAMA BANYAK AKHWAT) ANA BELUM TAHU LARANGANNYA….SEPERTI YANG SUDAH UMUM KITA KETAHUI, DAN DALIL YANG DIPAKAI UNTUK MENGHALALKAN PACARAN…BAHWA KAIDAH FIQH MU’AMALAH:
    “SEGALA SESUATU HUKUMNYA BOLEH KECUALI ADA DALIL YANG MELARANGNYA”….,
    MAKSUD DALIL YANG MELARANGNYA APA YA…?(U/ 2 JAWABAN TERAKHIR)
    INSYAA ALLOH…
    >>>
    Yups…kaidahnya bener ko
    Ketika anda pacaran ataw taaruf saat sudah memiliki 4 istri berarti bisa disimpulkan bahwa tujuan dari kegiatan di atas hanyalah sebatas main2 saja…silahkan anda nilai sendiri kira2 apakah hal ini bertentangan dgn syariat ataw tidak
    Kalo kegiatan itu dilakukan dgn dalih akan menceraikan salah satunya di kemudian hari sebelum menikahi yg baru…silahkan tinjau kembali alasan ingin menceraikannya, apakah itu melanggar syariat ataw tidak

    Masalah multi taaruf saya pernah mbahas
    Kalo mao multi taaruf, harus berani jujur dan konsekuensi blg dr awal…bahwa saya maupun anda boleh sama2 multi taaruf…sehingga nanti tidak merugikan satu pihak…di mana yg satu memilih utk “bertahan” sementara yg lain enak2 milih n coba2 sana sini…
    Kasarnya, kalo mao “selingkuh” ya hrs mao “diselingkuhi”…:)
    Yang salah adalah ketika ternyata pelaku2 taaruf tidak jujur pada pasangannya
    Karena hal ini tentu saja dapat menimbulkan kecewa dan sakit hati…
    Silahkan anda bayangkan kalo diri anda sudah berusaha mati2an menolak proposal2 yg datang pada anda karena sedang berproses dgn seseorang, tapi tiba2 di tengah jalan prosesi anda diputus karena sang calon sudah “selingkuh” dan menemukan pasangan yg cocok…
    Adakah dalil yg melarangnya???
    Secara eksplisit tidak ada, tapi secara implisit banyak…salah satunya adalah bagaimana Islam mengajarkan untuk saling menghargai dan saling menghormati sesama muslim
    Tentunya ketika anda menyakiti hati seorang muslim, anda sudah melanggar aturan tersebut kan 🙂

    Wassalam

    riki_salaudin said:
    27 Mei 2008 pukul 11:00

    Bismillah,
    pacaran berarti ada ikatan antara seseorang dengan orang lain. intinya kalau dia pacaran berarti gak boleh pacaran dengan orang lain karena dianggap selingkuh.

    Kalau di Amerika Pacaran itu sampe tinggal serumah, rata-rata mereka udah diatas 17 tahun.

    Saat Pacaran, kita akan sering sms/telp dan hal lainnya dengan bilang aku “mencintaimu” dengan intinya tidak akan mendua dengan orang lain.

    Pacaran ada kondisi hanya berdua saja.

    dari observasi saya dari diskusi diatas dan fenomena yang sedikit diatas, sangat jauh berbeda makna pacaran yang diinginkan teman-teman yang melegalkan pacaran dengan kondisi pacaran saat ini, contoh anak kecil udah pacaran (emang mau ngapain pacarannya?) bolehkah?

    kalau “pacaran” (saya beri tanda petik karena makna pacaran di atas beda dengan makna pacaran orang awam) diniatkan untuk menikah dan tidak melanggar di bawah ini:
    1. Tidak berjalan berdua-dua
    2. Tidak bersentuhan kulit (mulai dari pegangan tangan, bergandengan, sampai ke berzina)
    3. dilakukan karena ingin menikah
    4. Tidak melebihi kecintaan dengan Allah dan rasulnya
    5. Kalau ingin berjalan berdua dianjurkan mengajak orang tuanya jangan adiknya yang masih bayi (akil baligh/tahu baik dan buruk).
    6. tambahin sendiri aturannya sesuai aturan islam biar gak nyimpang.
    7. Jangan lama-lama kalau lama waktunya, dan salah satu diantaranya ada yang melamar jangan marah, karena kita mau nikah (or ditentukan waktunya)

    Kalau memang aturannya seperti diatas saya mendukung sarana untuk menikah dengan metode “pacaran” cuma kalau boleh saran namanya di ganti saja, “Perkah” Persiapan nikah atau perjodohan.

    Tanggapan Admin:
    Benar pengamatan Anda, “sangat jauh berbeda makna pacaran yang diinginkan teman-teman yang melegalkan pacaran dengan kondisi pacaran saat ini”. Ini sebabnya, kita perlu melakukan islamisasi terhadap budaya pacaran.
    Kalau Anda lebih suka istilah “Perkah”, silakan mempopulerkannya. Kami mendukung istilah tersebut sebagaimana dukungan kami terhadap istilah pacaran islami. Alasan penggunaan istilah pacaran islami telah diterangkan di http://pacaranislami.wordpress.com/about/

    Akhina Ifa said:
    14 Juli 2008 pukul 11:45

    MUNGKIN ANDA MENYANGKAL BAHWA PACRAN TIDAK AKAN MEMBERIKAN DAMPAK NEGATIF KEPADA ANDA>>> SETIDAKNYA SEKARANG>> NAMUN APAKAH ANDA TAHU BAHWA SEBENARNYA IBLIS SEDANG MENGINTAI ANDA

    Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman. (QS7:27)

    Tanggapan Admin:
    Komentar Anda tampak menyimpang dari pembahasan artikel di atas. Kami tidak mengerti mengapa Anda berkomentar begitu.

    Akhina Ifa said:
    14 Juli 2008 pukul 14:43

    Maaf, Sebenarnya salah kamar, sebenarnya lebih kearah pacaran islami itu sendiri.

    KOMENTAR ANDA:
    Kami tidak mengerti mengapa Anda berkomentar begitu.

    Karena anda belum mengerti Ayat tersebut!!!!

    Tanggapan Admin:
    Ayat yang mana? Manakah ayat yang mengharamkan pacaran islami?

    Dewi Ashuro said:
    15 Agustus 2008 pukul 12:51

    wah, beruntung sekali saya, saat sedang iseng googling menemukan blog yang seru seperti ini.. hehe..

    perbincangan seperti ini memang kerap jd issue yang seru dan banyak dibicarakan, terutama saat saya kuliah dulu.

    dengan teman saya, kita tertarik untuk membandingkan antara pacaran dan taaruf, yang akhirnya membuat kami mengambil konklusi yang kalo dipikir2 sekarang dekat dengan kesetujuan atas pacaran islami.

    hasil perbincangan sore kami sambil ngemil ini adalah sbb (sekedar sharing..);

    keuntungan dari pacaran adalah adanya komitmen. sedangkan kerugian dari taaruf adalah tidak adanya komitmen yang jelas.

    berdasarkan pengalaman pribadi dan beberapa teman, komitmen membuat kita belajar untuk menjadi setia, belajar untuk bersabar. saat kita memutuskan untuk pacaran, berarti kita belajar untuk mengenali seseorang, mengetahui kebaikan dan kekurangannya, berusaha bersama untuk saling bertoleransi, dan melengkapi.

    hal ini tidak dapat diberikan oleh taaruf. ada beberapa pengalaman teman perempuan yang berkisah tentang kekecewaannya pada orang yang sedang taaruf dengannya, tiba2 pergi tanpa pesan, tiba2 terdengar sedang taaruf dengan perempuan. tidak ada kepastian. dengan mudahnya bisa berpaling bila ternyata memang tidak cocok. tidak ada pembelajaran tentang menekan ego.

    keuntungan dari taaruf, menghindari adanya kontak fisik. dengan hukum taaruf, seseorang dapat mengenal seseorang dengan tetap bersikap hormat. tidak melewati batas2 berlebihan dan menghindari adanya kekhilafan. betul sekali apa yang sudah dibahas oleh rekan2 sebelumnya, yang namanya manusianya pasti ada hawa nafsu.

    dengan berpacaran, ada beberapa pengalaman (baik pribadi maupun beberapa orang) yang tidak bisa menahan diri dalam melakukan kontak fisik. akhirnya yang timbul bisa jadi jahat. jahat sama diri sendiri, dan jahat sama orang lain, karena membiarkan diri bergelimang dosa karena zina.

    mungkin disini ada yang komentar, pacaran juga ga selalu memberikan komitmen, (bahkan nikah pun ga selalu menjamin komitmen), dan taarufnya bisa saja kelepasan kontak fisik. yah, memang begitu ilmu tentang manusia, tidak ada yang pasti. tidak seperti ilmu alam.

    naaah, dari sini, kita menyimpulkan kita butuh nih komitmennya, tapi kita juga butuh hindari zinanya.

    lalu sekarang ada konsep pacaran islami. kalo saya pribadi sih, daripada ada pihak yang tersinggung, biasanya menggunakan istilah pacaran yang tau batas. pacaran yang positif.

    saya berusaha melihat sudut pandang lain dari pacaran. seperti yang ditentang dalam pacaran, adalah kontak fisik yang berlebihan batas, zina. kesannya hal yang sangat mendominasi manusia itu adalah hawa nafsu, kebutuhan biologis. padahal selain itu manusia juga punya pikiran (kognisi), dan perasaan (afeksi). rasa2nya kok, apa yang disampaikan aga timpang.

    hindari pacaran hindari zina, ayo menikah, menikah untuk menghindari zina. kesannya orang itu yang ada di otaknya zina saja. saya sendiri melihat dan memilih pacaran, menikah, atau menjalin hubungan dengan lawan jenis itu lebih dari sekedar untuk berzina/menghindari zina. masih banyak faktor lain kok.

    saya mau belajar berbagi, mengasihi, tertawa, berargumen, merencanakan masa depan, shoulder to cry on, menerima, memberi, menghargai, menghormati dll dsb. saya mau mencintai.

    dan karena saya mau mencintai, saya berusaha tidak merusak cinta itu dengan perbuatan yang akhirnya akan menyakiti diri saya, dan orang lain (entah zina, entah selingkuh, entah menipu)

    ini pendapat saya, saya tidak pakai hadist atau pun penelitian. toh menurut saya, cinta itu urusannya lebih banyak dengan hati. hehe..

    love & peace,

    dewi ashuro

      donat aja said:
      3 Mei 2009 pukul 23:57

      maaf saya tidak ahli agama tidak ahli berkomentar semua itu hanya berusaha jadi
      apa saja yg tujuannya baik.jadi menurut saya ga perlu di sebut pacaran Islami
      atau anti pacaran atau apalah sebutannya deh…..

      jelasnya semua orang baik laki maupun perempuan pasti butuh kasih sayang dari lawan jenisnya.jadi sebenernya proses pacaran itu sendiri tidak ada yg mengajari
      tapi secara alami setiap individu dari usia anak2 ,menuju remaja, dewasa,akhirnya
      semua tau apa itu yang di namakan pacaran.

      Pacaran tak mengenal ras.suku ,agama,bangsa,hampir semua orang pasti sebelum
      beruamah tangga mengalami proses pacaran.
      terlepas bentuk pacaran tadi secara islami ataupun lepas kendali dan bahkan mendekati zina tentu kadar atau tingkat keseriusan pacaran per idividu berbeda-beda

      kesimpulan saya,
      sebelum melangkah ke mahligai rumah tangga pendekatan secara matang kepada calon pasangan hidup kita memang sangat di perlukan.Bagaimana mungkin kita hidup
      berdampingan dengana orang yang tidak kita kenal sama sekali .
      berapa banyak pasangan rumah tangga yg awal pernikahan merekasaja pcaran bertahun-tahun bisa pisah .apalagi pernikahan yang tanpa di dahului salaing kenala secara matang.

      Namun dari itu bukan berarti saya mendukung penuh pacaran secara islami…..
      sayaa sendiri sampai saat ini masih berhubungan dengan calon saya….
      baik lewat email,terkadang telpon,bahkan kami mengenal chatting,atau sesekali juga kirim surat…..kesemuanya itu bagi kami tentu sangat membantu untuk menjaga komunikasi antara kami agar tidak terjadi discomunication….

      Dan alhamdulillah sudah berjalan 3 thn sampai saat ini kami bisa melewatinya dengan
      aman-aman saja,serta tetap komitmen tidak melanggar kaidah2 agama Islam tentunya.

      jadi sebelum menikah bagi kami berdua saling berbagi pengalaman ,saling mengerti,
      serta shharing tentang apa2 saja yg kedepan bakal di hadapi dalam rumaah tangga
      selalu jadi bahasan menarik setiap obrolan kami .

      dari pengalaman ini kami banyak sekali meninmba ilmu bahwa sejak kami saling kenal
      kami jadi mengerti sifat dan karakter masing2 serta tau bagaimana cara menghadapi
      perbedaan pendapat …bisa di selesaiakan dengan damai tanpa menbuat keduanya tersinggung……demikian sahaja ….klo di terusin kisah kami yang sudah 3 tahun …
      wow ga selesai semalam ….skali heheheheee….

    abu jandal said:
    14 September 2008 pukul 15:48

    Emang susah, kalau agama didasarkan pada polling, kayak nya berbeda pamahaman istilah pacaran isalmi di indonesia dg di eropa….ada2 saja Gold..Gold (masudnya) Mas.. Mas…

    M Shodiq Mustika responded:
    15 September 2008 pukul 06:02

    @ abu jandal
    1) Survei & sensus itu BUKAN polling.
    2) Apa di eropa ada istilah “pacaran islami”?

    Kaezzar said:
    16 September 2008 pukul 12:57

    @dewi ashuro

    Yup…banyak org memangdang suatu permasalahan secara tekstual, bukan kontekstual
    Dalam hal ini, malah lebih concern ke istilah dibanding esensi
    Inilah yg menyebabkan dari dulu sampai skarang, bahasan ttg pacaran seolah tak berujung

    Wassalam

    Cutezt_Devil said:
    26 September 2008 pukul 01:06

    Yah orang tolol mana yang mendasarkan masalah agama dengan “survey dan polling”??
    Emang orang indonesia tuh jujur??? Ngerjain Ujian aja nyontek, suruh ngisi polling yang SARA, ya malu lah klo mo diisi jujur dasar, OOT tuh yg bikin survey n polling,

    M Shodiq Mustika responded:
    30 September 2008 pukul 00:20

    @ Cutezt_Devil
    Dalam penelitian ilmiah, ada cara untuk memeriksa validitas alat penelitian, termasuk survei. Ada cara untuk memantau kejujuran survei.
    Tentu saja, kita tidak bisa mengharapkan kesempurnaan dari pekerjaan manusia. Kebenaran ilmiah tidak dijamin 100% benar. Namun, hasil survei ilmiah yang obyektif itu jauh lebih dapat dipertanggungjawabkan daripada prasangka buruk yang subyektif. Dan dengan bukti obyektiflah maka kita dapat memeriksa benar-salahnya prasangka buruk para penentang pacaran islami terhadap perilaku pacaran.

    Nina said:
    3 Oktober 2008 pukul 23:05

    Hoahem… terpancing juga gw ma ni blog.

    Hal-hal kontroversial itu asik ya.
    Asal jangan jidal aja.

    Om,,, blognya keren.

    chin_tha said:
    7 April 2009 pukul 09:37

    aq bca blog ney rsax pgin ngis ja….coz aq tlah byk dosa,makasih krn dg blok ini aq mnjd sdar…dan kmbali k jln yg bnar….

    koge said:
    10 April 2009 pukul 02:15

    HHHemmmm,…..
    Menarik, ketika kita membahas masalah positif-negatif ciuman dalam suatu hubungan.. klo menurut saya,tergantung bagaimana gaya masing2 pacaran dari individu nya. klo mereka terbiasa dengan hubungan yang bebas maka untuk menghindari ciuman dari sebuah hubungan ga mudah. tapi perlu diingat pula bukan berarti hal itu ga bisa dihindari. klo saya ibarat kan seperti hal nya orang yang kecanduaan rokok, bisa anda bayang kan.
    Menurut saya lagi(heeee3x,…) untung nya sebuah ciuman dalam sebuah hubungan kan memberi kenyaman hati, kepercayaan terhadap hubungan,..
    Masalah kerugian atau takut adanya suatu tuntutan yang lebih, itu tergantung dari kita. Dalam arti kita harus buat suatu komitmen, untuk menghindari hal2 yang ga kita ingin kan..OK

    kai said:
    2 Juni 2009 pukul 12:16

    maaf bung shodiq bukannya menjelek2kan kota sendiri se,,
    tapi di surabaya itu banyak banget yang kenyataan nya pacaran udah rangkul2an, cium2 pipi , di depan umum lagi,, dan yang menyedihkan lagi banyak juga yang pake jilbab tapi kelakuan kayak gitu dan kebanyakan dilakukan para remaja berusia belasan tahun,,
    jadi hasil penelitian itu ga valid kalo buat keadaan sekarang,,

    soalnya saya penduduk surabaya se,, he he

    neilhoja said:
    3 Juni 2009 pukul 12:45

    pak shodiq, kenapa komentar saya yang kemaren gak diposting??

    aku krim kan lagi nih.. komentarku:

    pacaran tidaklah mendekati zina?

    saia sudah baca tulisan pak shodiq soal bukti obyektif itu. tapi sayang, bukti yang bapak paparkan cuma terhenti pada ciuman saja.

    parahnya, setelah saya gugling eh, pak masri singarimbun ini menulis buku tersebut di tahun 1996 (http://catalogue.nla.gov.au/Record/1393684) wedew… nah sekarang itu taun berapa yak? 13 taon dah lewat.. jaman segitu, hape masih nat nut nat nut.. sekarang.. udah bisa liat wajah orangnya, pak shodiq… mohon datanya diapdet dung… masak pake data jadul sih. 🙂

    jadi mana nih, yang lebih dekat kepada zina? pacaran ato gak pacaran? silahkan survei lagi pak shodiq, kalo emang bener2 mo buktiin dan ngomong benar.. bahwa pacaran tidak lebih mendekati zina ketimban gak pacaran. moggo pak disurvei lagi, 😉

    komentar kai di atas.. bisa jadi tambahan data dan fakta bukan?

      M Shodiq Mustika responded:
      3 Juni 2009 pukul 13:22

      That’s not the point. Judulnya saja sudah jelas: PR untuk Penentang Pacaran Islam. Intinya, sesuai dengan kaidah dari ushul fiqih, yang membutuhkan dalil adalah pelarangan pacaran. Yang kita butuhkan seandainya hendak mengharamkan pacaran adalah bahwa semua penelitian ilmiah menunjukkan bahwa pacaran itu identik dengan “mendekati zina”. Sejauh ini, bahkan belum ada satu pun penelitian yang dimaksud tersebut. Jadi, kita tidak bisa mengharamkan pacaran. (Kalau mau mengharamkan, silakan kerjakan PR tersebut, bukan melemparkannya kembali kepada diriku!)

    dicky said:
    15 Juni 2009 pukul 07:45

    sya mau tnya. boleh tdk brpcrn dgn sdara sndiri? qta sudah brpcrn 4bulan. tetapi qta backstreet. d dpn sdara dan ortu qta biasa” aja. tetapi di tmpat umum qta sudah seperti lyakna pcrn. saya mesti gmana? klo sya ptsin dia sya ga tga.
    trus misal brciuman dgn sdara d bibr itu dosa tdk. tlong d bles. thank

    Yugo said:
    19 Juni 2009 pukul 10:25

    Bismillahrrahmanirrahim,

    Sekarang, pegang-pegangan tangan boleh gak hukumnya? berdua-duaan boleh gak hukumnya (sebentar/lama)?

    Hampir (eh, semuanya denk) kalo saia liat orang pacaran pasti cuma berdua + sesekali tangan berpegangan.

    Trus “Pacaran Islami” itu kayak apa sih? apakah ketemuannya itu tidak lebih dari 5 menit, saling menundukan pandangan, berbicara lewat hijab, dan dari pihak wanita didampingi muhrim, gitu?

    Mohon maaf kalo repost…

    Wallahu’alam…

    Luka Angin

    dafa said:
    2 Juli 2009 pukul 15:32

    aslm..
    cwoQ mksa ngjak ciuman..aq blg klo itu dosa,tp dy ngyakinin klo cuma pngen rasain ksh syg wlau cuma cium pipi skali aja..aq pngen mutusin dy aja tp aq cyank dy bgt..cuma pngen tau gmana cara nolakny..mkasih

    tina said:
    2 Juli 2009 pukul 15:37

    hy all..pye kbre?slam sukses buat yg lg jln hbungan spesial ma se2org..muga lang9eng

    Cung Hamzah said:
    22 Desember 2009 pukul 02:40

    Pak shidik tak usah menularkan pengalaman bapak ketika dulu pacaran.sekarang zamannya orang kembali kepada pergaulan yang disyareatkan, jadi pengertian pacaran yang antum kemukakan itu berbeda dengan pengertian kebanyakan dan praktek dilapangan kalau tak percaya yu….kita pergi ke taman,tempak rekreasi saksikan muda mudi yang berduaan itu,menurut antum mereka lagi apaan?bukan pacarankan?… tapi sudah zina baik tangan maupun macam-macam nah…menurut saya itulah pacaran enggak kaya kita dulu cukup lihat ngobrol.yu lihat tah….? atau sibuk nulis?

    YanZ said:
    24 Desember 2009 pukul 08:26

    apakah anda akan menghabiskan energi untuk diskusi hal ga penting beginian?
    musuh islam diluar sana selalu menyerang kita dengan mode membuka aurat gaya baru, gaya makan-minum ala yahudi (berdiri, berjalan dan pake tangan kiri), atau dengan filsafat2 baru yang menghantarkan kita untuk melupakan Allah. itu PR yang bener2 harus dikerjakan dalam waktu deket.

    sederhana saja, urusan kita bukan dengan makhluk tapi dengan Allah.
    seberapa besar tempat Allah di hati kita? ketika shalat, ketika berdakwah dsb, di tambah biasanya ada embel2 riya’ (pengen di liat, pengen didenger, pengen dihargain,pengen dibales budi), ujub (bangga, ngerasa diri paling bener), sombong, takabur dsb juga!

    kalo ibadah kita aja belum khusyu’, ga usah dulu nambah hal2 yang tambah bikin ga khusyu’, tempat Allah dihati kita aja masih kurang, malah kita ngasih tempat juga buat lawan jenis yang bukan mahram. gimana ini?

    jangan dulu ngebahas pacaran islami itu haram apa boleh.
    bahas aja dulu bagaimana cara shalat khusyu’, bagaimana mendakwahi orang2 disekitar kita yang belum menutup aurat, bagaimana caranya membiasakan berwudhu’, bagaimana cara membaca Alqur’an dan memahaminya.

    karena, saya merasa amat yakin semua orang yang membahas ini (termasuk saya), tidak punya pegangan yang kuat terhadap Alqur’an dan Assunah.
    tentu kita lebih dewasa untuk menentukan mana yang prioritas dan mana yang bukan.

    saya menghimbau kepada pengunjung blog ini, tinggalkan saja masalah pacaran islami. yuk kita cari blog yang dapat menambah pengetahuan keislaman, karena masih banyak ajaran islam yang belum kita kerjakan.
    wassalam!

    arbhirawanto said:
    30 Mei 2010 pukul 19:19

    Wah…, menurut sy, semua kembali kepada pemahaman masing2 tentunya dengan berdasarkan akidah keimanan.., bagaimana kita mengimani islam secara baik.

    Saya pribadi, tidak pernah mengenal pacaran, dan berharap, hal tersebut tidak juga di lakukan anak2 sy kelak…

    Mohon maaf Pak Shodiq, dlm blog sy, kami tdk membahas prosentase2.., tp yg kami titik beratkan, adalah permasalahan zina dan akibatnya secara sosial dan agama.

    BTW, thx for comment anda di Blog sy, sy apreciate sekali…

    http://arbhirawanto.co.cc

      M Shodiq Mustika responded:
      30 Mei 2010 pukul 20:37

      Oke. Yang saya harapkan hanyalah agar kita menjalani pilihan kita secara islami. Kalau mau pacaran hendaklah secara islami, jika tidak pacaran pun hendaknya secara islami pula. Wallaahu a’lam.

        unknown said:
        19 Desember 2010 pukul 11:19

        sodik GOBLOK… BENTO…. NYOCOT THOK…

    unknown said:
    19 Desember 2010 pukul 11:17

    admine goblok……………….. mosok enek pacaran halal…………. ndase tow piye??

    Kaffi said:
    14 November 2012 pukul 15:16

    Bismillahirrahmanirrahim

    Pacaran Itu Saling Pandang Gak?

    “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya AllahMaha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS. An Nur : 30)

    “Pandangan itu adalah panah beracun dari panah-panah iblis. Maka barangsiapa yang memalingkan pandangannya dari kecantikan seorang wanita, ikhlas karena Allah, maka Allah akan memberikan di hatinya kelezatan sampai pada hari Kiamat.”(HR. Ahmad)

    Pacaran Itu Bersentuhan Ga? Pacaran Itu Budaya Barat, Mau Ikuti Ala Barat Atau Ala Rasulullah SAW?

    Telah berkata Aisyah ra, “Demi Allah, sekali-kali dia (Rasul) tidak pernah menyentuh tangan wanita (bukan mahram) melainkan dia hanya membai’atnya (mengambil janji) dengan perkataaan.” (HR. Bukhari dan Ibnu Majah).

    “Sesungguhnya saya tidak berjabat tangan dengan wanita.” (HR. Malik , Nasa’i, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)

    “Demi Allah, tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun dalam keadaan membai’at. Beliau tidak memba’iat mereka kecuali dengan mangatakan: “Saya ba’iat kalian.” (HR. Bukhori)

    “Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (Hasan, Thabrani)

    Kalo Pacaran Ngobrol gak??
    Trus klo perempuat itu klo ngomong lemah lembut apa kasar?

    “Janganlah kau terlalu lembut bicara supaya [lawan-jenis] yang lemah hatinya tidak bangkit nafsu [syahwat]-nya.” (QS al-Ahzab [33]: 32)

    Pacaran itu berduaan ga? Kalo jalan,makan,nonton,dsb itu dilakukan bertiga/lebih (ajak temen/ keluarga) disebut pacaran ga?

    “Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita kecuali bersama mahramnya.” (HR. Bukhori dan Muslim)

    Zina itu seperti apa sih? Apa cuma bersetubuh diluar nikah yg disebut Zina?

    “Allah telah menentukan bagi anak Adam bagiannya dari zina yang pasti dia lakukan. Zinanya mata adalah melihat (sesuatu), zinanya lidah adalah mengucapkan (sesuatu), zinanya hati adalah mengharap dan menginginkan (sesuatu), kemudian kemaluan yang membenarkan atau menolak itu semua (HR Bukhari dan Muslim)”

    Pacaran Islami Seperti apa sih? Percakapannya kayak gini kali ya “Akhi jangan lupa solat, aku sayang kamu karna Allah” “Ukhti besok puasa ya, inget Ibadahnya ditingkatkan, Love You”
    Atau pacaran islami itu kalo ketemu malu2 kucing, ga saling pandang, klo ngobrol liat tanah atau langit atau liat apa aja deh asalkan jgn liat wajah doi, tidak saling rayu, tidak bermanja2, sholat berjamaah, buka puasa bersama, pokoknya kegiatannya itu ga mendekati Zinah Deh tpi tetep berduaan, malah saling menasihati dalam kebaikkan dan mencegah kemunkaran… Keren banget ya? Tapi Pernah dicontohin Rasulullah ga?
    Jangan bilang Rasulullah pernah nyontohin ya? Atau cuma akal2an segelintir org aja yg terpedaya syaitan yg ingin menjerumuskan manusia untuk berbuat zina? Mereka ga berzina kok… Kemaluan mereka emang ga berzina, tpi mereka Berzina menggunakan Mata, Telinga, Hati, dan Pikiran mereka …
    Allah melarang mendekati Zina, apalagi melakukannya?

    “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan sesuatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra [17] : 32).

Silakan sampaikan pemikiran Anda