Menurut Islam
Tidak Menulis SWT dan SAW = mendangkalkan akidah?
… jika anda sangat mencintai Allah SWT dan beliau SAW, anda tidak akan menulis seperti ini, tapi anda akan menulis yang isinya sangat menganjurkan menuliskan SWT dan SAW, bahkan menuliskan dengan lengkap tanpa menyingkat. jika anda seorang yang dalam ilmu tentang Islam, kenapa tidak memunculkan mahabbah dan ta’dziman kepada Allah SWT dan Muhammad SAW?? … jika anda memang ‘ulama dari barisan Islam yang lurus, ajarkan kami untuk mencintai dan ta’dziman kepada Allah SWT dan Muhammad SAW, bukan malah mendangkalkan.
Tanggapan M Shodiq Mustika:
This entry was posted in Pandangan Agama, Aqidah, Menurut Islam and tagged Islam ala M Shodiq Mustika.
Salahkah berdakwah dengan cara yang jujur?
Dalam berdakwah, hampir tak pernah aku mengatakan “Menurut Allah SWT, …” atau pun “Menurut Rasulullah SAW, …” Sebab, aku hanya berusaha jujur. Sejujurnya, aku tidak tahu pasti apa yang sesungguhnya dimaksudkan oleh Allah dalam firman-Nya dan oleh Rasulullah dalam sabda beliau. (Lihat artikel “Pencari Kebenaran Agama Yang Jujur” dan “Mampukah kita memahami Al-Qur’an (dan kitab lainnya)?“) Oleh karena itu, aku biasanya mengatakan, “Menurut saya, …” Salahkah berdakwah dengan cara jujur begini?
This entry was posted in Ijtihad, Pandangan Agama, Menurut Islam and tagged Islam ala M Shodiq Mustika.
Gunakan akal untuk memahami Al-Qur’an!
Seorang misterius berteriak kepadaku, “… JANGAN GUNAKAN AKAL ANDA, KARENA AL QUR’AN TIDAK BISA SEMBARANGAN DAN DIJELASKAN SECARA SEPOTONG SEPOTONG”. Nah, apa tanggapan Anda kalau diminta tidak menggunakan akal?
Tanggapan M Shodiq Mustika:
Justru supaya Al-Qur’an bisa dipahami seutuh-utuhnya, bukan sepotong-sepotong, maka penggunaan akal sehat itu diperlukan. Bahkan, Allah SWT menyampaikan firman-Nya hanya kepada orang-orang yang berakal. Sebab, orang yang berakal sehat sajalah yang dapat memahami diin-Nya. Allah berfirman, “… Dan merupakan peringatan bagi orang-orang yang berakal [sehat].” (Q.S. Shad 37 : 43).
This entry was posted in Ijtihad, Pandangan Agama, Menurut Islam and tagged Islam ala M Shodiq Mustika.
Haruskah menyebut Nabi Muhammad dengan “Muhammad SAW”?
Pernah aku dikritik ketika menyebut “Allah” dalam tulisanku. (Mengapa bukan “Allah SWT”?). Pernah pula aku diolok-olok ketika menyebut “Nabi Muhammad” dalam tulisanku. (Mengapa bukan “Muhammad SAW”?)
Tanggapan M Shodiq Mustika:
Haruskah menyebut Allah dengan “Allah SWT”? Haruskah menuliskan “Nabi Muhammad” dengan “Nabi Muhammad SAW”? (Tidak kelirukah menuliskan singkatan “SWT”, “SAW”, “a.s.”, “r.a.”, dan sebagainya?)
This entry was posted in Pandangan Agama, Akhlak, Menurut Islam, kumpulan artikel, untuk dewasa, untuk remaja and tagged penulisan lafazh Allah & Muhammad, Islam ala M Shodiq Mustika.
Hai orang-orang yang beriman, … itulah orang yang zalim!
renungan | ajaran diin islam | agama iman takwa | ciri-ciri orang yang zalim
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain! Bisa jadi, mereka (yang diolok-olok) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain. Bisa jadi, wanita (yang diolok-olok) lebih baik daripada wanita (yang mengolok-olok). Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri. Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman. Dan barangsiapa yang tidak bertaubat [dari kesalahan-kesalahan seperti ini], maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS al-Hujuraat [49]: 11)
Berikut ini adalah beberapa komentar olok-olok yang baru saja aku jumpai saat blogwalking. Aku khawatir, orang-orang mukmin yang menyampaikan olok-olok berikut ini tergolong zalim, lebih zalim daripada yang diolok-olok.
This entry was posted in Pandangan Agama, Akhlak, Menurut Islam and tagged Islam, renungan, iman, zalim, Islam ala M Shodiq Mustika.
Mampukah kita memahami Al-Qur’an (dan kitab lainnya)?
Pertanyaan yang menurutku terpenting saat ini adalah: Mampukah manusia memahami firman Tuhan? Kalau manusia tidak mampu memahami, mengapa Tuhan menurunkan kitab suciNya? Kalau manusia mampu memahami firmanNya, mengapa ada banyak pemahaman? Mana yang Benar?
This entry was posted in Akhlak, Menurut Islam, Pandangan Agama and tagged Islam ala M Shodiq Mustika.
Amal manakah yang lebih utama: membaca Al-Qur’an ataukah membaca terjemahan Al-Qur’an?
Kemarin, aku mendapat hikmah bahwa terjemahan Al-Qur’an tidaklah identik dengan Al-Qur’an itu sendiri. Terjemahan Al-Qur’an tidak bisa disamakan dengan Al-Qur’an. Karena itu, “Jangan Hanya Memahami Al Qur’an dari Terjemahan.” Selain itu, aku juga mendapat pelajaran bahwa pahala membaca terjemahan Al-Qur’an tidaklah sama dengan pahala membaca Al-Qur’an. Pertanyaan kita sekarang: Amal manakah yang lebih utama: membaca Al-Qur’an ataukah membaca terjemahan Al-Qur’an?
This entry was posted in Ibadah, Ijtihad, Menurut Islam, Pandangan Agama and tagged Islam ala M Shodiq Mustika.
Membaca terjemahan Al-Qur’an tidak berpahala?
Jangan Hanya Memahami Al Qur’an dari Terjemahan
Harian Republika, Senin, 31 Juli 2006
Kalau pemahaman hanya berdasarkan terjemahan, jangan mudah menyalahkan orang lain.
This entry was posted in Aqidah, Menurut Islam, Pandangan Agama and tagged Islam ala M Shodiq Mustika.
Suami bersedekah tanpa setahu istri, halal atau haramkah?
… bagaimana hukumnya seorang suami … melayani (atau memberi) pertolongan (pada) seorang gadis non muhrim tanpa sepengetahuan istrinya. Apa hukumnya berdosa … Sedang gadis tersebut sangat memerlukan sekali pertolongan tersebut yang berupa uang guna keperluan sekolahnya yang dia memang masih sekolah…
Menurut Islam ala Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah:
Hendaklah pengeluaran harta tersebut diketahui dan dimusyawarahkan dengan istri Anda. Libatkanlah istri dalam hal pemberian yang bisa dikatakan beasiswa kepada gadis yang anda tolong tersebut.
Perlu diingat bahwa harta yang anda peroleh [sejak awal pernikahan hingga perceraian] disebut harta bersama (suami-istri). Jika pengeluarannya [untuk bersedekah atau pun keperluan lain] tanpa sepengetahuan istri, maka demikian termasuk berdosa.
This entry was posted in Suami-Istri, Pandangan Agama, Tentang Cinta, Akhlak, Menurut Islam and tagged bercinta ala M Shodiq Mustika, Islam ala M Shodiq Mustika.
Aneh! Ngakunya muslim, tapi tidak beriman kepada Al-Qur’an!
Benarkah kita beriman kepada Al-Qur’an dan bukan kepada terjemah/tafsirnya? Ini saja pertanyaanku. Berdasarkan saran mas agor, kata-kataku di bawah ini kucabut dan mohon dianggap tidak ada!
This entry was posted in Ijtihad, Menurut Islam, Pandangan Agama and tagged Islam, Islam ala M Shodiq Mustika.
- 1
- 2
- …
- 17
- Selanjutnya →