konsultasi pernikahan

Konsultasi: Ingin Nikah Islami Tapi Keluarga Si Dia Ingin Secara Adat

Posted on Updated on

Ibu Emmy yth., saya gadis (26 tahun), keturunan suku Jawa yang tinggal di kota B, alhamdulillah baru saja diterima sebagai PNS. Keluarga saya sangat menjunjung tinggi nilai agama atau sangat religius. Kini saya tengah menjalin hubungan serius dengan seorang lelaki, sebut saja I yang juga orang Jawa tulen.
Hubungan kami sudah berjalan selama 2 tahun. Kedua orangtua kami sudah saling tahu dan menyetujuinya. Meski begitu mereka belum pernah bertemu, hanya berkirim salam melalui saya atau I.

Akhir-akhir ini, kami saya dan I tengah merencanakan pernikahan, namun kami menemui masalah yang cukup besar bagi saya. Ketika I mengemukakan niatnya kepada orang tuanya, mereka setuju, tapi dengan syarat memakai tata cara pernikahan adat Jawa lengkap.

Sejujurnya, saya pribadi tidak setuju dengan persyaratan itu. Bayangkan Bu, saya yang pakai jilbab harus melakukan urut-urutan tata cara pernikahan yang saya rasa tidak praktis. Sementara keluarga saya pun menginginkan yang serba ‘simple’ yang penting sesuai dengan syari’at Islam. Seperti pernikahan kakak, yang hanya ijab qabul dan walimahan sederhana.

Orang tua saya kecewa, mendengar jawaban I ketika ditanya masalah kebenaran keinginan keluarganya dan seberapa usahanya untuk mengusahakan untuk memakai acara pernikahan secara islami saja. Sejak itu, orang tua berbalik menjadi tidak suka dengan I dan malah menawari saya pria lain pilihannya. Tentu saja saya menolak. Saat ini saya merasa bingung dan sedih, sebab I terkesan kurang peduli dengan masalah ini. Tampaknya, ia tidak tegas dan tidak berani mengutarakan secara gamblang menyampaikan masalah ini kepada orangtuanya.

Dia merasa masih bergantung pada orang tuanya, sehingga bila melawan mereka bisa sulit baginya untuk mencari nafkah. Karena terlalu bingung, pernah ia mengajak saya untuk kawin lari. Saya tidak mau, saya ingin menikah secara baik-baik. Mohon saran dari ibu, agar saya bisa mendapat jalan keluar yang bisa diterima semua pihak. Terima kasih dan jazakumullah. Amin.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Nona, di kota B

Jawaban Bu Emmy di Suara Muhammadiyah:

Wa’alaikumsalam wr. wb.

Nona yang baik, masa pacaran adalah masa yang tepat untuk saling mengenal masing-masing pribadi. Masalah demi masalah yang datang selama masa itu dapat dijadikan acuan, mengenai bagaimana sebenarnya sosok kepribadian calon pasangan hidup kita. Di saat ia harus membuat keputusan penting, Anda akan tahu bagaimana cara ia memandang suatu permasalahan, seberapa tegas ia mampu mengomunikasikan ide dan gagasannya, dan bisakah ia menyusun skala prioritas dalam hidup. Namun, seringkali perempuan mengabaikannya, karena memang itu semua tak langsung berkaitan dengan ekspresi rasa cinta. Bahkan malah sibuk dengan masalah bagaimana kemampuan pacarnya untuk menyenangkan dirinya dengan perhatian, kata-kata lembut nan romantis dan kesediaan untuk mengantar ke sana ke mari, layaknya sopir saja.

Bila seseorang sudah beranjak dari keinginan pacaran ke tahap perkawinan, sebaiknya sudah fokus pada kriteria suami yang ideal untuk diri Anda. Meski tiap perempuan berbeda, namun ada kriteria dasar yang perlu diperlihatkan dalam bentuk perilaku yang kongkrit. Misalnya, tanggung jawab. Yang diharapkan muncul pada perilaku pacar, yang dapat dijadikan tolok ukur tentang tanggung jawabnya. Perempuan seperti anda, akan meletakkan tanggung jawab bukan sekedar pemenuhan nafkah saja, sebab anda juga bisa cari uang sendiri. Kriteria pertama, suami bisa menerima kenyataan bahwa anda bekerja. Maka ia kelak akan bisa menerima Anda untuk bekerja.

Bicara masalah kawin, memang peran keluarga suami akan mengemuka. Bagaimanapun kita tidak bisa menghilangkan silaturahmi anak dengan orangtuanya. Tapi, bila ia amat tergantung pada orang tuanya, apalagi belum bisa mandiri secara keuangan, maka konsekuensinya ia akan memiliki ketaatan yang tinggi pada bapak-ibunya.

Nah, pada diri Nona yang sudah dibiasakan untuk bertanggung jawab atas apa pun pilihan dalam hidup anda, bila kemudian harus bersatu dengan I, maka akan ada kesenjangan yang perlu dijembatani, bukan? Tentu ini bukan sebagai alasan untuk putus, karena pasangan yang 100% akan sesuai dengan kebutuhan tak akan pernah ada. Setidaknya kesenjangan bisa teratasi dengan adanya toleransi, kerjasama dan saling pengertian yang bersumber pada cinta berdua. Maka, jujurlah menilai, apakah selama 2 tahun berhubungan ia berkembang ke arah kedewasaan dan kemandirian, atau tidak? Makin kita jujur bertanya dan mencari jawaban, akan semakin besar peluang keberhasilan dalam menjalani perkawinan.

Dalam masalah rencana perkawinan Nona, perlu diketahui sebelum I putus asa, apa saja yang sudah dilakukan ketika menyampaikan kepada orangtuanya tentang keinginan keluarga Nona. Bila menurut anda belum maksimal, tidak ada salahnya Nona yang sudah kenal keluarganya, mencoba bicara langsung kepada calon mertua dan menjajagi peluang untuk misalnya tidak memakai adat, atau boleh pakai adat Jawa, tapi minus siraman mengingat Nona ingin tetap pakai jilbab. Bila Nona tahu bagaimana sikap dari calon mertua yang sebenarnya, maka untuk membuat keputusan untuk tetap lanjut atau putus dengan calon akan lebih baik kualitasnya.

Jangan lupa minta petunjuk dari Allah agar diberi pilihan yang terbaik untuk Nona. Saya doakan semoga Nona dan calon punya kesabaran dan keberanian untuk bisa saling menjembatani keinginan keluarga masing-masing. Amin.l

Curhat: Nikah Siri & Bingung Akan Dicerai Suami

Posted on Updated on

saya F,21th.Pelaku nikah siri.
sy melakukan nikah siri karena sudah terlanjur hamil dengan suami orang.sebenarnya saya tdk menginginkan menikah dengan dia,tapi sy juga cinta banget dengan dia.setelah keluarga saya tau kalo saya hamil,sya langsung dinikahkan dengan dia.mau ato tidak sy jadi istri siri dia.Dalam kehidupan pernikahan kita,saya merasakan tidak sanggup lama2 bersama dia.Pasalnya,dia tidak bisa memberikan nafkah yang cukup dan yang halal kpd sy dan istri sahnya.Dia hanya bisa berjudi tiap malam dan selalu menggadaikan semua barabg berharga milik sy,dia,dan istrinya.Keluarga saya tidak tau dengan situasi itu.Karena sy tdk mau nanti malah jadi ribut.
Beberapa hari yang lalu saya dikasih ultimatum untuk sesegera mungkin meninggalkan dia setelah sy melahirkan anaknya.Membiarkan dia membawa anak ini.Dan memberikan saya pilihan untuk memilih cara hidup yang baru tanpa bersama dia.
Apa yang harus saya lakukan?Saya masih mencintai dia,Saya ingin mempertahankan kehidupan sy,dia,dan anak kita.Tapi saya juga tidak sanggup hidup dengan kbiasaan dia berjudi.

Tanggapan M Shodiq Mustika:

Maaf, aku sedang kurang sehat. Aku sedang tak mampu berpikir sejernih-jernihnya. Jadi, aku persilakan kepada para pembaca lain untuk menyampaikan masukan-masukan di bawah ini.

Konsultasi: Menikahi Mantan Pelacur

Posted on Updated on

Ustadz Shodiq Mustika yth, yang insyaAllah dimuliakan-Nya
Dengan bercucuran air mata saya menuliskan kisah ini..[maaf kalo mungkin ini cengeng bagi seorang laki2]

Perkenankanlah saya memohon nasehat,petuah dari anda dan sidang pembaca yg terhormat. Karena ketika saya menuliskan kisah sejati saya ini keseimbangan emosional dan jiwa saya masih sangat terguncang. Forum ini saya temukan setelah saya mencari lewat google entah saya lupa urutannya sampai landing kesini dengan kata kunci “menikahi pelacur”
Ustadz Shodiq, saya seorang laki2 32 thn menikah dengan seorang perempuan non-pri sudah 7 bulan ini.

Dari masa perkenalan, pacaran jarak jauh selama kurang lebih 3 tahun. Setelah 2 bulan berkenalan di sebuah cafe saya harus pergi karena mendapat pekerjaan kontrak di luar negeri selama 2.5 thn. Sebenarnya saya sudah patah arang dengan mahluk yg namanya perempuan, kepergian saya ke luar negeri ini juga bagian dari untuk melupakan kegagalan pernikahan saya yang pertama. Tapi dengan janji dan sumpah setia dia mampu meyakinkan saya bahwa dia akan setia menunggu sampai saya pulang. Begitupun saya berjanji setia untuknya.

Hari-hari saya lalui dengan bekerja dan setiap kali telp dan sms tak pernah putus. Awal pacaran jarak jauh ini selama 2.5 tahun ini kami lalui dengan senang dengan sedikit duka, karena awalnya kadang dia pergi pamit ke jakarta sebulan dua bulan untuk cari kerja yg sebenarnya saya tdk setuju ijinkan krn kebutuhan bulanan sudah saya cukupi sampai sering dia pergi tanpa ngasih tahu, hingga sakit hati yg sesungguhnya ketika saya menelopon berpuluh kali bahkan ratusan dia ga mengangkat telp, sms juga tak terbalas. Waktu itu dia masih di jakarta, padahal sampai detik terakhir hari kemarennya kita masih baik2 saja bercanda ria lewat telepon. Ketika akhirnya mengangkat telp dia ucap salam dengan berbagai alasan yg saya coba menerimanya saya mendengar suara lelaki disampingnya dia berbohong klo laki2 itu keponakanya ketika saya minta bicara dengan laki2 itu laki2 tsb mengaku teman dekatnya [dari pengakuannya nanti dia sehabis berhubungan badan dengan laki2 itu kuatir aku tahu dia berbohong,tapi pasangannya malah bilang kalo dia temen deket] Ketidak percayaan dan kegelisahan saya berawal dari situ.
Dalam pekerjaan konsentrasi saya hilang,nafsu makan berkurang berhari2 aku memikirkan apa yg sebenarnya terjadi. Tapi dengan kata2 manis dan rayuan dia berusaha meyakinkanku bahwa dirinya menantiku pulang untuk menikah.

Beberapa bulan kemudian setelah hampir 2.5tahun dan alhamdulillah sebelumnya saya sempat menunaikan ibadah haji sambil menangis deras memohon petunjuk Allah apakah rencana pernikahan saya yg masih terluka ini baik bagiku dllnya, tibalah saatnya cuti liburan ke Indonesia yg hanya sebulan yg memang sudah saya rancang untuk melangsungkan pernikahan yg telah saya bicarakan dengannya sebelum kejadian itu. Tapi setelah kejadian itu ketika saya bertemu dengannya dan orangtuanya saya sempat berucap bahwa kita hanya akan bertunangan saja karena feeling saya sejak awal ga bisa mempercayai calon istriku ini. Entah karena dorongan nafsu sekian lama untuk bercinta atau karena saya merasa rugi selama ini saya mencukupi kebutuhannya tiap bulan selama hampir 2.5 tahun ini,tagihan telpon yg puluhan juta dirupiahkan, yang memeluk dia pun hanya sekali waktu saya pamit pergi. Karena walopun saya brengsek tapi alhamdulillah hati saya tidak pernah berani menyentuh[berhubungan badan] dengan perempuan sebelum ijab qobul, lagian dalam hati saya waktu itu dia memang akan saya jadikan istri di kemudian hari sepulang saya dari luarnegri jadi saya tak berpikir untuk menodainya.

Prahara pertama terjadi, dia mengaku dengan menangis waktu kutanya apakah masih gadis? alih2 gadis ternyata dia udah punya anak. Anak itu yg aku jumpai waktu aku datang pertama kali dan sekarang sudah kelihatan besar. Bagai disambar petir dia cerita “sebagian” masa lalunya mengapa sampai mempunyai anak yang ternyata adalah anak haram hasil kumpul kebo selama 2tahun tanpa nikah namun ketika dia hamil pasangannya pergi begitu saja karena masih punya istri yang sah. Lalu karena malu dia menjebak temannya untuk menggauli dia hingga dia dituduh yang menghamilinya hingga diminta menikahinya. Pernikahan itu hanya seminggu tapi karena mantan suaminya bener2 punya nafsu buas dia bercerita dengan menangis kalo setiap hari harus melayani shahwatnya puluhan kali. Hanya seminggu mereka bercerai karena kakak laki2nya mengusir mantan suaminya karena adiknya ga tahan tersiksa dengan perilaku seks yang buas, mungkin mantan suaminya yg dijebak ini minta jatah sebagai imbalan menyelamatkan muka keluarga non-pri ini di masyarakat.

Dengan lapang dada dan hati yang hancur karena dibohongi selama ini aku menerima dia dan anaknya sebagai istri dan anak yg kuanggap sebagai anakku sendiri. Akhirnya kita menikah january 2009, status dia sudah cerai tahun 2006. Sampai sebulan jatah liburan yg cuma seminggu saya nikmati untuk bulan madu, saya balik lagi ke luarnegeri untuk menghabiskan kontrak tambahan.
Ketika kembali beraktifitas kerja, batinku serasa bergejolak keras pikiran curiga,kecewa,marah,sedih,sakit hati karena hatiku selalu tidak tenang. Hampir tiap hari aku menelpon hanya untuk memastikan semuanya baik baik saja. Tapi tetap hatiku selalu curiga,tidak tenang, hingga sampai kemaren malam…

Prahara yang paling besar dalam kisah ini setelah aku mendesak dan coba merayu bahwa aku ingin tahu cerita yang sesungguhnya terjadi tentang masa lalunya..
MasyaAllah.. mungkin ini jawaban doa yang selalu aku panjatkan:”Allahumma arinal haqqo-haqqo warzuqnattiba-ah Waarinal bathila bathila warzuknaztinaabah”
Ustadz Shodiq, entah dengan menangis yang dibuat2 ketika aku telp mendesak ingin tahu kehidupan masa lalu yang “sebagian” sudah aku ketahui.. dia,perempuan yang menjadi istriku ini adalah dulunya melacurkan diri[Pelacur] karena himpitan ekonomi setelah keperwananya direnggut oleh teman modelnya sewaktu masih SMA. Jadi sejak usia 17tahun sampai terakhir kepergok waktu aku telp bersama laki2 sudah ratusan mungkin ribuan kali melakukan hubungan seksual dengan pria hidung belang.
LANGIT DIATASKU BAGAI RUNTUH MALAM ITU… tapi hatiku kukuatkan dengan doa
Ya Allah.. ya rahman-ya rahiem apakah ini coba untuk hambaMu yang lemah dan hina ini.
Bagaimana aku begitu buta dengan semua keputusan yang aku ambil. Terakhir kali aku katakan jujurlah sejelek apapun kamu aku tetaplah suamimu yang syah sekarang asalkan kamu mau bertobat dan berhenti melacurkan diri. Sudah ratusan kali sumpah atas Nama Allah dan Nabi yang dia ucapkan [yang memang dia sudah masuk islam sejak SMA walo non-pri], tapi karena keadaan, dia tetap melacurkan diri. Sumpah atas nama Allah itu diucapkan tiap kali berbohong ketika kutanya hal apapun yang akhirnya terbukti firasatku dengan pengakuannya sendiri kemaren malam itu..

Ustadz Shodiq, maafkan saya jika kisahku ini terlalu panjang jujur saya butuh bantuan dorongan moral untuk menentukan kira-kira jalan apakah yang harus saya tempuh ketika akhir bulan ini saya pulang ke Indonesia karena kontrak kerja sudah habis.
Apakah saya harus mempertahankan pernikahan saya yang baru sebentar dan saya hanya bersanding seminggu untuk waktu berpisah yang sudah 3tahun ini? Ataukah saya harus berpisah dalam arti saya melepas tanggung jawab untuk membawanya ke jalan yang baik[itu yang dia katakan terakhir ditelp untuk bertaubat setelah menikah dan tidak melacur lagi]dan saya kuatir karena cinta saya yg besar tidak rela kalo dia kembali melacurkan diri…

MasyaAllah .. La haula walaa quwwata Illa billah
Mohonkan ampun untuknya dan untukku… Ya Allah…
Wassalam..
Hamba Allah yang berduka
The place of no where

Tanggapan M Shodiq Mustika:

Tidak ada salahnya lelaki mengucurkan air mata ketika bersedih. Apalagi dirimu tetap mampu berpikir jernih, terbukti dengan kemampuanmu untuk menuliskan curhatmu ini dengan selengkap-lengkapnya. Dengan demikian, tidaklah sungkan-sungkan aku sampaikan saran singkat sebagai berikut.

Seandainya aku menjadi dirimu, maka aku pertahankan dia untuk tetap menjadi istriku. Bahkan, akan aku usahakan supaya dia benar-benar bertaubat, sehingga menjadi wanita yang shalihah. Sebab, tujuanku menikah bukanlah untuk memperoleh hak eksklusif sebagai pria satu-satunya yang berhubungan seks dengannya. Aku menikah dalam rangka menggenapkan pengabdianku kepada Sang Mahakuasa.

Sama sekali aku tidak merasa rugi bila menikah dengan wanita shalihah yang pernah berhubungan seks dengan ribuan lelaki. Sebab, Allah Sang Mahaadil akan mengganjar kebaikan kita berlipat-lipat. Kelak di surga, Dia sediakan bagi kita bidadari-bidadari yang senantiasa perawan. Dan kita bisa menikmatinya selama-lamanya. (Lihat “https://muhshodiq.wordpress.com/2009/07/10/andaikan-bidadari-di-surga-secantik-sandra-dewi-maka/“.)

Demikianlah masukan dan saran dariku. Mudah-mudahan akan ada pembaca lain yang menambahkan masukan/saran.

Konsultasi: Pilih menikah ataukah bekerja?

Posted on Updated on

Saya seorang gadis berusia kurang dari 30 tahun. Saya bekerja sebagai pegawai tetap di sebuah bank bumn dengan gaji pokok “lebih dari cukup”, belum termasuk tunjangan dsb. Saya kos karena penempatan kerja di luar kota tempat tinggal. Saat ini saya berpacaran dengan salah seorang teman satu perusahaan, usia lebih dari 30 tahun. Saya sudah berpacaran sekitar 5 th. Karena kesibukan masing2, walaupun satu kota tapi kami hanya bertemu seminggu sekali. Peraturan perusahaan melarang pernikahan satu atap, salah satu harus mengundurkan diri. Pembicaraan antara saya dan dia sepakat saya yg mengundurkan diri dengan pertimbangan usia saya masih banyak kesempatan untuk mencari kerja lagi. Supaya tidak kena denda (yg jumlahnya cukup besar) karena resign sebelum menyelesaikan ikatan dinas selama 5 th, maka kami sepakat untuk menyelesaikan ikatan dinas tsb. Saya sampaikan kepada orang tua dan keluarga saya jika saya menikah maka saya harus resign. Mereka keberatan karena saya adalah kebanggaan keluarga & keluarga besar dan bisa dikatakan saya penyumbang dana terbesar dalam keluarga (saya ikhlas). … Saya sangat memahami ortu, … punya anak pegawai bank adalah kebanggaan luar biasa menurut mereka. Gaji tiap bulan saya gunakan untuk keperluan saya, membantu keluarga, dan menabung. Ikatan dinas saya habis tahun ini, saya persiapkan diri untuk bisa menikah:
1. nglamar kerja kesana sini untuk dapat kerjaan baru. Syarat ortu, saya boleh keluar dari kerjaan dan boleh menikah jika sudah dapat kerjaan baru (kerja kantoran kalo bisa yang selevel dengan perusahaan sekarang). saya tidak boleh nganggur…
2. karena rumah dekat dengan kampus, saya membuat kosan untuk ortu saya, dengan pertimbangan jika saya menikah dan ortu sudah tidak bisa kerja, maka mereka tetap dapat uang tiap bulan dari uang pembayaran kos…
3. sekarang saya berusaha hemat & menabung untuk persiapan biaya menikah (tabungan sebelumnya habis untuk membuat kosan)
4. saya lakukan pendekatan supaya keluarga bisa menerima jika saya keluar dari pekerjaan dan menikah
sampai sekarang keluarga tetap merasa keberatan. pada dasarnya secara pribadi mereka setuju saya menikah dengan pacar saya. mereka cocok dengan pacar saya, tapi mereka tetap keberatan jika saya keluar dari kerjaan.
5. sejujurnya saya sangat bingung antara keluarga atau pacar=menikah atau bekerja?
saya berusaha untuk sholat tahajud, istikaroh, memperbanyak sedekah dan konsultasi kesana kemari untuk masalah saya. skitar 2 bulan ini keinginan saya untuk menikah semakin besar dan merasa mantap, saya tidak tau apakah ini napsu untuk memiliki ataukah petunjuk dari alloh atas doa saya. mohon saran dan pendapat pak shodiq.
6. kami pernah putus nyambung lagi. gak tau kenapa, sulit mencari pacar baru. saya dan dia benar-benar merasa cocok.. walaupun sedikit kami sudah memahami kekurangan dan kelebihan masing2.
7. saya sekolah lagi dengan biaya sendiri, agar lebih mudah dpt pekerjaan. alhamdulillah sudah selesai jadi sarjana. (ayah tambah bangga) dulu ayah menyekolahkan saya d3.

agar bisa segera menikah pacar saya juga berusaha menabung untuk pra & pasca menikah, pendekatan dengan ortunya (malah ortunya sudah pengin ngelamar saya) & ortu saya, nyari info kerjaan buat saya, nganter saya tes kerja dll. dia bersedia tetap menunggu saya menyelesaikan ikatan dinas dan menunggu sampai dapat pekerjaan. saya sangat menghargai penantiannya.. kadang saya merasa kasian karena dia sudah didesak keluarganya untuk segera menikah. dia bersikeras tetap menikah dengan saya dan tidak mau dengan orang lain. menurut dia apa yang dia cari ada pada diri saya. dia sepakat untuk tidak menikah selama belum ada restu dari ortu saya. dia tetap ingin saya bekerja seperti keinginan ortu saya agar kebanggaan keluarga saya tidak hilang. dia merasa karena dialah saya jadi keluar dari kerjaan.
oiya, pada dasarnya saya senang wirausaha, saya punya warung lesehan dan punya bisnis distributor kecil-kecilan. saya tidak senang bekerja pada orang lain. tapi menurut ortu itu bukan pekerjaan itu cuma sampingan. dalam pikiran mereka yang namanya bekerja ya di kantor (saya sangat maklum dengan pendapat mereka).

melalui email ini saya mohon saran pak shodiq atas masalah saya :
1. apa yang harus saya lakukan, saya takut berbuat dosa karena pacaran terlalu lama. bukankah menikah adalah mulia dan ladang amal? tetapi mengapa keluarga saya merasa keberatan karena alasan materi dan kebanggaan? saya takut jadi anak durhaka dan tidak tau terima kasih. saya takut mengecewakan ortu saya. saya takut berbuat sesuatu yang tidak diridhoi ortu saya.
2. saya juga takut dan bingung, jika saya keluar dari pekerjaan apakah berarti saya tidak bersyukur pada alloh yang telah memberikan pekerjaan yang bagus untuk saya saat ini?
dan jika saya tidak menikah dengan pacar saya, apakah saya menyianyiakan kesempatan yang alloh berikan pada saya yang telah mempertemukan saya dengan pacar saya? walaupun saya tidak tau apakah dia jodoh saya.

Tanggapan M Shodiq Mustika:

Seperti pada kasus “Ingin Nikah Tapi Dibutuhkan Keluarga“, kamu dihadapkan dengan dua alternatif yang sama enaknya. Kalau kau segera menikah, maka kau menjalankan sunnah Nabi yang berupa pernikahan. Sedangkan bila kau tunda dulu pernikahanmu demi memenuhi keinginan keluarga, maka kau pun menjalankan sunnah Nabi pula yang berupa berbakti kepada orangtua dan kerabat dekat. Oleh karena itu, jawabanku:

1. Pilihlah keduanya: menikah dan sekaligus bekerja. Dalam keadaanmu yang terikat oleh ikatan dinas, pacaran kamu tidaklah tergolong terlalu lama. Apalagi pacarmu bersedia menunggumu hingga memperoleh pekerjaan baru. Jadi, dapatkanlah pekerjaan baru setelah masa ikatan dinas selesai supaya kamu dapat menikah dengan pacarmu.

Adapun supaya kalian tidak tergoda untuk berbuat dosa, khususnya zina, maka hendaklah kalian lebih menjaga diri. Diantaranya dengan mengerahkan jurus-jurus penangkal zina dan tidak bertatap muka, kecuali bila dalam keadaan terawasi, sehingga tak mungkin berzina.

2. Jika informasimu itu sudah relatif lengkap (tidak ada yang kau tutup-tutupi), maka aku yakin bahwa pacarmu ini adalah jodoh terbaik bagimu. Seandainya kau meninggalkannya demi “pekerjaan yang bagus saat ini”, maka menurutku kau menyia-nyiakan jodoh yang telah disediakan Allah untukmu.

Bagaimanapun, mencari jodoh sebaik dia itu jauh lebih sulit daripada mencari pekerjaan baru yang juga bagus. Dengan ijazah dan pengalaman kerjamu, kamu akan lebih mudah mencari pekerjaan baru yang juga bagus. Apalagi, syarat dari orangtuamu juga tidak terlalu kaku, yaitu asalkan kantoran dan “kalo bisa yang selevel”. Jadi, syarat minimalnya hanyalah kerja kantoran. Dengan syarat ini, aku yakin kamu mampu memenuhinya.

Demikianlah jawaban dan saranku. Wallaahu a’lam. Semoga Dia senantiasa membimbing langkah kalian dan menjauhkan kalian dari segala dosa. Aamiin.

Curhat Istri: Suamiku Kurang Menghargaiku

Posted on Updated on

Saya ucapkan selamat atas situs Anda ini dengan segala informasi dan layanan yang Anda sajikan untuk pengunjung-pengunjung Anda. Saya ingin berkonsultasi kepada Anda terkait dengan hubungan saya dengan suami saya. Saya berusia 38 tahun. Saya menikah dalam usia 19 tahun selepas SMA dan tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, sementara suami saya [kini] berusia 52 tahun dan mengantongi ijazah diploma ahli madya.

Masalah saya, tepatnya perasaan saya akan adanya masalah, baru muncul beberapa tahun terakhir, yaitu ketidakpuasan saya pada setiap keputusannya dan model interaksinya dengan saya dan anak-anak, kekerasan kepalanya dan kesendiriannya dalam mengambil keputusan, serta kritikan terus-menerusnya kepada saya. Dia tidak mempercayai kemampuan saya dalam berpikir atau berhubungan dengan orang lain. Dia mengatakan bahwa saya minim pengalaman dan naif. Katanya lagi, saya tidak tahu cara menyikapi berbagai kasus. Bahkan penampilan saya pun tidak lagi menarik baginya.

Benar bahwa ini bukan masalah baru. Pada awal-awal kehidupan rumah tangga kami, saya selalu menerima semua itu dengan lapang dada. Namun akumulasi masalah yang saya tahan bertahun-tahun akhirnya mulai muncul juga. Saya merasa usia saya sudah 60 tahun, dan saya merasa tidak cakap lagi dalam segala urusan kehidupan. Namun akal saya berbicara: “Tidak! Saya koki yang mahir! Saya ibu telada yang mendidik anak-anak dengan nilai-nilai luhur! Saya adalah istri yang setia!”

Saya mohon saran dan nasihat Anda bagaimana membangun keseimbangan psikologis yang bisa melindungi saya dari instabilitas dan kegugupan. Bagaimana menyeimbangkan antara kecenderungan-kecenderungannya dengan kecenderungan-kecenderungan saya? Dia ingin menampilkan diri sebagai seorang sahabat ideal dan mulia, begitu juga [sebagai] saudara yang menjadi sandaran [bagi] saudara-saudaranya. Saya merasa bahwa semua ini mengorbankan saya. Di sini saya tidak bermaksud mencelanya, tetapi saya ingin berdamai dengan diri saya. Apa yang harus saya lakukan? Terima kasih banyak./blockquote>

Jawaban Konsultan Ahli: Ustadzah Samar ‘Abduh: Baca entri selengkapnya »

Pilih menikah dengan pacar ataukah dengan orang lain yang lebih baik?

Posted on Updated on

Saat ini saya berusia 21 tahun. Saya memiliki hubungan dengan seorang pria, katakanlah si R, selama 3 tahun atas dasar saling cocok. Dia pria yang baik dan setia. Namun memang gaya pacaran kami sudah jauh melebihi batas. Kami sangat sadar bahwa itu salah, namun karena dorongan perasaan & nafsu, kami selalu mengulangi dosa yang sama. Kami memiliki niat baik untuk menikah. Saat ini pun kami sedang berusaha mempersiapkannya. Permasalahannya, sebenarnya dia bukan tipe pria idaman saya, karena dari segi ilmu agama, pendidikan & status sosial, saya jauh lebih tinggi dari dia. Apalagi dia hanya seorang karyawan biasa yang gajinya tidak sampai 2 juta perbulan. Orang tua saya pun sedikit keberatan akan hal itu. Tapi karena saya lihat dia sangat tulus mencintai & menyayangi saya, saya mencoba untuk menerima dia apa adanya.

Saat ini, saya sadar bahwa selama ini kami telah banyak melakukan dosa & maksiat. Saya banyak bertaubat kepada ALLAH dengan tahajud setiap malam & memohon ampunan-NYA. Saya pun melakukan istikharah agar ALLAH senantiasa memberikan pilihan jodoh yang diridhoi-NYA untuk saya. Saya juga mengajaknya untuk bertaubat & saling menjaga jarak. Karena hubungan kami memang jarak jauh, saya cukup terbantu dengan itu untuk mengurangi intensitas pertemuan kami.

Yang membuat saya bingung, saat ini ada seorang pria lain, katakanlah si F, yang ingin melamar saya jika saya sudah lulus kuliah. Dia teman lama saya, kami bertemu 3 tahun lalu dalam sebuah kegiatan pesantren mukim 1 bulan. Si F memang sudah menyukai saya & pernah menyampaikan ingin melamar saya 3 tahun lalu jika saya sudah lulus kuliah, namun karena saya belum terlalu kenal dia & belum ada chemistry, jadi saya hanya menganggapnya teman saja. Selama 3 tahun ini, si F masih sekali-kali mengontak saya & menanyakan kabar saya & menanyakan kapan saya lulus kuliah. Dari segi pendidikan & status sosial, si F sepadan dengan saya, bahkan dia sudah bisa dikatakan mapan.

Tahun ini saya lulus kuliah, rencana awal saya memang saya ingin menikah segera setelah saya lulus karena tidak ingin menyia-nyiakan masa muda dengan terus melakukan dosa & maksiat. Sekarang saya sangat bingung untuk memilih antara si R atau si F?

Jika saya mengikuti hati & perasaan, saya sudah sangat cocok dengan si R, walaupun dengan keadaan dia yang serba terbatas. Saya merasa tidak bisa membahagiakan orang tua saya dengan pilihan ini. Namun, saya juga terkadang takut kalau-kalau dosa yang telah kami lakukan selama ini akan berpengaruh terhadap rumah tangga kami nanti.
Jika saya mengikuti keinginan orang tua & membahagiakan mereka dengan mendapatkan seseorang yang sepadan dengan kami yaitu si F, saya harus berusaha untuk belajar mencintai si F ketika kami sudah menikah nanti. Walaupun secara fisik, si F cukup tampan karena dia seorang keturunan Arab.

Apa yang harus saya lakukan? Setiap malam saya masih melakukan tahajud & istikharah untuk memohon petunjuk-NYA. Tapi saya juga merasa harus berkonsultasi dengan alim ulama untuk mendapatkan saran & nasehat.

Saya takut menyakiti si R jika saya menikah dengan si F, karena perasaan & hati kami yang sudah sangat saling mencintai. Namun, saya juga masih takut tidak bisa mencintai si F jika kami sudah menikah nanti dan menyesal karena tidak memilih si R yang saya cintai.

Orang tua saya & beberapa orang lain pernah berkata, bahwa cinta itu pasti tumbuh setelah menikah dengan adanya kebersamaan. Jadi tidak usah khawatir tidak bisa cinta dengan suami. Tapi saya juga banyak mendengar kisah rumah tangga yang sudah bertahun-tahun tapi tetap tidak bisa mencintai pasangannya. Bagi saya, pernikahan adalah hal yang sangat sakral, sekali seumur hidup. Saya tidak ingin menyesal dengan pilihan saya nanti.

Mohon nasehatnya, apa yang harus saya lakukan selain saya terus memasrahkan diri ini pada ALLAH SWT karena saya yakin hanya DIA-LAH yang dapat memberikan jalan atas semua ini.

Terima Kasih. Saya sangat menunggu saran dan nasehat dari ustadz.

Jawaban M Shodiq Mustika: Baca entri selengkapnya »

Konsultasi: Lantaran perbedaan, haruskah mengakhiri hubungan?

Posted on Updated on

ini pertama kali saya melihat situs yang benar2 bisa menggetarkan hati saya, krn ketika saya sedang bingung tentang masalah cinta, situs ini bisa menunjukan jalan keluar dari kebingungan saya, tapi saya masih punya satu masalah cinta yang saya harap abi bisa memberikan jalan keluarnya.
saya adalah akhwat berumur 26 thn yang lumayan aktif mengikuti pengajian dan kegiatan2 dakwah, saya sudah bekerja, dan alhamdulillah memiliki banyak teman yang baik di sekitar saya.
di tempat kerja saya sekarang saya dikenalkan dengan seorang ikhwan yang katanya menaksir saya, dan ternyata ikhwan tsb lumayan menarik bagi saya.
sekarang kami berdua dekat sekali, jarang jalan berdua tapi sering sms-an dari bangun tidur hingga akan tidur lagi (alhamdulillah isi sms-nya masih tdk keluar dari batas2 kesopanan), walaupun kami tidak selalu setuju akan hal yang sama tapi kedekatan kami berdua bisa dibilang “seperti” sedang pacaran.
kami pernah membicarakan tentang pernikahan, karena kami berdua mengerti bahwa apa yang kami lakukan ini bisa menjrumuskan kami ke dalam zina,tapi pembicaraan ini belum membuahkan hasil, karena kami memiliki perbedaan2 yang signifikan.
salah satunya seperti yang di sebutkan dalam artikel abi yang menjabarkan kriteria siap menikah.
di situ disebutkan bahwa pria harus lebih tua dari wanita, sedangkan ikhwan yang dekat dengan saya ini lebih muda 4 thn dari saya, selain itu ikhwan ini aktifis di aliran islam yang berbeda dengan saya.
makanya walaupun dekat tapi sepertinya untuk menikah kami berdua masih ragu2 karena perbedaan2 itu & untuk mengakhiri hubungan kami ini sepertinya amat tidak mungkin untuk kami berdua.
tolong berikanlah pandangan abi untuk masalah saya ini.
untuk perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Tanggapan M Shodiq Mustika: Baca entri selengkapnya »

Cara jitu supaya si dia ingin segera menikah denganmu

Posted on Updated on

ni aku cow… serius Pgn ngajk cew tuk segera nikah, karena umurnya dah 28 tahun… setiap kali aku tegasin, dia selalu bilang belum bisa buka hatinya, padahal sebelum aku ada orang yang punya niat sama, tapi jwbnya seperti itu terus, akhirnya cow itu pergi tinggalin dia. nah sekarang tinggal aku yang masih nunggu keputusan itu, dia sering bilang apa ada yang salah dgn sikap diriku hingga banyak temen yang tersakiti…? sampe kapan dia bisa buka hatinya, pdhal dia juga ada keinginan tuk nikah, tp dia gak tau knapa hatinya belum bisa nerima org… tolongin aku donk.. baiknya gimana… apa dia ada gangguan psikologinya to emang dia terlalu kaku pegang prinsipnya…? aku tuh cuman pgn bantu meringankan beban ortunya yang nanggung malu ma tetangga karena anaknya 28 tahun belum nikah… ma kasih.

Tanggapan M Shodiq Mustika: Baca entri selengkapnya »

Bila istriku sudah memuakkan bagi diriku

Posted on Updated on

Kebersamaan dgnnya hanya membuahkan kejengkelan, sentuhannya membuatku terusik dan terganggu, tak satupun aku simpati melihat keluarganya, tingkahnya menghasilkan rasa muak buatku, masakannya tidak terasa enak buatku, aku berada dirumah hanya demi sikecil yg msh berumur 6 bulan, sudah tak ada niat menjaga kelangsungan rmh tangga ini, tapi tak kuasa berpisah dengan sikecil, setiap hari dia sakit hati krn tdk kuhiraukan, stp hr kuberdosa krn tak mengacuhkannya, jika bpk adlh saya, apa lngkh yg bpk ambil ?

Tanggapan M Shodiq Mustika: Baca entri selengkapnya »

Gara-gara MBA (Married By Accident)

Posted on Updated on

Seorang saudaraku laki-laki umur 25 tahun. Dia sekarang sudah mempunyai anak dan istri. Akibat pergaulan bebas, maka dia terpaksa harus menikahi wanita itu yang sekarang menjadi istrinya [atau Married By Accident]. pertama dia pacaran sama wanita itu, dia sama sekali tidak ada niat dan rencana untuk menjadikannya seorang istri. Makanya dia nggak mau menikahi wanita itu, tapi karena desakan ortunya dan ortu wanita itu akhirnya dia mau juga.

Awal pernikahan dia sama sekali dia ga merasakan bahagia. Malahan habis pernikahan itu dia menangis dan menyesali perbuatannya itu. Baru beberapa bulan bahkan sampai saat ini mereka hidup terpisah (di rumah masing2), sering berantem. Terkadang aku juga kasihan ma saudaraku. Padahal istrinya itu sangat mencintai dan menyayanginya.

Saudaraku berencana mau menceraikannya. Tapi aku rasa saudaraku bakal sulit menceraikannya karena tidak punya alasan yang tepat dan si istri juga tidak mau dicerai. Oleh karena itu saudaraku malah cari wanita lain dengan alasan agar istrinya itu mau dicerai…!!!!! Dia juga janji pada wanita barunya klo dia tdak akan melakukan perbuatan itu seperti yang dilakukan pada istrinya. Saudaraku dan wanita ini sudah saling menyayangi.

Yang mau aku tanyakan :
1. Apakah niat saudaraku untuk menceraikan istrinya itu boleh dilakukan?
2. Apakah hukum si wanita itu (orng ke 3) jika hubungannya ma saudaraku diteruskan, sementara saudaraku masih beristri?
3. Apa yang harus dilakukan oleh saudaraku untuk menangani masalah seperti ini?

Demikian yang mau aku tanyakan. Aku dan saudaraku sangat mengharapkan jawaban dari Pak Ustadz. Terima kasih.

Jawaban M Shodiq Mustika: Baca entri selengkapnya »